Berawal dari Hobi Traveling menjadi Penyedia Jasa Wisata Halal

ilustrasi (foto: Cakraloka Tour)

MTN, Jakarta – Semua hobi yang diseriuskan tentu akan membawa rezeki. Contohnya dari hobi traveling jadi penyedia jasa wisata halal.

Dilansir dari Kumparan, bos Cakraloka Tour mengawalinya dari hobi traveling, yang kemudian membuka jasa wisata halal.

Berawal dari hobi traveling, Maulana Malik Al Habiby memutuskan membuka jasa wisata halal tour bernama Cakraloka Tour pada tahun 2011, dengan fokus area objek wisata di kawasan Indonesia Timur.

Maulana menceritakan, bahwa Cakraloka Tour merupakan pelopor wisata halal yang berada di Indonesia Timur. Tepatnya di daerah Manado dan Raja Ampat.

Untuk memasarkan Cakraloka Tour, Maulana memanfaatkan kemampuannya di bidang internet marketing, sebagai salah satu ujung tombak pemasarannya.

“Alhamdulillah, hingga saat ini Cakraloka Tour semakin dikenal. Khususnya untuk menjelajahi kawasan pariwisata di Indonesia Timur,” ujarnya.

Sebelum menjadi pengusaha jasa pariwisata, dia sempat berprofesi sebagai seorang jurnalis. Kemudian sempat mengalami titik terendah pada tahun 2013.
“Saya pernah pernah mengalami titik terendah. Kemudian bangkit dan mencoba lebih menekuni bisnis pariwisata,” terangnya.

Saat ini, bisnisnya telah banyak dikenal dan menjadi jujukan wisatawan yang mengujungi Indonesia bagian timur. Tak hanya itu, beberapa perusahaan juga telah menggunakan jasa travel agent Cakraloka Tour, bahkan dalam berbagai kesempatan, bekerjasama di even tertentu.

“Alhamdulillah, kini sudah bisa lebih baik. Apalagi dipercaya perusahaan besar di Indonesia untuk liburan atau bila ada acara di Manado dan Raja Ampat,” jelasnya.

Sementara itu saat pandemi Covid-19 ini, Maulana tetap berusaha menyuguhkan yang terbaik bagi para wisatawan yang berwisata ke Indonesia Timur. Serta tetap fokus untuk pengembangan wisata halal dunia.

Bagaimana tetap berusaha bertahan di tengah pandemi Covid? Maulana mengatakan tetap tekun dan sabar, selalu belajar dan rajin melakukan silaturahmi.

Kunjungi situs Cakraloka Tour di SINI.

Halalpedia, Marketplace Lokal Khusus Produk-produk Halal

MTN, Jakarta – Bagi anda yang menginginkan sebuah marketplace online yang khusus untuk produkproduk halal, kini telah hadir Halalpedia. Seperti apa?

Dilansir dari Kastara, kini telah hadir sebuah marketplace online khusus produk-produk halal yang bernama Halalpedia.

“Kami terus berinovasi serta memberikan pelayanan terbaik bagi seluruh pengguna Halalpedia. Untuk memberikan kemudahan dan kebaikan bagi sesama, Halalpedia akan menjadi pilihan pasti dalam memenuhi kebutuhan berbelanja yang lebih tenang, nyaman, aman dan Halal,” ujar Chief Marketing Officer Halalpedia, Arga Satria.

Arga menambahkan, Halalpedia memiliki sejumlah program unggulan yang dapat membantu memulihkan kembali perekonomian keluarga di Indonesia. Berbagai kemudahan dihadirkan baik untuk para pelaku usaha maupun para konsumen.

Melalui peluncuran ini, Halalpedia juga mengajak masyarakat untuk terus melakukan kebaikan dengan bertransaksi sesuai syariah. Dengan itu semuanya dapat memperoleh keberkahan dengan membiasakan dari hal kecil yaitu menggunakan, menjual, atau mengkonsumsi produk yang halal.

Beberapa keunggulan Halalpedia antara lain tersedia di website, aplikasi Android serta iOS. Pembayaran bisa dari berbagai bank serta toko retail (Indomaret dan Alfamart). Pengiriman bisa same day dan next day dengan kurir logistik ternama. Tersedia customer support untuk merchant dan customer. Bank penampungan dana transaksi menggunakan Bank Syariah Indonesia (BSI). Produk bervariasi dan terjamin keasliannya.

Selain itu, Halalpedia didukung oleh Wisata Muslim (aggregator wisata dan umroh haji), SC Property (Property Management berbasis blockchain), Sharia Coin (toko emas fisik Antam dan Lotus), Motor listrik Gesits Main Dealer Jawa Barat, Halal Fresh (Halal Food Platform) dan AFSI (Asosiasi Fintech Syariah Indonesia).

Kunjungi situs Halalpedia di SINI.

Babah Alun Desari, Masjid Berarsitektur Oriental di Jakarta Selatan

Masjid Babah Alun Desari (foto: BeningNews.com)

MTN, Jakarta – Di ujung Jakarta-Selatan kini ada sebuah masjid indah yang memiliki arsitektur oriental, bernama Babah Alun Desari.

Dilansir dari Tempo, masjid Babah Alun Desari terletak di pinggir Tol Depok-Antasari kini menjadi destinasi wisata religi bagi masyarakat. Bentuk masjid berarsitektur oriental itu menjadi daya tarik bagi masyarakat sekitar maupun pendatang dari luar kota.

Sekretaris Kota Jakarta Selatan, Munjirin, mengatakan masjid yang berada di Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan itu kerap dijadikan rest area atau tempat istirahat bagi pengguna jalan tol Desari.

“Hadirnya Masjid Baba Alun Desari punya arti tersendiri, karena bentuknya yang unik membuat masyarakat tertarik untuk datang,” kata Munjirin.

Masjid Babah Alun Desari dibangun oleh pemilik Tol Desari, Muhammad Jusuf Hamka. Masjid itu diresmikan oleh Sekretaris Daerah DKI Jakarta, Marullah Matali, saat menjabat sebagai Wali Kota Jakarta Selatan pada Agustus 2020. Peresmian masjid bertepatan dengan Tahun Baru Islam 1442 Hijriyah.

Masjid Babah Alun Desari (foto: iNews.id)

“Harapan kita memang masjid ini bisa menjadi destinasi wisata religi di Jakarta Selatan,” kata Munjirin.

Masjid yang berdiri di atas tanah sekitar 450 meter persegi terdiri atas tiga bangunan, yakni bangunan utama masjid, gedung serba guna dan pojok halal.

Gedung serba guna berada di lantai atas sisi kiri bangunan masjid, pada lantai dasarnya adalah tempat wudhu. Pada sisi kanan terdapat pojok halal, semacam minimarket yang menyediakan produk makanan dan minuman terjamin kehalalannya dengan harga terjangkau. Pada bagian lantai atasnya merupakan kantor dari DKM Babah Alun Desari.

Masjid Babah Alun Desari (foto: iNews.id)

Bangunan utama masjid terdiri atas satu lantai yang ditinggikan, memiliki luas sekitar 200 meter persegi. Ruang salat di lantai dasar memiliki daya tampung hingga 200 orang. Sedangkan bagian lantai atas dibuat seperti bangunan bundar karena mengikuti bentuk kubah, digunakan untuk perpustakaan dan ruang membaca.

Yang paling mencolok dari bangunan masjid ini, selain bentuknya menyerupai bangunan etnis Tionghoa, diperkuat dengan warna merah dominan, kuning serta putih gading. Masjid diperindah dengan ornamen-ornamen negeri Tirai Bambu pada bagian jendela, pintu hingga pilar masjid dan jurai luar atap bangunan.

Masjid Babah Alun Desari: Jl. Mandala II Bawah No.100, RT.4/RW.2, Cilandak Bar., Kec. Cilandak, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12430

Turki dan Rusia Rajai Transportasi Udara di Eropa Tahun 2020

ilustrasi (foto: theconversation.com)

MTN, Jakarta – Meski 2020 merupakan tahun yang suram, namun tidak begitu bagi industri transportasi udara di Turki dan Rusia, karena mereka mampu tetap melaju. Seperti apa?

