Pengembangan Wisata Ramah Muslim di Indonesia Masih Diperlukan

ilustrasi (foto: diarywanitamuslimah.blogspot)

MTN, Jakarta – Meski Indonesia adalah negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, namun industri wisata ramah muslimnya masih rendah.

Dilansir dari MinaNews, Indonesia dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia sayangnya posisinya di industri Wisata Ramah Muslim (WRM) masih kalah populer dibanding negara-negara mayoritas penduduk Muslim lainnya.

Ironisnya, masyarakat Indonesia malah menjadi target pasar untuk industri Wisata Ramah Muslim dari negara-negara muslim dan nonmuslim dunia. Ini terlihat dengan meningkatnya promosi wisata ramah Muslim oleh operator asing, yang ditujukan kepada wisatawan Indonesia.

Indonesia sendiri masih minim paket WRM untuk ditawarkan ke luar negeri sehingga belum banyak menggaet wisatawan Muslim mancanegara yang berkunjung ke Indonesia.

Oleh karena itu, perlu dibangun suatu kesatuan pandangan dan aksi nyata yang sinergis oleh seluruh unsur dalam membangun ekosistem pariwisata untuk menumbuhkembangkan industri Wisata Ramah Muslim Indonesia.

Ketua Ikatan Cendikiawan Pariwisata Indonesia, Prof. Azril Azahari, PhD, memandang perlunya andil masyarakat, dan didukung pemerintah, untuk membentuk badan khusus yang berfokus menangani pengembangan WRM di Indonesia.

“Saat ini momen tepat untuk membentuk badan khusus menangani pengembangan Wisata Ramah Muslim. MUI, utamanya, dan dua ormas Islam terbesar seperti Muhamadiyah dan Nahdlatul Ulama diharapkan dapat menginisiasi pembentukan badan ini,” kata ujar Profesor Azril.

Selain itu, lanjut Profesor Azril, pembentukan badan tersebut sangat penting untuk merumuskan standarisasi serta pemeringkatan bagi destinasi dan layanan Wisata Ramah Muslim, sehingga menjadikan basis untuk pengembangan WRM di Indonesia.

Azril berpendapat konsep Wisata Ramah Muslim yang merupakan ceruk pada wisatawan muslim dengan menyediakan extended services atau layanan tambahan yang diperlukan wisatawan muslim yang tidak terdapat pada wisata konvensional.

“Wisata Ramah Muslim ini adalah ceruk pasar baru yang perlu kita ambil dengan memberikan kualitas layanan atau services yang dibutuhkan oleh wisatawan muslim. Hal paling penting adalah bagaimana kita memberikan pelayanan kepada wisatawan muslim yang datang supaya dia merasa nyaman,” ujar Azril.

Profesor Azril juga mengatakan kalau Wisata Ramah Muslim (WRM) yang juga dikenal Muslim Friendly Tourism (MFT) terkonsentrasi di negara-negara OKI yang secara alamiah dianggap memiliki keunggulan komparatif lingkungan, yang lebih ramah ke wisatawan internasional muslim bahkan nonmuslim.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *