Keramahan Taiwan yang Membuat Wisatawan Muslim Ingin Kembali Lagi

Halal Beef Noodle (foto: Taiwan Tourism)

MTN, Jakarta – Beberapa tahun terakhir para wisatawan muslim merasa betah ketika berkunjung ke Taiwan dan selalu ingin kembali. Mengapa bisa begitu?

Dilansir dari Kompas, ada satu hal yang tidak dapat dilupakan oleh wisatawan muslim yang pernah berkunjung ke Taiwan, yaitu keramahan penduduk, tempat, atraksi dan kuliner wisata yang ditawarkan.

Banyaknya wisatawan muslim yang berkunjung membuat Taiwan berbenah. Taiwan mempersiapkan kebutuhan umat muslim seperti tempat beribadah berupa masjid dan mushola di setiap destinasi wisata serta restoran bersertifikasi halal.

Berwisata di Taiwan, para wisatawan muslim kini dapat menemukan ratusan restoran bersertifikasi halal. Cita rasa yang ditawarkan oleh restoran-restoran tersebut sangat beragam, mulai dari chinese food, hidangan Indonesia, Thailand, Turki, hingga western food. Untuk menemukannya, wisatawan dapat memanfaatkan aplikasi Halal Taiwan.

Sebagai rekomendasi, wisatawan dapat mengunjungi Halal Chinese Beef Noodle di No. 1, Alley 7, Lane 137, Yanji Street yang direkomendasikan oleh Bib Gourmand atau Really Good Seafood di No. 222, Section 1, Fuxing South Road, yang direkomendasikan oleh Michelin Plate.

Sebagai alternatif, wisatawan muslim juga dapat bersantap di restoran vegetarian. Taiwan memiliki banyak restoran vegetarian yang tidak menghidangkan daging dan alkohol.

Seperti Apa Potensi Wisata Halal di Sulawesi Selatan?

ilustrasi (foto: Cheria Travel)

MTN, Jakarta – Sulawesi Selatan tentu memiliki objek-objek wisata halal. Tapi seperti apa potensinya?

Dilansir dari SeputarJakarta, Wakil Rektor Universitas YARSI, Prof.Dr.Nurul Huda, SE, MM.,MSi., di sebuah acara diskusi daring memberikan analisanya mengenai potensi wisata untuk wilayah Sulawesi Selatan.

Focus Group Discussion (FGD) dalam rangka sharing knowledge yang dilaksanakan oleh Universitas YARSI dengan Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Sulawesi Selatan, kampus yang berlokasi di Indonesia timur, serta para stakeholder (pengambil kebijakan, pelaku industri pariwisata, akademisi, dan lainnya) pada Selasa (1/12/2020) coba membahas potensi wisata halal di Sulawesi Selatan.

Sharing knowledge ini bersumber dari penelitian mengenai pariwisata halal yang sudah dilakukan oleh Prof.Dr.Nurul Huda, SE,MM.,MSi selaku Ketua Prodi Magister Manajemen, Guru Besar FEB dan Wakil Rektor IV Universitas YARSI.

Acara dibuka oleh pemaparan hasil riset Prof.Dr.Nurul Huda, SE, MM.,MSi. pada tahun 2019. Beliau menyampaikan bahwa riset ini menggunakan pendekatan Analytic Network Process (ANP), yaitu interaksi dan wawancara langsung pada pihak-pihak yang terkait dengan pariwisata dilanjutkan dengan pengisian kuesioner skala 9 yang merupakan tahapan penelitian ANP.

“Gambaran posisi Indonesia dalam Global Islamic Economic Indicator sudah masuk dalam ranking 4 pada tahun 2020 yang sebelumnya di posisi ranking 5 pada tahun 2019. Pada hari ini disampaikan pengembangan model dynamic process untuk mengembangkan pariwisata halal pada daerah tertentu dengan harapan ada hasil yang dapat diperoleh dari metodologi tersebut yang dipandu oleh Ariel Nian Gani, M.Phil., M.Sc.(fasilitator) dan Nova Rini, SE., M.Si (pembawa acara) dalam acara ini,” katanya.