Dilansir dari Independent, berdasarkan data dari Ralph Anker (The Anker Report), disebut kalau Turki dan Rusia adalah yang terdepan di industri transportasi udara pada tahun 2020, untuk kategori jumlah penumpang.

Data ini berdasarkan analisis dari statistik penumpang di 400 bandara udara pada April hingga Desember 2020, dan membandingkannya dengan data tahun 2019.

Spanyol, Italia, Perancis ada di urutan selanjutnya, yang kemudian diikuti oleh Britania Raya dan Jerman.

Meski bandara udara di Instanbul pada tahun 2020 kehilangan 68 persen trafiknya, namun performanya tetap lebih baik ketimbang para kompetitor. Istanbul Airport adalah bandara terbaik di Eropa saat ini.

Kemudian, bandara Domodedovo dan Sheremetyevo milik Rusia ada di urutan kedua, untuk kategori jumlah penumpang.

Cek gambar infografiknya di bawah ini.

Ekonomi Syariah Janjikan Konsep Masa Depan bagi Umat

ilustrasi (gambar: Lampung Post)

MTN, Jakarta – Pihak Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam (Ditjen Bimas Islam) mengatakan kalau ekonomi syariah menjanjikan konsep masa depan bagi umat. Seperti apa?

Dilansir dari GenPI.co, Sekretaris Ditjen Bimas Islam, M Fuad Nasar, mengatakan perkembangan pesat ekonomi syariah tak lepas dari produk keuangan yang fleksibel dan variatif.

“Orang bicara koperasi, ada koperasi syariah, ada bank syariah, bahkan di industri pariwisata ada wisata halal,” ujar Fuad di keterangan resminya.

Fuad menjelaskan, selain memiliki keunggulan soal variatif, ekonomi syariah juga tidak elitis.

Dalam artian, semua masyarakat bisa menggunakannya dan selalu berlandaskan unsur moral serta sosial. “Ini membuat keadilan dijunjung tinggi, ada keseimbangan, dan menjadikan bagi hasil yang proporsional,” katanya.
Ditjen Bimas Islam ini percaya ekonomi syariah memiliki masa depan yang menjanjikan bagi kemajuan umat di Indonesia.

Meskipun demikian, perkembangan ekonomi syariah masih membutuhkan waktu yang panjang. Terutama soal kesinambungan antargenerasi dalam menjalankan konsep tersebut.

OJK: Wisata Halal Belum Digarap Maksimal

ilustrasi (foto: reddoorz)

MTN, Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengatakan kalau banyak ekosistem wisata halal yang belum digarap, termasuk di dalamnya wisata halal. Seperti apa?

Dilansir dari Liputan6, pihak OJK mengatakan kalau banyak ekosistem-ekosistem yang berkaitan dengan perbankan syariah yang belum digarap maksimal.

Tidak hanya ekosistem makanan halal dan marketplace syariah saja yang belum digarap maksimal. Melainkan juga ada ekosistem lain seperti wisata halal, haji dan umrah, farmasi dan kosmetik halal, fesyen halal, media dan rekreasi halal, pesantren, masjid, serta Lembaga amil zakat, yang peluangnya masih terbuka lebar.

“Saya yakin seyakin-yakinnya, karena ekosistem-ekosistem perkembangan perbankan syariah kita itu kan banyak benar yang belum digarap oleh perbankan syariah, terkait dengan mungkin makanan halal, marketplace syariah yang begitu luas,” kata Heru dalam Launching Roadmap Perkembangan Perbankan Syariah Indonesia (RP2SI) 2020-2025, Kamis (25/2/2021).

“Itu kan semua hal ekosistem yang belum digarap oleh perbankan syariah kita, belum maksimal. Nah begitu ada sinergi dengan perbankan syariah kita saling bergandengan tangan antara stakeholder dengan perbankan syariah, tentunya yang didukung oleh digitalisasi,” jelas Heru.

Tantangan Meramaikan Wisata Halal di Indonesia

MTN, Jakarta – Pandemi Covid-19 tak bisa dipungkiri memang merontokan semua sendi kehidupan di masyarakat. Termasuk di sektor pariwisata. Wisata halal banyak disebut merupakan salah satu solusi. Seperti apa tantangannya?

Wisata halal disebut-sebut sebagai salah satu solusi untuk memulihkan industri wisata, namun banyak rintangan yang menghadang.

Dilansir dari Kompas, pandemi ini sebetulnya memberikan ruang lebih longgar bagi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk berbenah. Berbenah bukan hanya berarti meningkatkan kualitas sarana dan prasarana wisata halal, melainkan juga memperbaiki strategi komunikasi agar ambisi pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat wisata halal dunia dapat diterima dan didukung semua pihak, termasuk umat non-Muslim.

Tujuan wisata halal Menurut Anang Sutono, Staf Ahli Menteri Pariwisata Bidang Ekonomi dan Destinasi Wisata, wisata halal adalah seperangkat layanan tambahan amenitas, atraksi, dan aksesibilitas untuk meningkatkan kepuasan turis muslim dalam berwisata.

Sekira 20 persen dari 14,92 juta turis asing yang datang ke Indonesia pada 2019 merupakan wisatawan Muslim. Kunjungan wisatawan Muslim cenderung meningkat setiap tahunnya sejak pemerintah mulai mengembangkan wisata halal atau ramah Muslim pada 2016.

Sebelum pandemi Covid-19 muncul, kebijakan bebas visa untuk 169 negara dan gencarnya program promosi dan penjualan destinasi merupakan instrumen politik luar negeri Indonesia untuk mendatangkan turis Muslim sebanyak mungkin agar kepentingan dalam negeri tercapai, yakni mendorong inovasi, menambah lapangan kerja, dan menghidupkan usaha mikro, kecil, dan menengah.

Di Indonesia, wisata halal berkembang pesat. Menurut laporan Global Muslim Travel Index 2019 (GMTI) yang menilai kualitas wisata halal dari segi akses, komunikasi, lingkungan, dan pelayanan, Indonesia berada di peringkat pertama dari 130 negara tujuan utama wisata ramah muslim.

Wisata halal juga mendapatkan perhatian khusus dari negara-negara yang bukan anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) seperti Jepang, Taiwan, dan Korea Selatan, karena sektor ini mampu menggenjot pertumbuhan ekonomi. Memastikan wisman Muslim terbebas dari islamophobia juga merupakan bagian dari upaya mereka dalam peningkatan kualitas pelayanan wisata halal.

Wisatawan Muslim dunia menjadi incaran karena jumlahnya yang terus meningkat dan besarnya nilai belanja di negara tujuan. CrescentRating memprediksi jumlah wisatawan Muslim secara global mencapai 230 juta pada 2026, meningkat dari 140 juta pada 2018. Sedangkan menurut Global Islamic Economy Report, nilai perputaran uang dari wisata halal dunia diprediksi meningkat dari 177 miliar dolar pada 2017 menjadi 274 miliar dolar pada 2023.

Pertanyaannya? Apakah wisata halal di Indonesia bisa menjawabkan tantangan-tantangan di atas?

Peran Besar Generasi Milenial bagi Industri Wisata Halal

ilustrasi (foto: spiritriau.com)

MTN, Jakarta – Peran generasi milenial bagi masa depan industri wisata halal sangat besar, karena mereka tidak hanya melancong. Seperti apa?

Dilansir dari Ihram, peran generasi milenial sangat besar bagi perkembangan industri wisata halal ke depannya, karena mereka ingin pengalaman berwisata yang berbeda, dan wisata halal adalah salah satu opsinya.

“Wisatawan Muslim milenial semakin ingin dapat mengakses pengalaman yang lebih berbeda dan keluar dari jalur yang sudah biasa. Mereka ingin melakukan ini (wisata) sambil berhubungan dengan komunitas lokal dan belajar lebih banyak tentang adat istiadat dan budaya mereka,” ujar Direktur pelaksana dan pendiri Panduan Perjalanan Halal di Arab Saudi, Soumaya Hamdi.

“Karena populasi Muslim global sangat muda, sebagian besar populasinya berusia di bawah 30 tahun. Ini pasti akan menjadi salah satu pasar pariwisata pertama yang mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan,” tambahnya.

