Saat Pandemi Turis Muslim Lebih Suka Wisata Alam

ilustrasi (foto: @ginanjar17 )

MTN, Jakarta – Studi terbaru mengungkap kalau turis muslim lebih menyukai wisata alam saat pandemi seperti sekarang ini.

Dilansir dari Detik, data survei terbaru dari Pear Anderson dan WEGO mengungkap kalau turis muslim lebih menyukai wisata alam saat pandemi.

“Tamasya untuk melihat pemandangan menjadi kegiatan utama bagi wisatawan Muslim Indonesia. Namun, wisata alam dan aktivitas petualangan juga dinilai populer dengan urutan ketiga untuk responden Muslim Indonesia,” tulis pihak Pear Anderson dan WEGO di keterangan resminya.

Di atas kegiatan tamasya, alam, serta petualangan, kegiatan mencicipi kuliner lokal adalah yang paling disukai wisatawan Indonesia dengan presentase sebanyak 19%. Khususnya di kalangan anak muda.

“Responden muslim Indonesia di kelompok usia 18-24 tahun dan 45-54 tahun memiliki kecenderungan lebih besar untuk mencicipi kuliner lokal dibandingkan kategori usia lainnya,” bunyi detilnya.

Saat bepergian, wisatawan muslim Indonesia akan memilih untuk bersantap di gerai bersertifikat halal (persentase 22,5%). Temuan ini sejalan dengan preferensi mereka saat memilih destinasi dan akomodasi.

Diketahui, wisatawan muslim Indonesia cenderung santai soal makanan. Sekitar 8,7% mengatakan bahwa mereka akan makan di restoran jenis apa saja.

Pilihan populer lainnya di kalangan responden adalah membawa makanan yang sudah disiapkan dari rumah (21,2% Indonesia).

Selain itu, Tempat wisata dengan fasilitas ramah muslim dinilai lebih menarik. Sekira 89,5% responden muslim Indonesia menyatakan lebih tertarik untuk mengunjungi suatu objek wisata jika tempat tersebut memiliki fasilitas ramah Muslim.

Peminat Wisata Halal Justru Meningkat di Tengah Pandemi

ilustrasi (foto: balkaninsight)

MTN, Jakarta – Di tengah masa pandemi Covid-19 ini, peminat wisata halal justru meningkat. Seperti apa?

Dilansir dari Republika, peminat wisata halal di Turki justru meningkat di tengah masa pandemi Covid-19.

Seorang pejabat operator tur wisata internasional mengatakan kalau minat terhadap pariwisata halal yang menawarkan lebih banyak privasi meningkat di tengah pandemi.

Dalam sebuah wawancara dengan Anadolu Agency, Emrullah Ahmet Turhan, sekretaris jenderal di Organisasi Pariwisata Halal Internasional, mengatakan kalau wisata halal memahami perlunya privasi yang memberikan keunggulan di masa-masa tidak pasti ini.

Pariwisata halal menawarkan paket yang dibuat khusus untuk para turis yang mentaati hukum Islam; menawarkan layanan antara lain menginap di hotel yang tidak menyajikan alkohol, fasilitas spa dan kolam renang terpisah (untuk pria dan perempuan).

Turhan mengatakan kalau orang-orang dapat menikmati musim liburan musim panas dengan mengikuti aturan jarak fisik dan sosial; yang ditawarkan oleh pariwisata halal.

Berbicara tentang Turki, Turhan mengatakan hampir 30 unit hotel telah mengubah fasilitas mereka menjadi pariwisata halal. Dia menekankan pariwisata halal adalah “bisnis serius” yang pendapatan skala globalnya pada 2018 mencapai 171 miliar dolar AS.

Turhan mengatakan 121 juta Muslim di seluruh dunia melakukan perjalanan ke negara lain setiap tahun.

“Sekira 8,5 juta Muslim datang ke Turki untuk liburan setiap tahun,” ungkapnya dalam menyoroti angka tersebut; yang merupakan 10 persen dari wisatawan Muslim global.

Turhan menambahkan, kalau setiap turis dalam bidang ini rata-rata menghabiskan setidaknya 1.296 dolar AS di Turki.