Sementara itu, Dra. Hj. Djamila Hamid selaku Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Sulawesi Selatan dalam sambutannya menyampaikan kondisi pariwisata halal Sulawesi Selatan. Menurutnya, Sulsel termasuk dalam salah satu dari 10 provinsi destinasi wisata halal di Indonesia yang mayoritas penduduknya Muslim sebesar 7,2 juta jiwa dari jumlah total penduduk 8 juta jiwa.

Djamila menuturkan bahwa, Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Sulawesi Selatan dipercaya oleh pemerintah untuk melakukan sosialisasi pariwisata halal yang merupakan program prioritas Provinsi Sulawesi Selatan pada seluruh lapisan masyarakat.

“Pada dua tahun terakhir, sosialisasi sudah dilakukan pada tingkat provinsi, dilanjutkan pada Kabupaten Bone pada awal Desember 2020,” ucapnya.

Beliau menambahkan, di Sulsel terdapat kesalahpahaman tentang pariwisata halal khususnya di daerah Toraja dikarenakan mereka khawatir untuk merubah kebiasaan tradisi yang ada, padahal intinya wisata halal melayani seluruh wisatawan Muslim dan Non-muslim.

“Dengan adanya FGD ini mudah-mudahan dapat memperluas pengenalan dan saran mengenai wisata halal Sulsel pada masyarakat kedepannya,” sambungnya.

Setelah pemaparan, dilanjutkan dengan pengumpulan ide prioritas dari para penanggap forum mengenai hal yang dapat mengembangkan pariwisata halal di Sulsel yang kemudian diterapkan pada model dynamic pengembangan riset ini.

Salah satu penanggap, Supriadi, S.E.I., M.E.I. (Dosen UIN Alauddin Makassar) menuturkan bahwa pariwisata halal di Sulsel harus didukung oleh sumber daya manusia yang mumpuni, seperti kerja sama dengan masyarakat sekitar untuk menjadi volunteer penyebaran informasi tentang wisata halal.

“Bukan tidak mungkin pembukaan program studi pariwisata syariah di kampus sehingga menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas, namun butuh waktu kurang lebih empat tahun untuk mencetak tenaga berkualitas seperti itu,” ucapnya.

Penanggap lainnya, Trimulato,SEI.,M.Si (pengguna hotel syariah) menyampaikan, kebijakan pemerintah pusat harus mengakomodasi pengetahuan mengenai sosialisasi pada masyarakat, bahwa dengan adanya pariwisata halal tidak bermaksud “menyusahkan” atau menggantikan budaya/kearifan lokal.

Destinasi Wisata Halal di Banda Aceh Masih Perlu Publikasi Luas

destinasi wisata halal di Aceh (foto: madaninews.id)

MTN, Jakarta – Banda Aceh memiliki banyak destinasi wisata halal, namun masih memerlukan publikasi secara luas, agar bisa lebih banyak lagi masyarakat yang mengenalnya.

Dilansir dari MediaAndalas, Wakil Wali Kota Banda Aceh, Zainal Arifin, saat membuka acara Focus Group Discusion (FGD) Pusat Studi Pemuda Aceh (Pusda) dengan tema “Peran Pemuda Membangun Kota Gemilang Melalui Pariwisata Berbasis Syariah” acara berlangsung di Bin Hamid Cafe kawasan Lampineng, Banda Aceh, Kamis, 31 Desember 2020, mengatakan kalau Banda Aceh memiliki banyak destinasi wisata halal yang masih memerlukan publikasi secara luas.

“Saat ini dapat kita lihat kota yang menerapkan hukum syariat Islam makin ramai dikunjungi. Salah satunya, yaitu Kota Banda Aceh,” ungkap Zainal Arifin yang sering disapa Chek Zainal.