“Banyak generasi milenial kini memasuki tahun-tahun produktif paling produktif dalam hal pendapatan. Kami memiliki banyak generasi muda, Muslim milenial sukses yang menuntut lebih banyak dari perjalanan mereka,” kata Soumaya.

“Mereka mengharapkan lebih banyak, dan mereka menginginkan pengalaman berkualitas lebih baik dari yang sebelumnya tidak dapat mereka akses,” imbuhnya.

Ingin Tarik Wisatawan Muslim, Kamboja Bentuk Departemen Urusan Halal

MTN, Jakarta – Sadar kalau industri wisata halal sangat besar potensinya di masa depan, Kamboja bentuk departemen urusan halal. Seperti apa?

Dilansir dari Republika, Pemerintah Kamboja berencana mendirikan Departemen Urusan Halal di bawah naungan Departemen Umum Perlindungan Konsumen, Persaingan, dan Pencegahan Penipuan (CCF), Kementerian Perdagangan, yang tujuannya untuk memberikan label halal dan menarik wisatawan Muslim ke Kamboja.

Menurut Presiden Asosiasi Agen Perjalanan Kamboja (CATA), Chhay Sivlin, mengatakan kalau pengelolaan yang tepat atas produk halal, terutama makanan, akan memainkan peran penting dalam menarik wisatawan ke Kamboja di masa mendatang.

“Kami memuji perhatian terhadap produk pariwisata yang akan lebih mempersiapkan kami untuk menyambut turis Muslim setelah situasi Covid-19 membaik. Kami akan memiliki lebih banyak produk yang tersedia untuk melayani sektor pariwisata,” ujar Sivlin.

Menurut Sivlin, mengembangkan produk halal sangat penting untuk menarik wisatawan Muslim dalam pasar global utama. Wisatawan akan memiliki banyak kesempatan jalan-jalan santai serta memilih makanan halal mereka.

“Jika kami dapat mengelola makanan halal dengan baik, maka kami akan dapat membujuk mereka (wisatawan Muslim) untuk tinggal di Kamboja dalam waktu yang lama,” kata Sivlin.

Kementerian perdagangan telah mendaftarkan dan mengeluarkan sertifikat 666 buah produk halal di Kamboja. Produk halal terdiri dari makanan dan komoditas lain yang akan membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, dan terutama akan mendukung sektor UKM di Kamboja.

Pemerintah Dorong agar Masjid Bersejarah jadi Destinasi Wisata Baru

Masjid Hidayatullah di pulau Saonek, kabupaten Raja Ampat (foto oleh: Chuipala)

MTN, Jakarta – Pemerintah mendorong masjid-masjid bersejarah di Indonesia agar bisa dijadikan sebagai destinasi wisata baru. Seperti apa?

Dilansir dari Antara, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, Sandiaga Salahuddin Uno, mengatakan seiring dengan perkembangan dan potensinya, wajar bagi masjid-masjid bersejarah lokal untuk dijadikan sebagai daya tarik wisata.

“Sejarah mencatat hadirnya kota-kota yang ada di Indonesia menjadikan masjid sebagai komponen pembentuk peradaban, ditandai adanya masjid-masjid bersejarah di Indonesia, salah satunya Masjid Saka Tunggal di Banyumas,” kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, Sandiaga Salahuddin Uno, di Webinar ‘Masjid Sebagai Basis Pemberdayaan Ekonomi Umat’ yang diselenggarakan oleh MAJTTV di Semarang, Jawa Tengah, pada Rabu (17/2).

“Program yang dapat dikembangkan adalah wisata sejarah, wisata religi. Saya ingin mendukung wisata religi sebagai bagian dari ‘heritage tourism’, seperti Masjid Agung Demak, Masjid Agung Banten yang merupakan salah satu masjid tertua di Indonesia,” tambahnya.

Oleh karena itu, Sandi meminta seluruh pihak untuk ikut berinovasi, beradaptasi, dan berkolaborasi untuk menjadikan masjid sebagai daya tarik wisata ekonomi kreatif.