Pameran Pariwisata Terbesar Arab Saudi Ditunda karena Covid-19

Wadi Hanifa (foto: www.akdn.org)

MTN, Jakarta – Pameran pariwisata terbesar Arab Saudi, Riyadh Travel Fair 2020, diputuskan ditunda untuk kedua kalinya karena pandemi virus Corona.

Dilansir dari Okezone, awalnya festival tahunan itu dijadwalkan pada Maret, kemudian digeser jadi 2020. Namun, karena pandemi masih berlangsung, maka kembali diundur ke 15-18 Maret 2021.

Penundaan terbaru dilakukan oleh para pejabat di ASAS Exhibitions and Conference Organizing Company, perusahaan yang menyelenggarakan pameran tersebut, demi kepentingan kesehatan dan keselamatan publik.

“Kami sekarang merencanakan edisi 2021 dan berharap dapat menyambut kembali semua mitra industri perjalanan dan publik kami setelah kesehatan dan keselamatan pengunjung dapat sepenuhnya terjamin,” ujar Bandar Al-Quraini, Manajer Umum di ASAS Exhibitions and Conference Organizing Company .

Riyadh Travel Fair adalah pameran wisata dan perjalanan terbesar di Arab Saudi, yang menarik pengunjung dan peserta pameran dari Timur Tengah, Afrika Utara, Asia, Australia, dan Eropa.

Pameran ini bertujuan untuk mempromosikan investasi, pengembangan dan keberlanjutan sektor pariwisata di wilayah Arab Saudi.

Lebih dari 270 peserta pameran dari 50 negara akan ambil bagian untuk Riyadh Travel Fair edisi 2020. Diharapkan 30.000 orang pengunjung akan hadir di acara tiga hari tersebut.

Strategi Bertahan di Tengah Pandemi untuk Industri Wisata Halal

foto: Suara Merdeka

MTN, Jakarta – Pandemi Corona merontokan segala sektor industri, tak terkecuali pariwisata. Namun ada strategi untuk industri wisata halal di tengah pandemi ini. Seperti apa?

Dilansir dari CendanaNews, Ketua Bidang Industri Halal dan Industri Kreatif DPP Ikatan Asosiasi Ekonomi Islam (IAEI), Riyanto Sofyan, memberikan strategi bertahan bagi wisata halal di tengah pandemi.

Riyanto Sofyan menyebut kalau untuk mampu bertahan tentunya para pelaku industri pariwisata halal harus menyiapkan berbagai strategi. Di antaranya adalah overhaul business model.

“Yakni, bongkar pasang bisnis model perlu dilakukan pelaku pariwisata,” ujar Riyanto Sofyan yang juga menjabat sebagai Ketua Umum di Perkumpulan Pariwisata Halal Indonesia (PPHI).

Riyanto menyebut, bahwa dalam bisnis pariwisata masih bisa berjalan meski dalam keadaan rugi. Namun bisnis pariwisata bisa dikatakan mati kalau arus kasnya macet.

Sehingga menurutnya lagi, dalam menjalankan bisnis pariwisata yang paling utama adalah manajemen arus kas.

“Caranya otomatis kita harus merestruktur biaya yang ada, karena saat ini, kalau kita meminta pinjaman tambahan tidak akan mungkin dapat,” tukasnya.

Riyanto menyarankan, agar skema kemitraan pelaku pariwisata harus dijalankan, sehingga mempunyai nafas yang lebih panjang meskipun arus kas yang terbatas.

Karena kondisi di lapangan menunjukkan, sebagian industri pariwisata ada yang beralih usaha. Contohnya, kata Riyanto, beralih usaha menjadi penjual sembako.

Adapun strategi lainnya, jelas dia, untuk pariwisata saat ini adalah pembuatan safe protocol, yaitu sesuatu yang memerlukan biaya tambahan tapi mesti dilakukan.

“Kita sebagai umat muslim harus tetap optimis agar industri pariwisata halal ini mampu bertahan di situasi pandemi Covid-19 ini,” ungkap Riyanto.

Apalagi menurutnya, pariwisata halal memiliki peluang yang besar untuk berkembang di Indonesia. Pasalnya, tren dan gaya hidup halal sudah melekat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia.

