UMKM di Jateng Didorong untuk Sertifikasi Halal Produk-produknya

MTN, Semarang – Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Tengah, Nana Sudjana, mendorong akselerasi sertifikasi halal bagi produk usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di wilayah tersebut untuk jaminan kehalalan produknya.

“Sampai saat ini baru sekira 4.700 pelaku usaha UMKM yang sudah mendapatkan sertifikasi halal,” ujar Nana.

Dilansir dari Antara, Nana menambahkan, tahun ini ada sekira 500 sertifikat halal yang akan diberikan kepada pelaku UMKM, dan tahun berikutnya diharapkan bisa meningkat 1.000-2.000 pelaku usaha yang menyusul sertifikasi halal.

Pj Gubernur Jateng tersebut mengingatkan bahwa sertifikat jaminan produk halal ini sangat penting bagi pelaku usaha untuk bisa meningkatkan citra positif tentang penjaminan produk, membangun kepercayaan konsumen, dan memperkuat Unique Selling Point.

“Dan tentunya meningkatkan kesempatan atau peluang produk untuk masuk ke pasar atau industri halal,” jelas Nana, yang juga purnawirawan jenderal polisi bintang tiga itu.

Sebab, ujar Nana, populasi penduduk Muslim di Jateng saat ini sekira 35,6 juta orang, sehingga cukup mendorong permintaan produk halal yang tinggi.

Di Jateng, menurut Nana, penguatan rantai pasok halal dilakukan melalui sertifikasi produk halal, pembinaan secara berkelanjutan, pengembangan potensi wisata halal, penguatan keuangan syariah, penguatan UMKM, dan penguatan ekonomi digital.

“Dalam hal ini, Pemprov Jateng bekerja sama dengan MUI bersama-sama memberikan bimbingan teknis kepada masyarakat dalam pembuatan sertifikasi halal bagi pelaku UMKM,” tuturnya.

Selain itu, program bantuan tambahan modal bagi pelaku usaha yang membutuhkan juga digenjot, sebagai salah satu upaya pengentasan kemiskinan, selain untuk mendorong UMKM naik kelas,

Pemprov Jateng juga mendorong pengembangan ekosistem halal dengan berkolaborasi dengan instansi lainnya, misalnya UMKM makanan olahan dari daging atau ayam juga diharuskan menggunakan bahan yang halal melalui sertifikasi halal untuk rumah pemotongan hewan (RPH).

Dari 78 unit rumah pemotongan hewan (RPH) di Jateng, RPH yang telah bersertifikat halal dan sertifikat nomor kontrol veteriner (NKV) ada 10 unit, sedangkan rumah pemotongan unggas (RPU) yang bersertifikat halal sejumlah 33 unit dari total dari 50 unit.

“Jadi, untuk Pemprov lebih fokus pada UMKM. Untuk RPH sudah diarahkan ke pemerintah kabupaten/kota. Kami akan terus meningkatkan dan meminta RPH lain untuk mengurus sertifikasi halal,” pungkas Nana.

Optimisasi Wisata Halal di Jateng untuk Genjot Ekonomi Setempat

ilustrasi (foto: Cheria Travel)

MTN, Semarang – Jawa Tengah disebut berpeluang untuk meningkatkan perekonomian melalui pariwisata halal. Untuk itu, sejumlah pihak terus berupaya mengembangkan wisata halal di wilayah tersebut.

Dilansir dari Kompas, sejumlah pihak terus berupaya mengoptimalkan potensi pariwisata halal untuk menggenjot perekonomian di Jawa Tengah. Berbagai upaya terus dilakukan, seperti membentuk Komite Daerah Ekonomi dan Keuangan Syariah atau KDEKS serta mendorong penerbitan peraturan gubernur terkait pariwisata halal dan ekonomi syariah.

Wakil Gubernur Jateng Taj Yasin Maimoen mengatakan, pada 2024 Indonesia bakal kedatangan sekitar 35.000 pelancong mancanegara dalam acara Global Moeslem Travel Index (GMTI). Para pelancong tersebut diharapkan bisa tertarik untuk berkunjung dan membelanjakan uangnya di Jateng sehingga perekonomian di Jateng bisa turut terdongkrak.

Yasin menyebut, Jateng sudah menyiapkan sejumlah hal, seperti membentuk KDEKS yang memiliki peta jalan sesuai dengan kebijakan pemerintah pusat. KDEKS Jateng dan dinas-dinas terkait akan mengajukan usulan peraturan gubernur terkait pariwisata halal dan ekonomi syariah. Pergub tersebut akan mengatur kriteria-kriteria yang harus dipenuhi oleh pelaku usaha pariwisata halal, baik pelaku usaha wisata, kuliner, maupun perhotelan.

”Kami sudah menginstruksikan supaya segera disiapkan apa saja yang diperlukan. Misalnya, hotel yang ramah Muslim. Di hotel yang ramah Muslim harus dicari tahu juga apa saja kebutuhannya, seperti mushala. Lalu, apakah makanannya harus dipisah atau bagaimana sehingga para pelancong bisa tinggal lebih lama,” ujar Yasin (3/8).

Yasin juga berharap pelaku usaha makanan memperhatikan kehalalan produk, dari hulu hingga hilir. Untuk itu, Pemeritah Provinsi Jateng bersama pihak-pihak terkait berupaya mendirikan rumah pemotongan hewan (RPH) dan rumah pemotongan unggas (RPU) yang halal.

Ketua Majelis Ulama Indonesia Jateng, Ahmad Daroji, juga mendorong pengembangan wisata yang ramah Muslim di Jateng. Sebab, dari sisi devisa, perputaran uang dari wisata halal global bisa mencapai 274 miliar dollar AS.

”Kita sudah punya payung hukum tentang produk halal yang mendorong kita untuk berwisata karena banyak hikmah yang akan didapatkan. Selain bisa menjadikan tubuh lebih sehat, berwisata akan jadi sumber pertumbuhan ekonomi dan rezeki bagi masyarakat,” ujar Daroji.

Menurut Daroji, saat ini tengah berlangsung sertifikasi terhadap 10 juta UMKM dengan jumlah pelaku usaha 59,2 juta. Dengan upaya tersebut, kepercayaan masyarakat terhadap produk-produk UMKM di Jateng bisa terus meningkat.

Jawa Tengah Akan Jadi Tuan Rumah GMTI 2024

MTN, Semarang – Provinsi Jawa Tengah ditunjuk oleh Kementerian Pariwisata dan ekonomi kreatif (Kemenparekraf) RI untuk menjadi tuan rumah Global Moeslem Travel Index (GMTI) tahun 2024 mendatang.

Provinsi Jawa Tengah ditunjuk oleh Kementerian Pariwisata dan ekonomi kreatif (Kemenparekraf) RI untuk menjadi tuan rumah Global Moeslem Travel Index (GMTI) tahun 2024 mendatang. Hal tersebut, menyusul kemenangan Indonesia pada acara GMTI baru baru ini. Sehingga, Indonesia ditunjuk sebagai tuan rumah GMTI berikutnya.

Dilansir dari BrataPos, Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen, menyatakan Jateng siap menggelar ajang tahunan tersebut. Ia menuturkan, saat menerima Komite Daerah Ekonomi dan Keuangan Syariah, diinformasikan bahwa Menparekraf Sandiaga Uno menginginkan Jawa Tengah menjadi tuan rumah penyelenggaraan GMTI. Menurutnya, Jateng akan serius menggarap event yang akan dihadiri banyak masyarakat muslim dari berbagai belahan dunia.

“Indonesia yang saat ini meraih nomor 1 Global Moeslem Travel Index yang diselenggarakan di Singapura dan tahun 2024, ditunjuk sebagai tuan rumah untuk pelaksanaan bertemunya GMTI sedunia. Dan, ada kabar, bahwa nanti akan ditempatkan di Jateng,” kata Taj Yasin saat menerima Komite Daerah Ekonomi dan Keuangan Syariah (KDEKS), Senin (19/06), di rumah dinas Rinjani.

Wagub mengatakan, Jateng akan mempersiapkan event tersebut dengan baik, mulai dari hulu hingga hilirnya. Seperti mempersiapkan regulasinya, fasilitasi sertifikat halal, tempat wisata, hotel, dan kulinernya.

“Dan tadi sudah menjadi sebuah kesepakatan, apa-apa saja yang kita dorong, baik itu di pariwisata, hotel, maupun tempat kuliner yang menjadi moeslem friendly. Kami juga akan menyiapkan pergub terkait friendly moeslem dan destinasi halal, wisata halal, kuliner halal, hotel halal, itu akan kita atur, untuk menuju pada tahun 2024,” jelasnya.

Sejumlah tempat di Jawa Tengah, beber Wagub, sudah siap menyuguhkan konsep wisata halal. Antara lain Kota Semarang, Kabupaten Semarang dan Kabupaten Karanganyar. Sehingga tinggal mengecek, apa-apa saja yang masih perlu disiapkan.

Wagub mengaku senang upaya mengusung konsep wisata halal di Jawa Tengah mendapat dukungan banyak pihak. Antara lain dari pihak PHRI, Asita, Kadin, MUI dan perguruan tinggi.

Tonton videonya di bawah ini.

Potensi Wisata Muslim di Solo

Masjid Raya Sheikh Zayed, Solo (foto: mettanews.id)

MTN, Jakarta – Tahun 2022 ini sepertinya peluang kota Solo di industri wisata halal menjadi lebih besar, karena ada banyak upaya yang dilakukan.

Dilansir dari Antara, pihak ITMA (Indonesian Tour Leader Moslem Association) DPD Jawa Tengah akan menggarap potensi wisata sejarah Islam di kota Solo, seiring dengan tingginya permintaan wisata halal oleh masyarakat.

“Kalau di Soloraya ada paket (wisata) keraton, masjid. Di Solo konsennya wisata sejarah Islam, di keraton ada jejak sejarah Islam. Di Solo juga ada masjid tertua di Laweyan, itu kan sejarah bisa jadi paket wisata,” ujar Ketua ITMA DPD Jawa Tengah, Rochmad Sugiarto.

Rochmad Sugiarto mengatakan ITMA diharapkan bisa menjadi wadah bagi pelaku jasa wisata muslim untuk lebih optimal menggarap wisata halal.

“Bukan hanya dari sisi turnya tetapi juga memperhatikan tentang kehalalan tur, makanan, destinasi, termasuk (kemudahan wisatawan) ketika berhenti untuk salat,” katanya.

Pada kesempatan yang sama, Dewan Kode Etik ITMA Setyo Legowo mengatakan secara umum wisata halal di Jawa Tengah sangat menjanjikan.

“Didukung dengan beberapa destinasi wisata, berkaitan dengan ziarah yang sekarang diminati oleh kaum milenial,” katanya.

Terkait perjalanan wisata tersebut, saat ini sudah ada paket wisata halal di antaranya Semarang, Kudus, dan Demak. “Ini jadi market kami untuk jual paket wisata halal yang didukung dengan makanan halal,” katanya.

Sementara itu, Ketua Umum ITMA, Iman Kadarisman, mengatakan saat ini pemerintah sudah meluncurkan Pelaku Pariwisata Halal Indonesia (PPHI). “Ini terobosan yang luar biasa. Lucu kalau Indonesia sebagai negara muslim di dunia tetapi tidak bicara halal,” katanya.

Untuk mengoptimalkan pasar tersebut, saat ini pihaknya juga sudah menggandeng Ikatan Pesantren Indonesia yang jumlahnya mencapai 27.973 pesantren.

Sementara itu, Wakil Menteri BUMN I, Pahala Nugraha Mansury, ingin agar Indonesia melalui sektor kuliner halalnya dapat menjadi Dapur Halal Global atau The World Halal Kitchens.

Menurut Wakil Menteri BUMN I, Pahala Nugraha Mansury, upaya menjadikan Indonesia sebagai Dapur Halal Global bisa dimulai dengan membangun ekosistem kuliner halal yang berada di Kampung Batik Kauman Solo, Jawa Tengah.

“Tetapi tentunya hal ini diharapkan bisa dikembangkan di wilayah-wilayah lainnya sehingga nantinya kawasan industri halal yang berada di Surakarta tersebut secara keseluruhan bisa menjadi salah satu model untuk kota wisata halal di dunia,” ujarnya.

Seperti diketahui bahwa ekonomi syariah merupakan sebuah peluang yang bernilai multi triliunan dolar AS, bukan hanya di Indonesia tetapi juga secara global dimana tingkat spending umat Muslim di dunia bisa mencapai hingga 1,9 triliun dolar AS dan kurang lebih sekitar 60 persennya merupakan sektor makanan dan minuman halal.

Di samping itu, sektor kawasan makanan dan minuman juga merupakan salah satu yang sangat besar di Indonesia dimana 36,4 persen dari PDB Indonesia itu dikontribusikan oleh sektor makanan dan minuman.

Dilansir dari Tempo, Wamen BUMN melihat hal ini merupakan potensi yang harus dikembangkan. Terutama dimulai dari kawasan kuliner halal di Kauman, Solo, Jawa Tengah yang diharapkan juga bisa dikembangkan ke wilayah-wilayah lainnya.

Pengembangan kawasan halal makanan dan minuman di Kauman Solo, diharapkan bisa menjadi salah satu model untuk bisa diimplementasikan di kawasan-kawasan lainnya.

Kemudian, di Solo akan segera diresmikan Masjid Raya Sheikh Zayed. Masjid ini berlokasi di bekas Depo Pertamina, Jalan Ahmad Yani, Kelurahan Gilingan, Kecamatan Banjarsari, Solo. Masjid ini didirikan sebagai simbol persahabatan antara Indonesia dan Uni Emirat Arab (UEA).

Dilansir dari Kompas, Masjid Raya Sheikh Zayed ini merupakan hibah dari Putra Mahkota Uni Emirat Arab, Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan, untuk Presiden Joko Widodo.

“Masjid yang punya nilai sejarah kontemporer ini akan didedikasikan kepada seluruh umat Islam dan dikelola oleh Pemerintah RI. Masjid ini insya Allah akan membawa manfaat yang besar kepada masyarakat,” ujar Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas, saat peletakan batu pertama pembangunan Masjid Raya Sheikh Zayed, pada 6 Maret 2021.

Menurut Yaqut, Masjid Raya Sheikh Zayed diharapkan menjadi salah satu mercusuar syiar Islam di Nusantara, sekaligus simbol moderasi beragama dalam rangka mewujudkan perdamaian dunia dan keadilan sosial.

Ke depannya, masjid yang dibangun dengan hibah penuh dari putra mahkota UEA itu diproyeksikan tak hanya menjadi tempat shalat berjemaah, tetapi juga berfungsi menjadi pusat kegiatan dakwah, sosial dan pembinaan umat, serta destinasi wisata religi.

Menteri Energi dan Industri UEA, Suhail Mohammed Al Mazroui, mengatakan, Pemerintah UEA berupaya agar bangunan masjid di Solo tersebut mendekati masjid aslinya di Abu Dhabi, UEA.

“Seperti kita ketahui bersama bahwa masjid itu merupakan simbol dari arsitektur yang begitu istimewa, bukan hanya sebagai tempat ibadah tetapi juga menjadi destinasi wisata. Masjid yang dibangun di sini bukan hanya mencerminkan ketinggian dari arsitektur bangunan tetapi juga bisa menjadi sumber devisa,” ucapnya.

Di sekitar kompleks masjid akan dibangun Islamic Center. Tempat tersebut diharapkan bisa menjadi pusat pendidikan dan pengajaran Islam.

Dalam Islamic Center akan didirikan Taman Pendidikan Al Quran (TPA), tempat tafsir Al Quran, madrasah, dan tempat pengembangan ekonomi syariah yang menjual produk-produk halal market.

Memiliki luas bangunan utama sekitar 8.000 meter persegi, Masjid Raya Sheikh Zayed mampu menampung hingga 10.000 orang jemaah.

Adapun fasilitas Masjid Raya Sheikh Zayed antara lain ruang VIP, perpustakaan seluas 20 meter persegi, dan basemen yang diperuntukkan sebagai tempat wudu jemaah putra dan putri.

Masjid Raya Sheikh Zayed Solo rencananya akan diresmikan pada 17 November 2022.

Peresmian rencananya dihadiri Presiden Joko Widodo dan Putra Mahkota UEA, Sheikh Mohamed Bin Zayed Al Nahyan.

Ini Pesan Deputi Gubernur BI untuk Pengembangan Ekonomi Syariah di Jateng

Deputi Gubernur Bank Indonesia, Doni Primanto Joewono (foto: Liputan6)

MTN, Jakarta – Deputi Gubernur Bank Indonesia beri pesan untuk pengembangan ekonomi syariah di Jawa-Tengah. Apakah itu?

Dilansir dari Suara Merdeka, Deputi Gubernur Bank Indonesia, Doni Primanto Joewono mengatakan Bank Indonesia memang fokus dalam Memperkuat Halal Value Chain dalam Pengembangan Ekonomi Syariah di Jawa Tengah.

Menurutnya 97,28 persen penduduk di Jateng adalah muslim dan ada 3.787 pondok pesantren.

“Saya senang wisata halal di Jateng sudah maju membuat kita bangga dan optimis atas perkembangan ekonomi syariah di Jateng,” kata saat memberikan sambutan.

Doni mengungkapkan ada tiga hal utama untuk jangka pendek dalam pengembangan ekonomi syariah.

Pertama pemberdayaan dan ekonomi keuangan syariah di berbagai daerah.

“Kenapa di berbagai daerah, ada dua alasan penting, karena kita bersyukur pertumbuhan ekonomi 5,44 persen. Dan apa yang membangkitkan ekonomi kita adalah konsumsi. Tentunya kita yang ada di syariah ini pasti bisa mengakselerasi untuk memenuhi permintaan dalam negeri,” ungkapnya.

Kedua, rantai nilai halal harus mempunyai kualitas yang tinggi dari produk lokal.

“Bank Indonesia memprioritaskan mendorong makanan halal dan fashion muslim,” katanya.

Ketiga, mendorong akselerasi seluruh pondok pesantren dengan teknologi digital.

Bank Indonesia Kantor Perwakilan Provinsi Jateng menyelenggarakan Festival Jateng Syariah di Hotel Tentrem Semarang, Rabu, 31 Agustus 2022.

Festival Jateng Syariah ini diadakan dalam rangka mendukung pengembangan ekonomi syariah di Jateng dan Indonesia.

Festival Jateng Syariah ini mengambil tema Memperkuat Halal Value Chain dalam Pengembangan Ekonomi Syariah di Jawa Tengah.

Geliat Wisata Halal Turut Dongkrak Ekonomi Syariah di Jateng

Masjid Agung Jawa Tengah (foto: Wikipedia)

MTN, Jakarta – Geliat wisata halal di Jawa-Tengah turut dongkrak pertumbuhan ekonomi syariah di wilayah tersebut. Seperti apa?

Dilansir dari SragenUpdate, semenjak Penghargaan Destinasi wisata syariah unggulan berhasil didapatkan Pemrov Jawa Tengah pada 2019, saat ini dari Pemrov Jateng terus membenahi sektor tersebut beserta turunannya. Upaya ini terus dilakukan untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi di Propinsi Jateng, khususnya ekonomi syariah.

Wakil Gubernur Jawa-Tengah, Taj Yasin Maimun atau yang kerap disapa Gus Yasin, juga berpendapat bahwa atas diraihnya penghargaan tersebut dapat dijadikan momentum yang tepat untuk mendongkrak ekonomi syariah di Jateng.

Pernyataan tersebut juga didukung dengan apa yang disampaikan oleh Gus Yasin pada Wokshop Virtual Kajian Keuangan Mikro Syariah dan Penguatan Potensi Ekonomi Pesantren di Jawa Tengah, dari Kantor Gubernur pada Rabu (5/1), yang berisi tentang penghargaan destinasi wisata syariah unggulan yang didapatkan Pemrov Jateng pada tahun 2019, yang memantik pertumbuhan ekonomi syariah.

Wisata syariah ini mencakup ranah parawisata yang cangkupan areanya luas. Contohnya pada ranah kuliner, tempat wisatanya, dan juga pada penginapan yang disediakan.

Hal tersebut juga mendorong pertumbuhan-pertumbuhan hotel Syariah juga. Dari cangkupan yang luas tersebut tentunya juga dapat menguatkan nilai-nilai ekonomi syariah di wilayah Jateng sendiri.

Di Jateng pertumbuhan ekonomi syariah sudah mulai menggeliat di beberapa daerah dan juga di beberapa sektor perekonomian. Seperti di Wonosobo, sudah mulai muncul konsep perhotelan yang menerapkan konsep syariah di dalamnya. Kemudian juga ada di Kabupaten Karanganyar yang menerapkan wisata halal dengan bekerjasama pada beberapa pondok pesantren.

Hal tersebut juga dikuatkan oleh pernyataan Gus Yasin yang mengatakan bahwa di Kawasan Tawangmangu terdapat wisata halal yang bekerjasama dengan salah satu pondok pesantren di Tawangmangu.

Tentunya hal tersebut menjadi angin segar dari pertumbuhan ekonomi syariah di Jawa Tengah. Dengan banyaknya sektor yang telah menerapkan wisata syariah dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Sehingga nilai pendapatan masyarakat dapat bertambah dan mulai bisa mendapatkan pelayanan wisata yang nyaman dan tanpa ragu akan ke halalannya.

Pemprov Jateng Siapkan SDM Kompeten untuk Pengembangan Wisata Halal

ilustrasi (foto: cheria-travel.com)

MTN, Jakarta – Pemprov Jawa Tengah menyiapkan sumber daya manusia (SDM) kompeten untuk pengembangan wisata halal di tempat mereka.

Dilansir dari iNews, pemprov Jateng siapkan SDM yang mahir berbahasa Arab sebagai upaya dalam pengembangan wisata halal. Pemandu wisata dengan bahasa Arab diyakini akan membuat para wisatawan asal Asia Barat merasa nyaman berwisata di Jawa Tengah.

“Wisatawan dari Asia Barat seperti Uni Emirat Arab, Turki, dan Yaman membutuhkan pemandu bahasa Arab,” ujar Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen (Gus Yasin), pekan lalu (28/9).

Menurut Gus Yasin, Pemprov Jateng berkomitmen menggiatkan sektor wisata halal sehingga perlu diikuti dengan penyiapan SDM yang berkompeten.

Selama ini, bahasa menjadi salah satu kendala terbesar dalam menyiapkan konsep wisata halal.

“Pemprov Jateng juga mendorong wisata halal. Wisata halal tentu segmennya orang Islam yang banyak berasal dari negara Timur Tengah,” ujarnya.

Gus Yasin berharap pendidikan bahasa Arab tidak hanya diberikan di pondok pesantren atau lembaga pendidikan formal, tapi juga di pendidikan informal. Cara lain yang bisa dilakukan dengan membuat kawasan desa bahasa, dan konsep ini telah ada di Kabupaten Magelang, yaitu Desa Bahasa Borobudur.

“Seperti di Magelang ada Desa Bahasa Inggris, saya berharap muncul desa bahasa Arab di Jawa Tengah, di Indonesia,” katanya.

Saat Pandemi, Masjid Raya Sragen Sediakan Makan Gratis

Masjid Raya Al-Falah Sragen

MTN, Jakarta – Pandemi Corona memang membuat banyak orang jadi semakin sulit dari segi ekonomi. Pihak Masjid Raya Al Falah Sragen coba meringankan beban masyarakat setempat dengan rutin menyediakan makan gratis.

Dilansir dari TepianIndonesia, program makan gratis ini dilakukan sebagai bentuk solusi kepedulian terhadap umat muslim, yang saat ini tengah mengalami kesulitan akibat pandemi Covid 19.

Sebanyak 100 porsi makanan setiap hari disediakan di halaman masjid. Masyarakat diperbolehkan makan.

