Rekomendasi Empat Makanan Khas Bali yang Halal

Nasi Campur Bali (foto: urbanasia.com)

MTN, Jakarta – Anda sedang berwisata di Bali? Ingin mencoba makanan-makanan khas Bali yang halal? Kami ada beberapa rekomendasi untuk anda.

Dilansir dari Kumparan, berikut adalah rekomendasi empat makanan khas Bali yang halal:

Nasi Campur Bali (foto: trevallog.com)

Nasi Campur Bali
Nasi campur Bali adalah salah satu makanan khas Bali yang paling populer dan mudah ditemukan. Nasi campur Bali terdiri dari nasi putih yang disajikan dengan berbagai lauk-pauk seperti ayam betutu, sate lilit, lawar, sambal matah, dan kerupuk.

Wisatawan juga bisa memilih lauk-pauk yang halal dan sesuai dengan selera. Nasi campur Bali memiliki rasa yang gurih.

Ayam Betutu (foto: Liputan6)

Ayam Betutu
Ayam betutu adalah makanan khas Bali yang terkenal dengan rasa dan aroma yang khas. Ayam betutu dibumbui dengan base genep, yaitu bumbu khas Bali yang terdiri dari berbagai macam rempah-rempah seperti bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, lengkuas, kemiri, cabai, dan lain-lain.

Ayam betutu dimasak dengan cara dipanggang atau dikukus dalam daun pisang. Ayam betutu biasanya disajikan dengan sambal matah, yaitu sambal khas Bali yang terbuat dari irisan bawang merah, cabai rawit, serai, dan jeruk limau.

Nasi Jinggo (foto: Bobobox)

Nasi Jinggo
Nasi jinggo adalah makanan khas Bali yang bisa ditemukan di pinggir jalan atau warung-warung kecil. Nasi jinggo adalah nasi putih yang disajikan dalam porsi kecil dengan lauk-pauk seperti ayam suwir, serundeng, telur dadar, tempe goreng, dan sambal.

Sate Lilit (foto: viva.id)

Sate Lilit
Sate lilit adalah makanan khas Bali yang berbeda dengan sate pada umumnya. Sate lilit terbuat dari daging cincang yang dibumbui dengan base genep dan santan, lalu dililitkan pada tusuk bambu atau serai.

Daging yang digunakan bisa berupa ayam, sapi, ikan, atau udang. Sate lilit dimasak dengan cara dipanggang di atas bara api. Sate lilit memiliki rasa yang gurih dan harum.

Singapura Diprediksi Jadi Destinasi Wisata Halal Favorit Asia 2026

foto: kba.one

MTN, Jakarta – Singapura dirediksi jadi destinasi wisata halal favorit Asia untuk tahun 2026. Seperti apa?

Dilansir dari Fimela, Wakil Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI), Panca Sarungu, memprediksi kalau Singapura bisa jadi destinasi wisata halal favorit Asia untuktahun 2026.

Menurut Wakil Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI), Panca Sarungu, saat ini Malaysia dan Indonesia bersaing cukup ketat di segmen pariwisata halal. Di satu sisi, Thailand tidak ingin ketinggalan karena melihat potensi ekonominya yang besar sehingga menjadi salah satu pemain wisata halal di Asia.

“Namun Singapura juga memiliki prospek yang cerah untuk wisata halal, dan bahkan pertumbuhannya bisa dua digit. Menurut saya, bukan hal yang sulit karena 5 persen penduduk negara ini adalah muslim atau melayu. Mereka sudah terbiasa menangani wisata halal,” kata Panca Sarungu.

Panca mencontohkan bahwa bandara Changi, Singapura pun sudah memisahkan makanan halal dan non halal di salah satu food court yang ada di sana. Fakta tersebut menunjukkan bahwa Singapura sudah mulai serius menggarap segmen ini. Langkah selanjutnya yang perlu disiapkan adalah pembentukan dewan pariwisata halal yang terdiri dari para ahli di bidang tersebut.

“Selain itu, harus ada tour operator atau pedoman maupun publikasi yang rutin mempromosikan wisata halal di Singapura,” tambah Ketua Umum DPP Masyarakat Sadar Wisata tersebut.

Senada dengan itu, pengamat dan pelaku industri pariwisata di Singapura, Tania Gromenko mengungkapkan bahwa wisata halal sedang tumbuh menggeliat dinegara ini.

“Beberapa indikatornya terlihat dari mulai menjamurnya beberapa ikon halal yang dikeluarkan oleh Majelis Ugama Singapura. Selain itu, pemerintah pun telah serius meminta hotel untuk menyediakan petunjuk arah kiblat, fasilitas sholat, restoran bersertifikasi halal, hingga mushola,” pungkas pendiri Singapore Guidebook (SGB) itu.

Pasar Slumpring Tegal Kini Sudah Resmi Berlabel Halal

Pasar Slumpring, Tegal (foto: Tribun Jateng)

MTN, Tegal – Masakan-masakan tradisional di Pasar Slumpring Tega kini resmi berlabel halal. Seperti apa?

Dilansir dari Pantura Post, 30 pedagang masakan tradisional di Pasar Slumpring Tegal kini sudah mendapat sertifikasi halal.

“Ada sebanyak 30 pedagang yang ada di wisata Pasar Slumpring. Alhamdulillah sudah berlabel atau mendapat sertifikat halal. Dengan begitu Pasar Slumpring semakin semangat ke depan,” tutur Abdul Hayyi, koordinator pengelola Pasar Slumpring, Senin (25/12/2023).

Kata Abdul, proses sertifikasi halal dilakukan oleh petugas dari Kemenag. Petugas melakukannya secara cermat kepada produk yang diolah para pedagang Pasar Slumpring.

Hal ini dilakukan untuk menjamin kuliner yang dijual di Pasar Slumpring halal dan melindungi konsumen dari hal-hal yang meragukan.

“Kami sebagai pengelola wisata menyampaikan terima kasih atas kerjasama antara kemenag yang diwakili Ibu Leni. Pengurusan sertifikat halal ini pengelola tidak dipungut biaya,” ujar Abdul.

Pasar Slumpring di Desa Cempaka, Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal menyajikan puluhan makanan tradisional. Wisata itu biasanya buka pada Minggu pagi hingga siang.

Wisata desa ini terus berkembang setiap tahunnya. Bahkan saat musim liburan tiba, wisata ini selalu diburu oleh wisatawan luar kota. Tempatnya sejuk, di bawah pohon bambu yang rindang, bersih dan nyaman.

Makanan tradisional yang disajikan sudah tidak diragukan lagi rasanya. Tentunya enak dan mengenyangkan. Harganya juga terjangkau.

Azerbaijan Will Host Halal Business and Tourism Forum 2024

photo: orient.tm

MTN, Baku – Azerbaijan will host halal business and tourism forum, next year. What will it be like?

Reported from aitf.az, an MOU for Azerbaijan Halal Business and Tourism Forum 2024 just signed.

This Memorandum of Understanding on organization of the Azerbaijan Halal Business and Tourism Forum was signed within the framework of the 35th meeting of the Board of Directors of the Islamic Chamber of Commerce, Industry and Agriculture (ICCIA).

The signing of the Memorandum of Understanding took place at the opening ceremony of the 35th meeting of the Board of Directors of the Islamic Chamber of Commerce, Industry and Agriculture held in Baku. The document was sealed by Orkhan Mammadov, the Chairman of the Board of the Small and Medium Business Development Agency of the Republic of Azerbaijan (KOBIA), Fuad Nagiyev, the Chairman of the State Tourism Agency, Marat Kabayev, the President of the International Association of Islamic Business, Yusif Khalavi, the Secretary General of ICCIA, and Bahruz Hidayatzade, the executive director of “Caspian Event Organizers” LLC.

The Memorandum of Understanding regulates joint activity on issues related to the organization of Azerbaijan Halal Business and Tourism Forum in 2024, as well as mutual cooperation on the implementation of joint projects.

Caspian Event Organisers LLC (CEO) is the organiser of a series of annual international exhibitions and conferences in Azerbaijan.

The scale and importance of the events arranged, including the “ADEX” Azerbaijan International Defence Exhibition, “Caspian Agro” Azerbaijan International Agriculture Exhibition, “InterFood Azerbaijan” Azerbaijan International Food Industry Exhibition, “AITF” Azerbaijan International Tourism and Travel Exhibition, “BakuBuild” Azerbaijan International Construction Exhibition, “TransLogistica Caspian” Caspian International Transport, Transit and Logistics Exhibition and others indicates the high professionalism of the services provided by CEO.

Dr. Firdaus Fanny Putera Perdana in LinkedIn, analyzing Azerbaijan’s halal industry potential, using S.W.O.T (Strengths – Weakness – Opportunities – Threats) method. Here is his analysis.

Azerbaijan, a nation with a rich history and a significant presence in the global oil market, is embarking on a strategic journey with its Halal industry potential. This comprehensive initiative represents a pivotal shift toward economic diversification, steering the country beyond its traditional reliance on the oil sector. Leveraging its stable economy, favorable climate, and commitment to ongoing reforms, Azerbaijan is positioning itself for sustained economic development, increased trade engagement, and the flourishing of its Halal industry. This multifaceted approach not only ensures the nation’s long-term economic stability but also strengthens its resilience in the face of global uncertainties.

Strengths

Azerbaijan boasts several strengths that form the foundation of its Halal industry potential. The country’s stable economy, characterized by price stability, provides a conducive environment for business growth and investment. The favorable climate for agriculture and livestock further supports the development of a robust Halal industry.

Rich resources for Muslim-friendly tourism, combined with the growth in the transport and communication sectors, present opportunities for diversification. The Caspian Sea, a strategic asset, contributes to fishing and caviar production, adding another dimension to Azerbaijan’s economic potential. Strong political stability and commitment, along with key infrastructure projects such as new ports and railways, reinforce the nation’s capabilities.

Weaknesses

Despite the strengths mentioned above, Azerbaijan faces certain weaknesses that require strategic attention. The delayed privatization of major firms, coupled with a lingering reliance on oil revenues for exports and budget, poses challenges to economic diversification. Customs procedures present obstacles, and infrastructure gaps with outdated technologies need addressing.

The underdeveloped financial sector for Islamic banking and existing sectorial monopolies underscore the need for comprehensive reforms. Regional development disparities and transportation barriers between regions demand targeted interventions to ensure inclusive growth.

Opportunities

Azerbaijan’s Halal industry potential aligns with a spectrum of opportunities that can catalyze its economic transformation. Increased foreign investment in non-oil sectors is a key avenue for diversification, offering the potential for sustainable growth. The nation’s commitment to deepening integration into the global economy positions it as an attractive partner for international trade.

Azerbaijan’s strong transition to a free-market economy enhances its competitiveness, while its strategic location at trade and historical crossroads opens up avenues for value-added opportunities in logistics and free economic zones. Participation in North-South transport corridors connecting Iran, Russia, and Europe, as well as a crucial role in China-Europe trade via the Silk Road, positions Azerbaijan at the center of evolving global trade dynamics.

Threats

Amidst the opportunities, Azerbaijan faces certain threats that require careful navigation.

The absence of direct access to the sea and ocean limits maritime trade options, emphasizing the importance of optimizing existing transportation routes. Strong competition in the corridor, including alternatives like the Trans-Siberian – Kazakhstan and sea freights, as well as the combination of railways in Iran and Turkmenistan, underscores the need for strategic planning to maintain Azerbaijan’s competitiveness.

Conclusion

Ultimately, Azerbaijan’s Halal Masterplan represents a bold and strategic initiative poised to propel the nation into a new era of economic diversification and growth. The strengths of a stable economy, favorable climate, and rich resources, combined with opportunities for increased global integration, position Azerbaijan for sustainable development. However, addressing weaknesses and navigating threats, including geopolitical challenges and regional competition, is crucial for the successful implementation of the Halal industry initiatives. As Azerbaijan embraces this multifaceted approach, it sets the stage for long-term economic stability and resilience in an ever-evolving global landscape.

‘Pekerjaan Rumah’ Indonesia untuk Naikkan Peringkat Wisata Halal

ilustrasi (foto: indonesiabaik.id)

MTN, Jakarta – Ketua Umum Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), Erick Thohir, mengatakan bahwa Indonesia masih memiliki pekerjaan rumah untuk meningkatkan peringkat sektor pariwisata ramah muslim.

Dilansir dari Media Indonesia, hal tersebut diungkapkan oleh Erick Thohir setelah mendapat laporan State of the Global Islamic Economy (SGIE) terbaru, peringkat Indonesia dalam Global Islamic Economy Indicator Ranking 2022 berada pada posisi ketiga, atau naik satu peringkat dari tahun sebelumnya yang berada di posisi empat.

Erick mengatakan Indonesia berhasil masuk dalam 10 besar pada sejumlah sektor seperti: keuangan Islam, makanan dan minuman halal, kosmetik dan obat-obatan halal busana, serta media dan rekreasi bertema Islam.

Namun masih ada satu sektor yang belum menempatkan Indonesia dalam Global Islamic Economy Indicator Ranking, yakni sektor perjalanan ramah muslim.

Erick pun menilai hal ini menjadi tugas bersama untuk mendongkrak potensi sektor perjalanan ramah muslim di destinasi unggulan Indonesia.

“MES sejak awal terus berkomitmen bahu-membahu bersama pemerintah, BUMN, swasta, dan seluruh pihak untuk terus meningkatkan pengembangan industri halal Indonesia,” ungkap Erick (27/12/2023).

Erick Thohir menjelaskan, untuk produk makanan halal Indonesia yang berada di peringkat dua. Selain itu, Indonesia juga peringkat tiga untuk sektor busana halal, peringkat tujuh untuk keuangan Islam, media dan rekreasi di posisi enam, serta kosmetik dan obat-obatan halal di peringkat lima.

Menurut Erick, sebagai negara dengan populasi umat Islam terbesar dunia sudah sepantasnya Indonesia menjadi raja industri halal. Ia tak ingin Indonesia hanya sekadar menjadi penonton bagi industri halal dunia.

“Alhamdulillah, kemarin ramai dibahas kita di posisi empat, sekarang sudah naik satu peringkat di posisi tiga menggeser Uni Emirat Arab (UEA), ke depan, bismillah tentu kita ingin jadi nomor satu dunia,” pungkas Erick.

Asosiasi Agen Wisata Indonesia Ajak Riau Perkuat Wisata Religi

ilustrasi (foto: menara.co.id)

MTN, Pekanbaru – Pihak ASITA (Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies) mengajak Pemrov Riau bersinergi untuk perkuat sektor wisata religi dan halal tourism.

Hal tersebut disampaikan Ketua Asita Riau, Dede Firmansyah, yang berharap Pemprov Riau bisa memberikan dukungan pada sektor pariwisata religi dan halal tourism tahun 2024. Namun, permasalahannya terletak pada kurangnya keterlibatan langsung pelaku pariwisata dalam pembahasan kebijakan.

Dilansir dari HalloRiau, menurut Ketua Asita Riau tersebut, partisipasi mereka dalam dialog dengan pemerintah sangat diharapkan, terutama karena mereka merupakan pelaku langsung yang berinteraksi dengan wisatawan. Itu terbukti mencatat bahwa Riau telah meraih penghargaan dalam bidang pariwisata religi sebelum memegang jabatan di Riau.

“Pentingnya program Pemprov Riau melalui Dinas Pariwisata untuk sejalan dengan Asita Riau. Sektor pariwisata religi agar selaras dengan nilai-nilai keagamaan. Untuk itu perlu keterlibatan langsung,” kata Dede, Rabu (27/12/2023).

Dede mencontohkan seperti Gerakan Sholat Subuh Berjamaah (GSSB) Provinsi Riau yang digagas Gubernur Riau, Edy Natar Nasution juga bisa diintegrasikan sektor pariwisata dengan nilai-nilai religi. Jika disokong dengan terlibatkan pelaku pariwisata tentu dapat berdampak positif.

Ketua Asita Riau tersebut berharap agar suara pelaku pariwisata didengar dan terlibat aktif dalam kebijakan.

Al-Qur’an Al Akbar akan Dijadikan Destinasi Wisata Religi Kota Palembang

Al-Quran Al Akbar, Palembang (foto: sumselprov.go.id)

MTN, Palembang – Objek wisata Al-Qur’an Al Akbar akan dijadikan destinasi resmi wisata halal religi kota Palembang. Seperti apa?

Dilansir dari Detik, Pj Gubernur Sumsel mengatakan bahwa objek wisata Al-Qur’an Al Akbar akan dijadikan destinasi resmi wisata halal religi kota Palembang.

“Ini merupakan Al-Quran terbesar di dunia yang diukir di kayu. Kita akan mendorong Al-quran Al-Akbar sebagai destinasi wisata religi di Kota Palembang,” ujar Pj Gubernur Sumsel, Agus Fatoni, saat mengunjungi Bayt Al-Quran Al-Akbar Gandus, Jumat (22/12/2023).

Dia mengatakan, para pelancong yang datang ke Sumsel tidak hanya wisatawan domestik tapi juga dari mancanegara, seperti: Malaysia, Brunei Darussalam dan sebagainya, yang bisa disuguhkan dengan wisata religi tersebut.

“Mari kita lestarikan terus budaya yang ada di Sumsel termasuk destinasi wisata religi yang ada di Gandus ini,” ucapnya.

Menurutnya, keberadaan Bayt Al-Quran Al-Akbar bisa menjadi daya tarik pengunjung untuk datang. Sehingga, kata Fatoni, nantinya secara otomatis berdampak pada sektor UMKM dan ekonomi masyarakat sekitar.

“Di sini banyak dijual produk UKM yang memasarkan kerajinan-kerajinan hasil khas Sumsel seperti kain songket atau jumputan, tanjak dan lainnya. Jadi silakan masyarakat Sumsel dan Indonesia serta mancanegara berkunjung ke destinasi wisata religi Bayt Al-Quran Al-Akbar Gandus Palembang,” kata Fatoni.

Diketahui, Al-Quran Al Akbar itu terbuat dari kayu tembesi dengan tinggi 15 meter. Setiap lembar halaman Al Quran berukuran 177 cm x 140 cm x 2,5 cm. Terdapat 30 juz pada Al-Quran raksasa tersebut yang diukir dengan pahatan berwarna emas khas Palembang.

Sebelumnya, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumsel Aufa Syahrizal mengatakan pihaknya berupaya untuk mengembangkan wisata halal yang diyakini mampu meningkatkan sektor pariwisata di Sumsel.

Upaya pengembangan wisata halal itu sejalan dengan jumlah wisatawan muslim yang terus menunjukkan tren meningkat baik dari nasional maupun mancanegara.

Menurutnya, rencana pengembangan wisata halal juga selaras dengan nominasi yang didapatkan Sumsel sebagai salah satu provinsi yang ramah muslim.

Dari 38 provinsi di Indonesia, terdapat 15 besar provinsi yang ramah muslim dan Sumsel masuk di posisi keenam dalam nominasi yang bertajuk International Halal Tourism Destination tersebut.

“Kami meyakini seluruh destinasi wisata di Sumsel baik itu alam, budaya, religi dan kuliner memiliki potensi yang besar untuk meningkatkan pariwisata,” jelasnya.

Namun, untuk saat ini pengembangan destinasi wisata halal menjadi salah satu fokus utama pemerintah daerah guna memberikan pelayanan yang dapat meyakinkan para wisatawan.

“Langkah selanjutnya kita akan undang pelaku wisata khususnya hotel dan restoran untuk bagaimana memberikan pelayanan yang orang bisa yakin destinasi wisata di Sumsel ini halal,” pungkasnya.

Masjid Jamik Minangkabau, Ikon Baru Wisata Halal di Sumbar

lokasi pembangunan Masjid Jami’ Minangkabau (foto: travellingindonesia.com)

MTN, Tanah Datar – Menparekraf mengatakan bahwa Masjid Jamik Minangkabau bisa jadi ikon baru di wisata halal lokal. Seperti apa?

Dilansir dari situs Kemenparekraf, Menparekraf dalam sambutannya, Jumat (8/12), mengatakan Masjid Jamik nantinya menjadi tempat ibadah sekaligus destinasi wisata dan pusat ekonomi keumatan yang bersifat syariah.

“Kita bersyukur hari ini kita melaksanakan peletakan batu pertama Masjid Jamik Minangkabau yang akan menjadi ikon baru pariwisata halal kita,” kata Menparekraf Sandiaga Uno, di acara prosesi peletakan batu pertama pembangunan Masjid Jamik Minangkabau di Bukit Sangok, Kecamatan Rambatan, Kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat (8/12).

Masjid yang pembangunannya diinisiasi Yayasan Spirit of Ummah (GSoU) ini diharapkan menjadi destinasi wisata unggulan yang menggabungkan keindahan arsitektur tradisional dengan nilai-nilai ke-Islaman. Masjid ini akan menyediakan fasilitas tambahan seperti pusat informasi, area pameran seni Islam, ruang edukasi sejarah Islam, sejarah keminangkabauan, makanan dan minuman, serta suvenir kearifan lokal.

Sedangkan terkait konsep ekonomi keumatan yang bersifat syariah dimaksudkan pada tujuan pembangunan Masjid Jamik Minangkabau untuk mendukung ekonomi yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam. Hal ini dapat mencakup pembangunan bisnis dan usaha yang mematuhi hukum Islam, seperti perbankan syariah, perdagangan halal, atau kegiatan ekonomi lainnya yang mempromosikan nilai-nilai keumatan Islami. Oleh karena itu, Masjid Jamik Minangkabau ini nantinya juga akan difungsikan sebagai Indonesian Islamic Tourism Center.

Menparekraf mengatakan bahwa potensi dan tingkat daya saing wisata halal Indonesia semakin kuat. Hal ini dapat dilihat dari laporan Global Muslim Travel Index (GMTI) 2023 yang menempatkan Indonesia pada peringkat pertama sebagai destinasi wisata halal terbaik di dunia, mengalahkan 140 negara lainnya.

Prestasi ini meningkat dari tahun sebelumnya yang berada pada posisi ke-2. “Harapannya masjid ini akan membuka peluang wisata yang lebih besar lagi. Karena banyak masjid, tapi yang juga bisa menjadi tempat wisata, kita masih perlu sama-sama tingkatkan,” ujar Sandiaga.

Menparekraf kemudian berpesan agar dalam proses pembangunan nanti operasionalnya masjid ini dapat memastikan penerapan prinsip-prinsip lingkungan berkelanjutan.

“Jangan lupakan Eco Mosque, masjid yang konsepnya masjid hijau, pariwisata hijau, pengelolaan air, serta pengunaan energi baru dan terbarukan yang mengacu pada best practice,” kata Sandiaga. Bupati Tanah Datar, Eka Putra, di kesempatan yang sama mengajak partisipasi aktif masyarakat dalam ikut mendorong pembangunan Masjid Jamik Minangkabau Indonesian Islamic Tourism Center. “Untuk masyarakat mari sama-sama kita semangat membangun dan menyukseskan pembangunan ini bersama,” kata Eka Putra.

Turut hadir dalam kesempatan tersebut, Dewan Pembina Yayasan Spirit of Ummah (GSoU), Ustaz Farel Muhammad Rizqi; Staf Ahli Menteri Reformasi dan Regulasi Kemenparekraf/Baparekraf, R. Kurleni Ukar; Wakil Ketua 3 DPD, serta Kadispar Provinsi Sumatra Barat, Luhur Budianda.

MUI Gandeng BI Bangun Wisata Halal Buya Hamka di Sumbar

Museum Buya Hamka, Agam, Sumatera Barat

MTN, Jakarta – Lembaga wakaf MUI gandeng DEKS BI untuk bangun wisata halal Buya Hamka di Sumatera Barat. Seperti apa?

Dilansir dari Langit7, Lembaga Wakaf MUI (LWMUI) bekerja sama dengan Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah (DEKS) Bank Indonesia (BI) membangun pusat pariwisata halal Buya Hamka yang berlokasi di Maninjau, Sumatera Barat.

Sekretaris LWMUI Guntur Subagja mengatakan, pembangunan tersebut rencananya akan dimulai pada awal 2024. Dibangunannya wisata Buya Hamka karena pariwisata halal diyakini memiliki potensi yang sangat besar sebagai kekuatan pariwisata nasional di Indonesia.

“Alasannya, selain memiliki penduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki sejumlah objek dan destinasi wisata halal yang cukup banyak yang tersebar di Nusantara,” ujar Guntur dalam keterangan resminya (20/12/2023).

Guntur juga mengatakan, pembangunan pusat pariwisata halal Buya Hamka ini sebagai salah satu upaya untuk mendukung pengembangan pariwisata yang mengusung nilai-nilai islam dan etika universal.

“Insya Allah, awal 2024 sudah mulai dibangun Halal Tourism Hub Buya Hamka yang akan menjadi role model pariwisata ramah muslim di Indonesia, model bisnisnya berbasis wakaf produktif,” ujarnya.

Dia menambahkan, pembangunan ini juga sebagai alah satu penghormatan MUI kepada Buya Hamka sebagai ulama besar, tokoh bangsa, figur teladan, yang menginspirasi umat Muslim bukan hanya di Indonesia, melainkan juga di mancanegara.

“Buya Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Buya Hamka) adalah founding father yang menjadi salah satu pendiri MUI dan Ketua Umum MUI pertama,” ujarnya.

Pembangunan ini, lanjut Guntur, akan melengkapi Museum Hama dan Masjid Syech Amrullah di Manjau yang saat ini banyak dikunjungi wisatawan mancanegara seperti Malaysia, Thailand, dan Singapura.

“Buya Hamka selain sebagai sosok figur teladan, tapi juga brand yang memberikan nilai tambah tinggi dan memiliki daya tarik wisatawan,” jelasnya.

Sebagai informasi, pembangunan pusat pariwisata halal Buya Hamka tidak hanya menggandeng DEKS BI, namun juga melibatkan Politeknik Pariwisata NHI Kementerian Pariwisata, Yayasan Keluarga Besar Buya Hamka, Keluarga Besar Fatimah Karim Amrullah, dan Buya AR Sutan Mansur, Nagari Sungai Batang dan Komunitas Masyarakat Sungai Batang.

Ragam Wisata Kuliner Halal di Pangkalpinang, Babel

Pasar Mambo, Pangkalpinang, Bangkabelitung

MTN, Bangka Belitung – Wilayah Pangkalpinang, Bangka Belitung, ternyata menyimpan potensi wisata kuliner halal yang melimpah. Seperti apa?

Dilansir dari TribunNews, ragam jenis makanan hampir semuanya tersedia di Pasar Mambo di Pangkalpinang, Bangka Beitung. Tak perlu ragu berburu kuliner di pasar ini karena Pasar Mambo kini dijadikan Zona Kuliner, Halal, Aman, Sehat (KHAS).

Peresmiannya dilakukan langsung oleh Penjabat (Pj) Gubernur Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel), Safrizal ZA, pada Kamis (21/12/2023).

“Pasar Mambo sekarang berstatus Zona KHAS, wisata kuliner, halal, aman, sehat. Mudah-mudahan ini bisa jadi wisata kuliner alternatif terbaik di Kota Pangkalpinang,” kata Safrizal, yang berharap Zona KHAS dapat memberikan dampak signifikan terhadap ekonomi masyarakat di kawasan tersebut.

Menurut Safrizal, ada beberapa hal yang perlu dikembangkan untuk mengangkat kembali nama Pasar Mambo dan meningkatkan kunjungan masyarakat. Salah satunya, pengembangan sarana dan prasarana.

“Tempat ini mesti dihias lebih baik, statusnya sudah top. Kemudian tolong juga berikan fasilitas dan pembiayaan bagi para pedagang untuk mengembangkan bangunannya supaya lebih indah, lebih bagus,” ujar Safrizal.

“Nanti Ibu Wali Kota (Penjabat Wali Kota Pangkalpinang, Lusje Anneke Tabalujan–red) akan mendesainnya yang lebih baik. Termasuk packaging, bungkusnya, kalau orang mau beli pakai GoFood bawanya enak, tolong bina ini semua,” katanya.

Terlebih, kata Safrizal, usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) seperti yang ada di Pasar Mambo menjadi penopang terbesar ekonomi masyarakat selama ini, apalagi pada saat menghadapi pandemi Covid-19 lalu.

“Mengapa kita harus lakukan ini? Karena UMKM inilah suku guru ekonomi kita ini,” ujar Safrizal.

“Kalau kita ingat masa 1998 dan wabah Covid, ekonomi kita porak-poranda. Ternyata kita bertahannya itu karena sektor UMKM dan koperasi. Karena sektor UMKM menyumbang PDRB (produk domestik regional bruto) sampai dengan 60 persen,” lanjutnya.

Sementara itu, Lusje Anneke Tabalujan menyatakan akan meneruskan program Zona KHAS di kawasan Pasar Mambo dengan banyak berfokus pada peningkatan fasilitas dan pembinaan pedagang.

“Kami dari Kota Pangkalpinang berterima kasih karena sudah difasilitasi oleh provinsi. Kami akan membina pedagang-pedagang yang ada di Pangkalpinang,” kata Lusje.

“Kita akan coba buat tempat ini (Pasar Mambo–red) menjadi lebih indah. Kita akan kerja sama dengan Bank Sumsel Babel,” ujarnya.

Beragam Makanan dan Minuman

Sementara itu beragam kuliner campuran budaya Melayu pesisir dan Ti‎onghoa dapat ditemui di Pasar Mambo Pangkalpinang.

Kuliner yang dimaksud mulai kuliner berbahan seafood hingga kuliner untuk kaum vegetarian tersedia di provinsi yang terdiri dari dua pulau besar dan ratusan pulau-pulau kecil ini.

Pasar yang sudah ada sejak puluhan tahun silam di pusat Kota Pangkalpinang tersebut berada dekat Mesjid Jami Pangkalpinang atau hanya 15 menit dari bandara Depati Amir.

Berbagai makanan tradisional seperti Selada, Mie Kuah Ikan khas Bangka, Pempek, otak-otak hingga beragam es campur seperti es kacang merah dapat dinikmati dengan harga terjangkau disini.

Lokasinya yang bisa dikatakan berada di jantung kota Pangkalpinang membuat kawasan ini mudah di datangi.

Apalagi lokasinya terbilang bersih sehingga cocok untuk bersantai sembari makan bersama keluarga.

Masakan khas yang bisa ditemui di Pasar Mambo antara lain adalah Selada Khas Bangka.

Makanan ini sangat cocok bagi kaum vegetarian lantaran bahan-bahannya terdiri dari ‎berbagai sayuran yang disiram saus kacang nan gurih.

Kenikmatan Selada akan semakin lengkap jika dinikmati bersama es kacang merah.