“Yang dijual industri pariwisata ialah pengalaman yang diperoleh dengan mengunjunginya langsung wahana wisata tersebut. Maka, inovasi dan kreativitas sangat sangat diperlukan di saat pandemi Covid-19, ini,” ujar Riyanto Sofyan.

Aturan Haji 2020: Jamaah Dilarang Sentuh Ka’bah

foto: aljazeera.com

MTN, Jakarta – Di musim Haji 2020 masa pandemi Corona ini, pihak Kerajaan Arab Saudi menerapkan protokol dilarang menyentuh Ka’bah dan wajib jaga jarak saat Thawaf.

Dilansir dari Detik, di era New Normal, pemerintah Arab Saudi kian tegas perihal aturan bagi para jamaah haji. Ada banyak aturan baru yang harus jamaah ketahui.

Pemerintah Arab Saudi memutuskan untuk membatasi pelaksanaan Haji 2020 untuk mencegah penyebaran virus corona. Melalui Pusat Pencegahan Penyebaran Penyakit (CDC), Pemerintah Arab Saudi merilis aturan Haji 2020 sesuai protokol kesehatan, seperti dilarang menyentuh Kakbah.

Pelaksanaan Haji 2020 hanya diperuntukkan bagi 1.000 orang jamaah, orang Arab Saudi atau warga asing yang saat ini berdomisili di Arab Saudi. Ini merupakan kali pertama pelarangan haji bagi Muslim dari luar negeri, di zaman modern.

Selain dilarang menyentuh Kakbah, jamaah Haji 2020 juga diminta menjaga jarak satu dengan yang lain sekitar satu setengah meter selama salat berjamaah dan ritual tawaf, atau berkeliling Kakbah.

Akses ke lokasi Haji yang lain, seperti: Mina, Muzdalifah, dan Arafah akan dibatasi, hanya diperuntukan bagi pemilik izin haji pada 19 Juli hingga 2 Agustus 2020. Jemaah juga diwajibkan menggunakan masker sepanjang waktu.

Sementara itu, keputusan Haji terbatas dilakukan setelah pemerintah Arab Saudi melakukan beberapa pertimbangan. Sebelumnya, negara tersebut sempat menerapkan kebijakan lockdown hingga penutupan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.

Platform Digital & Konten Kreatif Diharapkan Bisa Tarik Kembali Wisatawan ke Indonesia

foto: Reuters

MTN, Jakarta – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif / Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf / Baparekraf) berharap platform digital & konten kreatif bisa tarik kembali wisatawan ke Indonesia.

Dilansir dari keterangan resminya, pihak Kemenparekraf / Baparekraf berharap pemanfaatan platform digital dan konten kreatif bisa menjadi sarana edukasi yang efektif untuk menarik kepercayaan wisatawan agar kembali berwisata di Indonesia.

“Gaining trust dan confidence adalah kunci dalam percepatan pemulihan sektor pariwisata namun hal ini tidak mudah, butuh upaya yang luar biasa dan kerja sama dari kita semua,” kata Nia Niscaya, Deputi Bidang Pemasaran Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Nia Niscaya, saat Webinar Workshop Konten Kreatif Travel Vlogger bersama travel vlogger Ariev Rahman dan Sutiknyo, Jumat (26/6).

Berdasarkan data dari social listening tools Sprinklr Analytic, selama periode 9-16 Juni 2020, ada peningkatan signifikan persepsi negara lain terhadap Indonesia terkait pandemi COVID-19 dari bulan-bulan sebelumnya yang minus dibawah angka nol, minggu ini mulai positif, variatif dan ada yang di atas 50 persen.

“Melalui webinar ini diharapkan dapat menginspirasi masyarakat untuk membuat konten kreatif vlogging, khususnya dalam mempromosikan keindahan dan keunikan pariwisata tanah air. Wisatawan nusantara diharapkan dapat menjadi pionir yang mempopulerkan normal baru pariwisata Indonesia berdasarkan protokol Cleanliness, Health, and Safety CHS yang tengah kami persiapkan,” ujar Nia.