Berbagai menu dan sayur-sayuran disediakan mulai menu soto, sayur bening, sayur asam, sayur terong dan lainnya. Sementara untuk minuman masjid ini menyediakan teh hangat dan air mineral disediakan pihak masjid.

“Ini sangat membantu masyarakat, ini tadi saya salat dulu baru makan. Ini saya baru pertama makan di sini bareng keluarga. Tadi saya ambil menu makan soto,” ungkap, Rendy (20), warga jetak, Sidoarjo, Sragen, pada Selasa, 10 November 2020.

Sementara itu, Direktur Badan Usaha Milik Masjid (BUMM) Al Falah, Anas Sayyidina, saat ditemui menyampaikan kalau program makan gratis sudah berlangsung sejak virus Corona masuk Sragen.

“Konsepnya setiap hari kami menyediakan 100 porsi makan gratis. Selain itu sebulan sekali kami menyediakan 1000 porsi bagi jamaah yang berkunjung ke masjid, dan monggo bagi seluruh jamaah yang ke sini bisa mengambil silakan,” bebernya.

Menurut Anas, dasar program pemberian makan gratis merupakan bentuk solusi bagi umat Islam yang berada di Sragen maupun yang datang ke Sragen. “Ini menjadi solusi umat Islam di mana saat pandemi, mungkin pendapatan menurun, terkena PHK atau kesulitan mencari nafkah maka ada warung makan gratis ini mungkin bisa mambantu mereka untuk sehari-hari,” ujarnya.

Selain itu, masjid yang berada di tengah kota Sragen tersebut juga menyediakan tempat tidur gratis. Ini diperuntukan bagi umat Islam yang melakukan perjalanan jauh dan membutuhkan tempat istirahat.

“Bagi musafir Alhamdulillah kami mendapatkan kepercayaan dari jamaah ada bantuan kasur sebanyak 12 lebih. Kami menyediakan tempat menginap sebentar buka 24 jam, monggo silakan mampir,” pungkas Anas.

Masjid Raya Al-Falah Sragen adalah sebuah Masjid yang terletak di Sragen, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah.

Alamat Masjid Raya Al-Falah Sragen: Jl. Sukowati, Kebayan 3, Sragen Tengah, Kec. Sragen, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, 57212.

Masjid Raya Al-Falah Sragen (foto: PWM Jawa-Tengah)

Potensi Salatiga untuk jadi Daerah Wisata Muslim

Masjid Jami’ Asy-Syukur di Salatiga

MTN, Jakarta – Melihat potensi besarnya, kota Salatiga di Jawa Tengah didorong untuk jadi daerah wisata muslim. Seperti apa?

Wacana Salatiga untuk dijadikan daerah wisata muslim pertama kali digulirkan oleh Ketua DPRD kota tersebut.

Ketua DPRD Kota Salatiga, Dance Ishak Palit, saat menghadiri Musrenbang tingkat kecamatan, di Aula Kecamatan Tingkir Kota Salatiga, Februari 2020 lalu, menggulirkan wacana Salatiga untuk dijadikan daerah wisata muslim.

Dilansir dari Tribun News, menurut Dance, pembangunan wisata di Kota Salatiga sejauh ini masih berlangsung parsial sehingga pengembangan, termasuk pangsa pasar bagi wisatawan juga kurang terfokus.

“Karenanya mengapa tadi di forum saya sampaikan supaya wilayah Tingkir itu dijadikan pusat wisata muslim saja,” ungkap Dance.

“Karena apa? Di sana ada pengrajin konveksi busana muslim, ada makam KH Abdul Wahid; kakek buyutnya Gus Dur,” tambahnya.

Jelas Dance, beberapa waktu lalu di wilayah Kecamatan Tingkir juga diresmikan pembangunan Jalan Usaha Tani (Jalut); yang berpotensi menjadi wisata agro karena terletak di daerah persawahan.

Ia menambahkan, dengan pembangunan yang terintegrasi satu dan lainnya saling terhubung bukan tidak mungkin pengembangan wisata muslim tersebut bakal menjadikan Salatiga unggul.