Brasil Mulai Terpincut Wisata Ramah Muslim

ilustrasi (foto: Republika)

MTN, Sao Paulo – Brasil kini mulai terpincut wisata ramah Muslim. Seperti apa?

Dilansir dari Republika, saat ini Brasil terkenal sebagai pengekspor sumber protein halal terbesar di dunia, yaitu daging sapi halal.

Wisata ramah Muslim menjadi garapan besar Brasil berikutnya. Wisatawan Muslim mampu menciptakan pendapatan 238 miliar dolar AS setiap tahunnya di Brasil. Saat ini, wisatawan dari negara-negara mayoritas Muslim masih terbilang rendah. Maka itu, ada keinginan dari pemerintah Brasil untuk melipatgandakannya.

Sao Paulo, hub ekonomi utama Brasil, misalnya, tahun lalu hanya kedatangan 21.500 wisatawan dari negara-negara Arab. Ali Zoghbi, sekjen International Halal Academy; lembaga yang menawarkan pelatihan mengenai produk dan layanan halal, berkeinginan membantu Brasil mewujudkan tekadnya untuk menggaet lebih besar wisatawan Muslim.

Zoghbi menyatakan, baik Sao Paulo maupun Distrik Federal di mana ibu kota Brasil, Brasilia berada, sedang berupaya menjadi tujuan wisata ramah Muslim.

“Kami yakin, Sao Paulo dapat sejumlah keuntungan saat jadi tujuan wisata Muslim. Maka kami mulai bermitra dengan kementerian wisata menyiapkan hotel, restoran, dan transportasi untuk wisatawan Muslim,” ujarnya.

Sao Paulo memiliki populasi beragam, termasuk di dalamnya terdapat komunitas Muslim yang berusia seabad, serta keberadaan sejumlah masjid. Hal ini merupakan gerbang bagi Brasil dan detinasi terpenting bagi pengusaha dari dunia Islam.

“Kami mengembangkan panduan wisata ramah Muslim, termasuk informasi mengenai masjid, konsulat negara berpenduduk mayoritas Muslim, dan destinasi wisata yang menarik,” imbuh Koordinator Wisata Brasil, Ana Clemente.

Clemente menyatakan tujuan pemerintahnya adalah meningkatkan kualitas pengalaman wisatawan Muslim di Sao Paulo, dengan memberikan informasi yang berguna bagi mereka serta melatih pekerja hotel dan restoran agar memberi layanan memadai.

“Ide lainnya juga mengurangi potensi prasangka terhadap Muslim,” katanya menegaskan. Saat ini, menurut dia, wisatawan dari AS, Eropa, Chile, dan Argentina mendominasi kunjungan ke Sao Paulo setiap tahunnya.

Meski demikian, jelas dia, ada sejumlah destinasi menarik bagi wisatawan Muslim di wilayah metropolitan ataupun pinggiran. Sejak program berjalan, menurut dia, hotel terkemuka di Sao Paulo telah memiliki sertifikat ramah Muslim, dua lainnya sedang dalam proses.

Penyesuaian-penyesuaian yang besar tak begitu dituntut, tetapi sejumlah detail sangat penting. Misalnya, kata Zoghbi, stiker di kamar hotel yang menunjukkan arah kiblat, menyingkirkan minuman beralkohol dari kamar yang diisi tamu Muslim serta daging babi dari menu.

Membuat semacam pancuran di kamar mandi untuk berwudhu, menyediakan sajadah, serta Alquran. “Tantangan terbesarnya membuat tamu merasa ada di rumah. Kami harus paham siapa mereka dan apa yang mereka perlukan,” kata Zoghbi menjelaskan.

Setelah Sao Paulo memulai program wisata ramah Muslim pada 2023, Distrik Federal juga tertarik mengembangkan program yang sama. Ia melihat upaya menarik wisatawan Muslim, hampir sama saat Brasil pertama kali mengekspor daging sapi halal ke dunia Arab pada 1976.

“Penjualan daging sapi halal untuk pertama kalinya memang tak relevan, hanya dalam jumlah kecil. Namun, sekarang Brasil dikenal sebagai produsen terbesar sumber protein halal di dunia,” pungkas Zoghbi.

Brasil Siap Hadirkan Wisata Halal

ilustrasi (foto: www.indotayang.com)

MTN, Jakarta – Wisata halal terus menjadi tren global. Hal ini pun juga ditanggapi oleh Brasil. Seperti apa?

Dilansir dari Republika, Desember 2021 ini, Dewan Pariwisata Brasil atau Embratur berpartisipasi dalam Forum Bisnis Halal Global Brasil edisi pertama. Acara ini diadakan oleh Kamar Dagang Arab-Brasileira dan Federasi Asosiasi Muslim Brasil (Fambras Halal).

Manajer Embratur, Claudine Bichara, diketahui menghadiri diskusi tentang gaya hidup penduduk Islam, yang dikenal dengan tingkat keunggulan dan nilai tambah yang tinggi.

“Produk dan layanan halal mencakup berbagai sektor dan merupakan peluang besar bagi perusahaan Brasil,” ujar Bichara, awal pekan lalu (20/12).

Pasar halal yang menghormati gaya hidup penduduk Islam ini akan bernilai 4,8 triliun dolar AS. Sekitar 1,9 miliar konsumen (24,5 persen dari populasi global), terutama dari negara-negara Arab, Eropa, dan Asia seperti Indonesia, India dan Malaysia, termasuk dalam segmen ini.

Isu-isu seperti waktu yang tepat untuk sholat, permintaan kebersihan, kebutuhan arah Kiblat saat sholat, puasa selama Ramadhan, merupakan beberapa poin yang harus dipertimbangkan ketika bekerja dengan jenis turis ini.

Hotel bersertifikat halal juga wajib menyiapkan peralatan shalat, seperti sajadah, serta tidak ada alkohol di minibar. “Ini adalah detail yang tidak menghasilkan adaptasi besar bagi mereka yang menerima, tapi itu membuat semua perbedaan bagi umat Islam,” kata Bichara.

Sejalan dengan skenario peluang yang ada, kota Foz do Iguaçu di negara bagian Paraná, Brasil, diharapkan menjadi kota pertama yang mendapatkan sertifikat halal di Amerika Latin.

Proses sertifikasi tersebut kini sedang dalam negosiasi. Perubahan utama akan dilakukan di sektor perhotelan, layanan dan gastronomi.

Salah satu prosedur ini, misalnya, ketersediaan ruangan atau tempat di hotel untuk shalat, serta penawaran salinan Alquran di setiap tempat akomodasi.

Ada juga aspek yang berkaitan dengan makanan. Daging yang disajikan kepada Muslim, harus berasal dari hewan dengan standar sertifikat halal.

Selain memenuhi protokol, salah satu tempat wisata utama di Foz do Iguaçu adalah Masjid Omar Ibn Khatab. Rumah ibadah ini dianggap sebagai masjid terbesar di antara seluruh Amerika Latin.

Foz do Iguaçu adalah pintu gerbang utama ke Air Terjun Iguaçu, yang terletak di Taman Nasional Iguaçu dan dinyatakan sebuah warisan alam oleh UNESCO. Wisata ini dianggap sebagai set air terjun terbesar di dunia, dengan lebih dari 75 air terjun hingga ketinggian 80 meter.