Ketika kondisi Covid19 mulai mereda dan kondusif, masyarakat diharapkan tetap saling mengingatkan untuk menegakkan protokol kesehatan. Belajar dari negara lain yang berhasil menangani Covid19 dengan baik, yang bangkit terlebih dahulu adalah wisatawan domestiknya. Begitu pula dengan Indonesia, jika kondisi sudah kondusif, wisatawan domestik akan menjadi harapan, sehingga Kemenparekraf membuat kampanye aktivasi #DiIndonesiaAja yang mengajak wisatawan domestik untuk berwisata di dalam negeri dengan tetap menegakkan protokol CHS.

Untuk membangun kepercayaan terhadap destinasi Indonesia, penerapan protokol CHS tengah dipersiapkan, didukung dengan acuan penerapan protokol kesehatan yang telah dikeluarkan Kementerian Kesehatan dan diturunkan kedalam panduan protokol kesehatan sektor Parekraf, yang antara lain dalam bentuk digital handbook dan pembuatan konten kreatif bekerja sama dengan hotel, rumah makan dan sektor Ekraf lainnya yang akan segera diluncurkan.

Penggunaan media sosial secara intensif untuk membagikan konten-konten edukasi seperti video animasi untuk mengingatkan kebiasaan baru yang harus dipraktikkan di era normal baru seperti pemakaian masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak dengan orang lain.

Arab Saudi Hanya Bolehkan Warga Lokal untuk Ibadah Haji 2020

foto: France 24

MTN, Jakarta – Arab Saudi hanya bolehkan warga lokal mereka untuk ibadah Haji tahun ini. Seperti apa?

Dilansir dari Detik, pemerintah Arab Saudi hanya akan membolehkan sekira 1.000 orang warga lokal untuk menjalankan ibadah haji tahun ini.

“Jumlah jemaah hanya akan berkisar 1.000 [orang], mungkin kurang, mungkin juga lebih sedikit,” ujar Menteri Urusan Haji Arab Saudi, Mohammad Benten.

“Jumlahnya tidak akan mencapai ratusan ribu atau ribuan [orang],” tambahnya.

Pemerintah Saudi mengatakan ibadah haji tahun 2020 dilaksanakan dengan menerapkan protokol kesehatan.

Biasanya, dalam situasi normal, ibadah haji diikuti oleh lebih dari dua juta orang.

Wabah Covid-19 juga telah memicu sejumlah negara untuk membatalkan pengiriman jemaah haji untuk tahun ini.

Kasus Covid-19 Melonjak, Masjid Terbesar Kota New Delhi Kembali Ditutup

Jama Masjid di kota New Delhi (foto: india.com)

Jakarta – Kasus Covid-19 melonjak, masjid terbesar di kota New Delhi, India kembali ditutup. Seperti apa?

Dilansir dari Detik, setelah sempat dibuka selama tiga hari, Masjid Utama di kota New Delhi ditutup kembali. Hal ini karena virus Corona di negara tersebut semakin meningkat.

Masjid Jama yang dibangun pada abad ke-17 di New Delhi, India, sempat dibuka Senin (8/6) saat pemerintah melonggarkan larangan pertemuan keagamaan. Namun, pihak berwenang memperingatkan bahwa infeksi virus Corona bisa melonjak dalam beberapa pekan ke depan.

Demi menjaga jemaah agar tak terpapar virus Corona, pengelola memutuskan untuk kembali menutup masjid mulai Jumat (12/6).

Menurut Ketua Ulama, Syed Ahmed Bukhari, ibadah publik (di masjid Jama) akan dihentikan mulai Jumat hingga 30 Juni mendatang, mengingat situasi yang juga semakin memburuk di kota New Delhi.

Hingga Jumat (12/6), kasus Corona di India telah mencapai 297 ribu dengan 147 ribu pasien sembuh dan 8.498 orang meninggal dunia.

Sedangkan di New Delhi sendiri, kasus Corona mencapai 34.687 jiwa, 12.731 sembuh, dan 1.085 orang meninggal dunia.

“Virus Corona menyebar secara eksponensial di Delhi,” ujar Bukhari dalam sebuah pernyataan.

Seperti Apa Umroh Versi ‘New Normal’ Nantinya?

ilustrasi (foto oleh: Abdulgani Basheer / AFP)

MTN, Jakarta – Mau tak mau nantinya ibadah Umroh akan dilakukan dengan protokol New Normal. Seperti apa jadinya nanti?

Dilansir dari Detik, perjalanan haji dan umroh dihentikan sementara hingga pandemi COVID-19 mereda atau berakhir. Bersamaan dengan angka kesembuhan yang makin meningkat, persiapan menuju new normal dilakukan sejumlah negara.

Ketua Serikat Penyelenggara Umrah dan Haji Indonesia (Sapuhi), Syam Resfiadi, mengatakan kalau pelaksanaan umroh nantinya menyertakan prosedur pencegahan COVID-19. Kebersihan dan kesehatan diutamakan demi mencegah infeksi virus Corona.

“Tentunya, sesuai new normal internasional recommended dari WHO seperti masker, hand sanitizer, jaga jarak, dan bawa alat-alat perlengkapan sendiri. Prosedur umroh akan menyesuaikan diri, Insya Allah mudah,” ujar Syam.

Syam juga menyinggung pelaksanaan umroh bagi kelompok yang lebih berisiko terinfeksi virus corona. Misalnya orang lanjut usia atau lansia, anak-anak yang sistem imunnya belum cukup kuat, atau jamaah yang memiliki riwayat penyakit tertentu hingga lebih rentan mengalami COVID-19.

“Kemungkinan tidak boleh umroh. Tergantung kebijaksanaan Kerajaan Saudi Arabia,” kata Syam yang juga merupakan pimpinan salah satu biro travel umroh dan haji khusus.

Dengan adanya prosedur baru tersebut, bisa jadi ada peningkatan biaya umroh bagi para jamaah. Namun hal tersebut dikembalikan lagi pada kebijakan Saudi dan usaha pengendalian COVID-19.

Dikutip dari situs WHO, new normal disebut dalam statemen transisi menuju new normal selama pandemi COVID-19 harus dipandu prinsip kesehatan masyarakat. Prinsip transisi meliputi bukti pengendalian penularan COVID-19, kompetensi sistem dan fasilitas kesehatan, mampu menekan risiko di kerumunan orang serta tempat ramai, rumah lansia, fasilitas kesehatan mental.

Prinsip lainnya adalah usaha pencegahan di tempat kerja meliputi penerapan jaga jarak, rajin cuci tangan, dan etika saat napas, batuk, atau bersin. Risiko yang terbilang penting mampu dikendalikan serta adanya suara komunitas dalam usaha pencegahan. Jika prinsip belum terpenuhi maka New Normal sebaiknya dipertimbangkan kembali.

Impian untuk Hadirkan Zona Pariwisata Bebas Covid-19

ilustrasi (foto: Daily Sabah)

MTN, Jakarta – Pandemi Corona telah mengubah semua tatanan kehidupan, termasuk industri pariwisata. Orang-orang pun mengimpikan zoba pariwisata bebas Covid-19. Seperti apa?

Mantan Kepala Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta, Tazbir Abdullah, menulis opini di KrJogja tentang wacana untuk hadirkan zona pariwisata bebas Covid-19.

Destinasi wisata saat ini dituntut untuk segera menyesuaikan dengan era Normal Baru (New Normal). Covid-19 telah memporak porandakan industri pariwisata diseluruh dunia. Dampak yang paling besar disebabkan pembatasan mobilitas manusia, karena ganasnya virus ini.

Perjalanan wisata berhenti. Organisasi pariwisata dunia menyebutnya sebagai krisis yang luar biasa (extraordinary crisis). Belum pernah ada krisis pariwisata seberat ini. Banyak negara berpengalaman menghadapi krisis yang disebabkan bencana alam, erupsi gunung berapi, gempa, perang, huru-hara, bahkan juga wabah virus sebelumnya; yang kemudian pariwisatanya dapat kembali normal tanpa perlu kondisi khusus. Baru kali ini ada tuntutan normal baru (new-normal) dengan standar protokol Covid-19.

Normal Baru menuntut perubahan perilaku masyarakat dunia (tentu saja termasuk wisatawan dan masyarakat di tiap destinasi wisata). Perubahan perilaku berkaitan dengan tanggung jawab setiap orang untuk menjaga keselamatan dirinya dan orang lain, dari kemungkinan terkena serangan virus yang mematikan ini. Kebersihan diri manusia dan lingkungan di destinasi wisata menjadi kata kunci.

