Indonesia Masih Kalah dengan Brazil untuk Urusan Makanan Halal

seminar ‘Ekonomi Syariah Next Level’ (foto: Pelayanan Publik)

MTN, Medan – Indonesia masih kalah dengan Brazil untuk urusan makanan halal. Benarkah?

Kepala Program Studi Akuntansi Universitas Al Azhar, Ahmad Muhajir, S.E., M.E.I, menekankan bahwa Indonesia harus lebih proaktif dalam menciptakan peluang bisnis di sektor-sektor ini. “Sayangnya, Indonesia belum bisa masuk 10 besar dalam wisata halal di ekonomi syariah. Bahkan, kita tertinggal dari Brazil yang menempati posisi ketiga dalam halal food,” ungkap Muhajir.

Dilansir dari Go Riau, pernyataan tersebut diutarakan di acara seminar ‘Ekonomi Syariah Next Level’. Seminar ini diadakan di Universitas Al Azhar Medan pada Sabtu, 29 Juli 2023.

Menurut Muhajir, memiliki potensi yang belum sepenuhnya dimanfaatkan untuk mengembangkan ekonomi syariah, terutama dalam sektor halal food dan halal tourism. “Ini bukan lagi soal agama semata, melainkan soal bisnis yang harus digarap dengan serius,” tegasnya.

Di sisi lain, Gunawan Benjamin, Pengamat dan Konsultan Ekonomi, berpendapat bahwa perbankan syariah di Indonesia masih berada dalam fase stagnasi. “Perbankan syariah kita belum mengalami perkembangan yang berarti. Ini terbukti saat ada penolakan dari pemegang saham ketika Bank Sumut akan diubah menjadi bank syariah,” papar Benjamin.

Meski demikian, Benjamin optimis perbankan syariah dapat berkembang jika didukung oleh masyarakat dan pemerintah. “Saat ini, masyarakat masih memiliki persepsi negatif tentang perbankan syariah. Padahal, prinsip-prinsip yang digunakan dalam perbankan syariah justru memastikan transaksi yang dilakukan sesuai dengan hukum Islam,” tutur Benjamin.

Seminar yang membahas ‘Peran Bank dalam Membangun Ekonomi Syariah di Daerah’ ini juga menghadirkan Prof. Dr. Andri Soemitra, MA, Ketua Program Doktor Ekonomi Syariah FEBI UIN Sumut, sebagai narasumber.

Pentingnya Kehadiran Makanan Halal di Destinasi Wisata

ilustrasi (gambar: siarandepok.com)

MTN, Jakarta – Menurut pihak KNEKS, makanan halal penting kehadirannya di destinasi wisata halal. Seberapa pentingnya?

Dilansir dari Liputan6, menurut Afdhal Aliasar selaku Direktur Industri Produk Halal KNEKS (Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah), makanan halal penting tersedia di destinasi wisata di seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia.

“Halal bukan hanya tentang proses. Halal bagi traveler muslim itu layanan khusus. Itu makanya makanan halal diterima di seluruh dunia karena halal adalah bagian dari layanan yang dibutuhkan,” terang Afdhal (25/11).

Menurut Direktur Industri Produk Halal KNEKS tersebut, layanan kuliner halal yang diberikan oleh restoran dapat menarik lebih banyak wisatawan atau turis muslim. “Ini bisnis. Kalau tidak membuat atau menyediakan makanan halal, mereka akan kehilangan sebagian pendapatannya karena wisatawan muslim tidak mau makan di sana,” ucap Afdhal.

Ia mencontohkan Bali dan Bangkok, meski dinilai banyak memiliki makanan non-halal, ada sejumlah restoran Padang yang dapat dijangkau oleh umat muslim. “Masyarakat Bali mayoritas Hindu, Bangkok mayoritas Buddha, tetapi jangan lupa ada banyak Muslim traveler atau visitor, itu makanya ada banyak makanan halal di Bangkok dan Bali, makanan halal diperlukan,” ujar Afdhal.

“Makanan halal itu basic (hal mendasar) bagi orang muslim, karena berkaitan dengan kepercayaan,” lanjutnya. Menurut Afdhal, pihaknya mendorong destinasi-destinasi wisata yang ada di Indonesia untuk mampu meningkatkan extended services-nya seperti jaminan makanan halal, demi menyambut wisatawan lokal maupun internasional.