“Bagi masyarakat luar, atau pengunjung luar negeri, semua yang mereka lihat dan rasakan di Kota Banda Aceh akan menjadi pengalaman unik yang tidak pernah mereka saksikan dan temukan di manapun”, kata Wakil Wali Kota Banda Aceh tersebut.

Banda Aceh juga sebagai kota yang peradaban Islamnya paling tua di Asia Tenggara, Kota Banda Aceh memiliki tradisi dan kebudayaan, dengan entitas peradaban nan megah dalam lembaran sejarahnya. “Sebab itu, Banda Aceh harus mampu menjadi daerah terdepan di Indonesia dalam menjadikan Kota Banda Aceh sebagai destinasi wisata halal, bahkan Banda Aceh harus menjadi pusat wisata halal di dunia,” jelas Zainal.

Chek Zainal berharap, para pemuda di Kota Banda Aceh dapat ikut terlibat dalam mendukung dan mewujudkan cita-cita ini. Ada banyak sekali bentuk keterlibatan pemuda Kota Banda Aceh dalam membuat berbagai destinasi wisata halal di kota ini menjadi terkenal.

“Cara yang paling sederhana adalah memviralkan setiap keunikan dan kekhasan yang terdapat di Kota Banda Aceh. Gunakan media sosial, baik melalui Instagram, Youtube, maupun Facebook, terutama sekali para pemuda yang memiliki banyak pengikut untuk tidak henti-hentinya memperkenalkan keindahan dan kekhasan Kota Banda Aceh ke dunia luar,” pungkas Chek Zainal.

Prinsip Wisata Halal Sejalan dengan Tren Wisata Global

MTN, Jakarta – Saat industri wisata terpukul karena pandemi Covid-19, konsep wisata halal justru naik, karena sangat mengutamakan kesehatan manusia. Hal tersebut sejalan juga dengan tren wisata global.

Dilansir dari Republika, Ketua Perkumpulan Pariwisata Halal Indonesia (PPHI) Riyanto Sofyan, mengatakan kalau era pandemi membentuk tren pariwisata global dengan karakteristik untuk lebih memanusiakan manusia.

“Jadi, megatren wisata global itu peduli lingkungan, wisata agar manusia sehat, bukan sebaliknya, merusak tubuh, dan kembali kepada keluarga,” kata Riyanto dalam keterangan resminya.

Untuk wisata halal, pemilik Hotel Sofyan ini menjelaskan, kalau megatren wisata global ini sejalan. Wisata halal memiliki pijakan menjaga tata krama, mengutamakan kesehatan, peduli lingkungan, mengangkat kearifan lokal, hingga menjalankan pariwisata yang berkesinambungan.

Dua sudut pandang wisata ini semakin saling terintegrasi dan mendukung satu sama lain. Di satu sisi, konsep pariwisata yang mainstream, kata Riyanto, bisa berjalan beriringan dengan konsep wisata halal atau wisata ramah Muslim.

Dilansir dari CNBC Indonesia, Sandiaga Uno yang baru dilantik jadi Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada tengah pekan ini (23/12), mengatakan kalau pihaknya juga diminta oleh Wapres untuk mengembangkan inovasi produk hingga wisata halal.

“Kami dipesankan bahwa inovasi-inovasi produk seperti wisata halal, desa wisata dan kegiatan yang menyentuh aspek ekonomi rakyat ditingkatkan,” ujar Sandi.

Rekomendasi Tempat Kuliner Halal di Perbatasan RI – Timor Leste

MTN, Jakarta – Ada agenda dalam waktu dekat ke Timor Leste dan ingin tahu tempat kuliner halal apa saja yang tersedia di sana?

Dilansir dari Detik, Malaka, kabupaten yang baru berusia tujuh tahun di perbatasan RI dan Timor Leste, juga memiliki beberapa tempat kuliner halal.

Berikut adalah beberapa tempat kuliner halal di wilayah Malaka. Silahkan dicek:

Warung makan Srisolo

Warung makan Srisolo ada di ibu kota Malaka, Betun. Tepatnya, di jalan raya Ahmad. Yani.

Warung Srisolo menawarkan menu beragam yang gampang dijumpai di Jawa. Di antaranya ayam atau ikan lalapan, nasi campur (berupa nasi rames), soto ayam, gado-gado, dan bakso.

“Di sini spesialnya sambalnya. Sambal tidak terlalu pedas dan kaya rempah. Sejauh ini cocok dengan pribumi ataupun pendatang,” ujar Julianto Putra, pemilik warung makan Srisolo, yang berasal dari Sukoharjo.

Menurut Julianto mengatakan kalau harga makanan di Srisolo cukup terjangkau, kisarannya antara Rp14 ribu hingga Rp35 ribu. Sebagai gambaran, harga gado-gado satu porsi Rp15 ribu, nasi campur rendang Rp20 ribu, begitu pula dengan harga semangkok soto dibanderol Rp20 ribu, sedangkan ayam goreng lalapan Rp25 ribu, dan ayam goreng kampung Rp35 ribu.

Warung lalapan Matador

Warung makan Matador merupakan warung makan kaki lima yang berada di Betun. Lokasinya tepat berada di emperan toko ban Matador.

Warung Matador menyediakan menu ikan dan ayam lalapan. Jam buka warung ini menyesuaikan dengan toko tutup, mulai sore hari.

Pemilik warung makan ini, Japar, juga pendatang. Pria asal Malang itu membuka warung makan Matador dalam waktu enam tahun terakhir.

Wisatawan muslim bisa merasakan makan dengan lesehan. Harga makanan di sini cukup bervariasi antara Rp20 ribu hingga Rp50 ribu.

Warung Makan Sederhana

Warung Makan Sederhana tidak jauh dari Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Motamasin, Malaka. pemiliknya, Manto, juga pendatang. Dia asli Klaten dan delapan tahun tinggal di Malaka.

Menu yang disediakan di warung makan ini cukup bervariasi. Manto, mengatakan kalau rendang dan rawon yang menjadi favorit pelanggan.

Selain hidangan nasi dan lauk-pauk, Warung Makan Sederhana di perbatasan Malaka ini menyediakan berbagai macam gorengan. Juga mi instan rebus atau goreng.

Kawasan Kesultanan Banten Berpotensi jadi Destinasi Wisata Halal Internasional

Kawasan Kesultanan Banten (foto: bantennews.co.id)

MTN, Jakarta – Kawasan Kesultanan Banten berpotensi untuk jadi destinasi wisata halal internasional. Seperti apa?

Dilansir dari NewsComID, kawasan Kesultanan Banten di Kota Serang, khususnya Masjid Agung Banten, Kraton Surosowan dan Kraton Kaibon, berpotensi besar menjadi Destinasi Wisata Halal Internasional jika dapat memenuhi sejumlah aspek.

Asisten Staf Khusus (Stafsus) Wakil Presiden (Wapres) Republik Indonesia (RI) Bidang Ekonomi dan Keuangan, Guntur Subagja Mahardika, S.Sos., M.Si., menyatakan hal tersebut pekan lalu (18/12), saat memberikan kata sambutan di Kunjungan ke Masjid Agung Banten dan Kraton Surosowan.

Kedua obyek wisata ini terletak di Kelurahan Banten, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Provinsi Banten. Kawasan ini juga dikenal luas sebagai Banten Lama, yakni saksi bisu dari Kemegahan Kesultanan Banten pada abad ke-15 hingga 17 Masehi.

“Presiden RI, Ir. H. Joko Widodo, dan Wapres Prof. Dr. (H.C.) Drs. KH Ma’ruf Amin, sangat fokus mengembangkan ekonomi dan keuangan syariah. Tantangan kita ialah bagaimana menjadikan Kawasan Banten Lama ini, khusus Masjid Agung Banten, Kraton Surosowan dan Kraton Kaibon, menjadi destinasi wisata halal internasional,” tutur Guntur Subagja.

Menurut Guntur, ada banyak aspek yang harus dibenahi untuk mewujudkan Kawasan Banten Lama sebagai destinasi wisata halal internasional.

“Antara lain sertifikasi halal bagi produk-produk UMKM, dan sinergi dengan kawasasan industri halal yang saat ini sedang dikembangkan oleh pemerintah di Cikande, Banten,” ujar Guntur Subagja.

Persyaratan lainnya, ungkap Guntur Subagja, ialah penerapan aturan protokol kesehatan Corona Virus Desease 2019 (COVID-19) secara baik dan benar.

“Kita manfaatkan momentum pandemi COVID-19 ini dengan ‘menjual’, dalam tanda kutip, wisata di Kawasan Banten Lama kepada masyarakat internasional,” papar Guntur Subagja yang juga Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Perkumpulan Insan Tani dan Nelayan Indonesia (INTANI) itu.

Harapannya, ucap Guntur, kawasan Banten Lama ini dapat menjadi sumber pendapatan ekonomi bagi masyarakat yang tinggal di sekitarnya, khususnya pelaku UMKM dan pariwisata halal di Masjid Agung Banten, Kraton Surosowan dan Kraton Kaibon.

Ini Dia Prediksi Belanja Industri Wisata Muslim untuk Tahun 2024

ilustrasi (foto: bisniswisata.co.id)

MTN, Jakata – Empat tahun lagi (2024) diharapkan kalau pandemi sudah usai, dan industri wisata halal diharapkan dapat melesat. Seperti apa prediksi belanja wisata muslim untuk tahun 2024 nanti?

Dilansir dari JawaPos, Vice President APAC, Wego Pte Ltd Nina Kubik-Cheng mengatakan, berdasarkan platform agen travel online Wego, belanja wisatawan muslim di dunia diproyeksi tembus USD 274 miliar pada 2024 mendatang.

“Yang paling banyak adalah muslim dari generasi milenial, baik dari kawasan Timur Tengah maupun Asia Tenggara,” ujarnya dalam acara konferensi pers secara virtual.

Nina menyebut, peningkatan tersebut disebabkan karena generasi milenial dan generasi Z kini banyak yang sudah memiliki pendapatan. Hal yang paling banyak untuk dibelanjakan adalah berwisata atau traveling.

“Mereka (Milenial dan Gen Z) sangat berdampak pada pariwisata dunia,” ucapnya.

Meskipun demikian, Nina mengaku, saat ini industri pariwisata tengah mengalami penurunan tajam akibat pandemi Covid-19. Namun, menurut survei yang dilakukan Wego pada pengguna platformnya di Malaysia dan Indonesia yang mayoritas muslim, sebenarnya mereka sudah menantikan aktivitas berwisata kembali.

Menurut Nina, pada akhirnya gelombang wisatawan akan kembali pada saat larangan bepergian sudah dicabut di mancanegara, dan ancaman keselamatan dan kesehatan bisa diatasi.

“Kami percaya ada keinginan besar untuk berwisata lagi, dan itu akan memulihkan permintaan dalam industri pariwisata. Dan pada akhirnya,” ungkapnya.

Berdasarkan hasil survei Wego, tercatat sebesar 64,74 persen dari koresponden Indonesia sudah berencana untuk berwisata lintas negara jika larangan sudah dicabut.

Hanya 6,32 persen yang sudah bertekad untuk tetap berwisata pada tahun ini dalam kondisi apapun.

Sisanya, hanya 8,95 persen dari koresponden Indonesia yang berencana wisata lintas negara pada semester I 2021, dan sebanyak 20 persen dari koresponden Indonesia yang berencana untuk wisata lintas negara pada semester II tahun depan.

Industri Wisata Halal di Turki Naik Saat Pandemi

ilustrasi (foto: mresco.com)

MTN, Jakarta – Banyak industri yang ambruk saat pandemi ini, namun industri wisata halal di Turki justru kebalikannya. Seperti apa?

Dilansir dari Republika, Industri pariwisata halal Turki tumbuh melampaui harapan di tengah pandemi.

Emrullah Ahmet Turhan, Sekretaris Jenderal Organisasi Pariwisata Internasional Halal, mengatakan bahwa seperti yang mereka perkirakan pada awal pandemi; ada minat yang besar terutama pada hotel butik dan vila-vila.

“Kami sudah mencapai 100 persen tingkat hunian di vila, yang biasanya mencapai 90-95 persen tingkat hunian. Begitu juga bisnis yang melayani kemah dan karavan sudah mencapai kapasitas maksimum,” kata Turhan.

“Kapal pribadi juga banyak diminati. Dalam musim (pandemi) yang bergejolak di banyak sektor, sektor pariwisata halal (justru) tidak merugikan investornya,” katanya.

Emrullah Ahmet Turhan mencatat bahwa upaya Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Turki telah membuahkan hasil di sektor ini. Turhan mengatakan dengan promosi yang tepat, tindakan antisipasi terbaik di bandara, dan sertifikat pariwisata yang aman diberikan kepada hotel-hotel yang memenuhi standar kesehatan, para pengunjung dapat menikmati liburan mereka dengan perasaan aman.

Wisata halal menargetkan keluarga Muslim yang mengikuti aturan Islam. Fasilitas yang sesuai dengan kategori ini tidak melayani alkohol dan memiliki fasilitas spa dan kolam renang terpisah untuk pria dan wanita.

Inilah Daftar Negara Konsumen Wisata Halal Terbesar

ilustrasi (foto: popularitas.com)

MTN, Jakarta – Laporan terbaru ungkap jumlah total uang yang dihabiskan oleh wisatawan muslim Indonesia per tahunnya. Seberapa besar?

Dilansir dari Detik, berdasarkan laporan United Nations World Travel Organization (UNWTO), Indonesia memiliki 11,6 juta wisatawan muslim yang gemar berwisata lintas negara.

UNWTO mencatat wisatawan muslim Indonesia menghabiskan uang dengan jumlah cukup besar untuk berwisata ke luar negeri pada tahun 2019, yakni mencapai US$11 miliar atau sekira Rp158 triliun. Hal tersebut oleh Chairman Sofyan Corp, Riyanto Sofyan, dalam virtual event Reimagine Halal in Asia (HIA) 2020.

“Kita memiliki 11,6 juta outbound tourist muslim, dan menghabiskan sekira US$11,8 miliar per tahun,” ungkap Sofyan.

Indonesia masuk ke daftar lima besar untuk kategori tersebut, setelah Arab Saudi, UEA, Qatar, dan Kuwait. “Jadi Indonesia juga salah satu pasar terbesar (industri) wisata muslim dunia,” kata Riyanto dalam talkshow HIA yang bertemakan Asia’s Golden Age: 2021 and Beyond for Halal Ecosystem.

Besarnya pengeluaran dari wisatawan muslim Tanah Air saat berwisata lintas negara itu mendudukkan Indonesia dalam daftar lima negara dengan pengeluaran terbesar untuk wisata halal di dunia.

Berikut adalah daftar lima negara dengan pengeluaran terbesar untuk wisata halal:

  1. Arab Saudi sebesar US$ 24,3 miliar atau sekira Rp344 triliun per tahun.
  2. Uni Emirat Arab (UEA) sebesar US$ 17,2 miliar atau sekira Rp243 triliun per tahun.
  3. Qatar sebesar US$ 14,2 miliar atau sekira Rp201 triliun.
  4. Kuwait sebesar US$ 13 miliar atau sekira Rp184 triliun.
  5. Indonesia sebesar US$ 11,2 miliar atau sekira Rp158 triliun.

Di sisi lain, jumlah wisatawan muslim dunia memang terus mengalami peningkatan, yakni terakhir mencapai 200 juta orang pada tahun 2019.

Ini Dia Panduan Lengkap Tentang Wisata Halal

ilustrasi (gambar: http://www.halalmui.org)

MTN, Jakarta – Hingga kini masih banyak persepsi salah mengenai wisata halal. Di sini kami coba memaparkannya kepada anda dengan jelas.

Dilansir dari situs LPPOM MUI, ini adalah panduan tentang konsep Wisata Halal, berdasarkan Fatwa DSN MUI Nomor 108/DSN-MUI/X/2016.

Prinsip Umum Penyelenggaraan Pariwisata Syariah:

  1. Penyelenggara wisata:
    Wajib terhindar dari kemusyrikan, kemaksiatan, kemafsadatan, tabdzir/israf, dan kemunkaran; serta menciptakan kemaslahatan dan kemanfaatan baik secara material maupun spiritual.
  2. Pihak hotel:
    a. Hotel tersebut tidak boleh menyediakan fasilitas akses pornografi dan tindakan asusila.
    b. Tidak boleh menyediakan fasilitas hiburan yang mengarah pada kemusyrikan, maksiat, pornografi dan/atau tindak asusila;
    c. Makanan dan minuman yang disediakan hotel syariah wajib telah mendapat sertifikat halal dari MUI.
    d. Menyediakan fasilitas, peralatan dan sarana yang memadai untuk pelaksanaan ibadah, termasuk fasilitas bersuci.
    e. Pengelola dan karyawan/karyawati hotel wajib mengenakan pakaian yang sesuai dengan syariah.
    f. Hotel syariah wajib memiliki pedoman dan/atau panduan mengenai prosedur pelayanan hotel guna menjamin terselenggaranya pelayanan hotel yang sesuai dengan prinsip syariah.

Kewajiban pihak destinasi wisata:
a. Destinasi wisata syariah wajib memiliki fasilitas ibadah yang layak pakai, mudah dijangkau dan memenuhi persyaratan syariah; makanan dan minuman halal yang terjamin kehalalannya dengan Sertifikat Halal MUI.
b. Destinasi wisata wajib terhindar dari kemusyrikan dan khurafat; maksiat, zina, pornografi, pornoaksi, minuman keras, narkoba dan judi; pertunjukan seni dan budaya serta atraksi yang bertentangan prinsip-prinsip syariah.

Fasilitas yang wajib ada berdasarkan CrescentRating (lembaga otoritas bidang wisata halal):

  1. Makanan halal
  2. Fasilitas salat
  3. Kamar mandi dengan air untuk wudhu
  4. Pelayanan saat bulan Ramadhan
  5. Pencantuman label non halal (jika ada makanan yang tidak halal)
  6. Fasilitas rekreasi yang privat (tidak bercampur baur secara bebas)

Kewajiban destinasi halal berdasarkan Global Muslim Travel Index (GMTI):

  1. Destinasi ramah keluarga
  2. Layanan dan fasilitas di destinasi yang ramah muslim
  3. Kesadaran halal dan pemasaran destinasi
  4. Keamanan umum bagi wisatawan muslim
  5. Jumlah kedatangan wisatawan muslim yang cukup ramai
  6. Pilihan makanan dan jaminan halalnya
  7. Akses ibadah yang mudah dan baik
  8. Fasilitas di bandara yang ramah muslim
  9. Opsi akomodasi yang memadai
  10. Kemudahan komunikasi
  11. Jangkauan dan kesadaran kebutuhan wisatawan muslim
  12. Konektivitas transportasi udara