Sesungguhnya bicara tentang kebersihan, pariwisata kita sudah punya rumusan Sapta Pesona (Aman, Tertib, Bersih, Sejuk, Indah, Ramah dan Kenangan) sebagai standar pelayanan di destinasi, namun sayangnya selama ini kita belum menjalankannya dengan baik, baru sebatas materi untuk penyuluhan sadar wisata dan tulisan di baliho serta spanduk saja.

Oleh karena itu, Normal Baru ini kita harapkan menjadi momentum agar Sapta Pesona dilaksanakan dengan serius, paling tidak tiga unsur penting nya yaitu aman,tertib dan bersih.

Memang harus diakui, di Indonesia kebersihan masih jadi masalah. Lembaga pemeringkat pariwisata internasional yang mengukur Index Daya Saing Pariwisata Dunia masih mencatat dua kelemahan pariwisata kita dibanding dengan negara lain, yaitu kebersihan dan keamanan. Semoga hikmah pandemi ini dapat menggugah kesadaran kita semua untuk memperbaiki kelemahan pariwisata tersebut.

Di lain pihak, meskipun belum diketahui dengan pasti kapan Covid-19 akan berakhir, saat ini negara-negara atau destinasi yang mengandalkan pariwisata sebagai lokomotif ekonominya, sudah mulai mempersiapkan diri dengan program pemulihan (recovery) pariwisata menuju normal baru.

Pemerintah bersama industri pariwisatanya telah mengalokasikan biaya khusus untuk itu. Salah satu yang digagas adalah adanya zona-zona pariwisata yang aman dan bebas dari virus (Covid-19 Free Zone) sebagai tahap awal. Zona-zona inilah yang akan terlebih dahulu dipromosikan untuk menunjukkan bahwa suatu destinasi sudah siap dikunjungi dengan jaminan kesehatan, higinitas dan jaga jarak. Sebagai contoh, baru baru ini Thailand sudah berani menyatakan kesiapannya untuk menerima kembali kunjungan wisatawan; ini dalam rangka merespon hasil survey yang dilakukan di beberapa kota besar di China, di mana 54% responden menjawab bahwa jika covid-19 berakhir dalam tahun ini, mereka akan kembali berwisata keluar negeri.

Paralel dengan upaya pencegahan Covid-19, proses pemulihan pariwisata pun merupakan hal penting untuk dibicarakan. Secara bertahap perlu dipersiapkan obyek wisata zona bebas covid (covid free zone) di masing masing kabupaten/ kota sesuai dengan karakteristiknya,sehingga pada gilirannya nanti seluruh wilayah menjadi destinasi yang bersih dari Covid-19. Beberapa obyek wisata di DIY seperti candi, kraton, museum atau taman bertema (theme park) yang bersifat kawasan terbatas yang lebih mudah untuk dikontrol, selayaknya menjadi prioritas awal.

Kunci sukses nya ada pada dua hal yaitu; manajemen destinasi yang baik (tumpuannya pada pemda kabupaten/kota) dan pernyataan serta jaminan destinasi telah siap dikunjungi kembali karena telah menerapkan standar protokol yang ditentukan (tanggung jawab nya ada pada pemerintah provinsi) dengan segala konsekuensinya. Memang untuk mengembalikan kepercayaan (trust) bagi wisatawan (khususnya wisatawan asing), terhadap jaminan keamanan dan keselamatan jiwa wisatawan didestinasi maka pemerintahlah yang dipercaya, dalam hal ini pemerintah provinsi yang lebih kuat legitimasinya seperti yang dilakukan dibanyak negara lain.

Karena itu, sangat diperlukan kolaborasi yang baik antara pemda provinsi dan kabupaten/kota, serta instansi pemerintah terkait (dinas kesehatan), industri pariwisata serta masyarakat lokal seperti kelompok Sadar Wisata (dengan pelatihan khusus) untuk mempersiapkan ini semua. Semoga dalam waktu dekat, semua dapat merilis zona wisata bebas covid sebagai proses awal menuju pemulihan pariwisata.