Hafizuddin Ahmad, pengamat wisata halal sekaligus Sekertaris Dewan Pengawas Syariah, Majelis Ulama Indonesia (MUI). Menurut Hafizuddin, wisata halal tak hanya soal ibadah ritual, kewajiban seorang muslim untuk mengonsumsi makanan halal juga membutuhkan jaminan dari pengelola restoran.

Ia mengatakan, Indonesia punya persoalan mendasar soal kesadaran untuk memiliki sertifikat halal di restoran. Hal itu disebabkan karena faktor Indonesia menjadi negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia.

Inilah Tujuh Makanan Khas Singapura yang Halal

Laksa Singapura (foto: .jawaranyapedas.com)

MTN, Jakarta – Berencana untuk wisata kuliner di Singapura dan berburu makanan-makanan yang halal? Daftar makanan di bawah ini bisa dijadikan acuan.

Dilansir dari Suara, berikut adalah tujuh makanan khas Singapura yang halal. Cocok untuk para wisatawan muslim Indonesia.

Laksa khas Singapura

Makanan hasil persilangan Tiongkok dan melayu ini menjadi salah satu makanan halall yang dapat dengan mudah Anda temui di Singapura. Dengan isian berupa mie beras, udang, kue ikan, daging ayam, dan telur yang disiram sup kari kelapa pedas laksa paling nikmat dinikmati saat masih panas.

Meski memiliki banyak varian, salah satu laksa terpopuler yang wajib Anda coba adalah laksa katong dengan kerang dan potongan tahu.

Fried carrot cake

Meski dinamakan carrot, makanan khas Singapura satu ini tidak terbuat dari wortel melainkan lobak putih. Fried carrot cake diolah dengan cara mengukus lobak dengan tepung beras untuk kemudian dipotong dadu. Setelah itu, olahan lobak disajikan dengan telur, chai poh (lobak yang diasinkan), bawang putih, dan bawang bombay.

Kari kepala ikan

Jika di Indonesia, kari ikan biasa diolah dengan dengan daging ikan yang utuh, lain halnya di Singapura yang menggunakan kepala ikan sebagai bahan utama. Makanan ini termasuk salah satu yang melegenda karena telah ditemukan sejak tahun 1970-an. Kari kepala ikan biasa disajikan dengan nasi atau roti. Kuliner satu ini awalnya tercipta untuk mengurangi limbah kepala ikan yang tidak banyak orang suka.

Mee Siam

Makanan khas Singapura selanjutnya sangat cocok bagi pecinta olahan mie. Mee siam adalah bihun yang diolah dengan bumbu tauco. Cita rasa mie siam akan semakin sulit dilupakan dengan campuran terasi dan ebi kering di dalamnya. Mee siam biasa disajikan lengkap dengan udang kupas.

Chili crab

Sudah jelas dari namanya, olahan seafood satu ini pasti akan memanjakan lidah pecinta makanan pedas. Chili crab khas Singapura diolah dengan cara dibakar menggunakan bumbu tomat, telur, dan saus cabai. Jenis kepiting yang digunakan biasanya kepiting lumpur atau kepiting soka. Di Singapura, chili crab biasa disantap dengan roti mantau.

Ikan pari panggang

Di Singapura melihat olahan ikan pari di pinggir jalan merupakan pemandangan yang biasa. Anda bisa menjumpainya di pedagang kaki lima. Di sini, ikan pari diolah dengan saus sambal kental, bumbu pedas, lengkap dengan potongan cabai, terasi, dan tomat.

Ikan pari dipanggang menggunakan daun pisang sehingga memiliki cita rasa dan aroma khas tersendiri.

Ice kachang

Menutup wisata kuliner dengan sajian menyegarkan berupa es kacang tentu menjadi ide yang menggiurkan. Ice kachang merupakan es serut khas Singapura yang disajikan lengkap dengan kacang merah, jagung, kolang kaling, dan jelly. Tidak lupa, sirup berwarna merah dan hijau akan menjadi topping yang juga mempercantik hidangan satu ini.