Berkunjung ke MUI, Penasihat Presiden Uzbekistan Tawarkan Kerjasama Keagamaan dan Wisata Muslim

Penasihat Presiden Uzbekistan yang juga Rektor International Islamic Academy of Uzbekistan H E Mr Muzaffar Kamilov berkunjung ke Kantor Majelis Ulama Indonesia, Jakarta (28/8/2023). Delegasi Uzbekistan disambut di Aula Buya Hamka Gedung MUI.

Dilansir dari situs resminya MUI, dalam pertemuan tersebut, Mr Kamilov ditemani Mr Muzaffar Abuazimov (Charge d’ Affairs Kedubes Uzbekistan di Indonesia), Mr Sharofiddin Khusenov (Deputi Wali Kota Bukhara), Dr Zokirjon Ruziev (Wakil Rektor IIAU), Mr Bakhodir Khujaev (Pimpinan Internasional Office IIAU), dan Mr Abdirakhmon Omonkulov.

Sedangkan Mr Jamol Nosirov (Wali Kota Bukhara) dan Mr Botirbek Majidov (Sekretaris Rektor IIAU) yang dijadwalkan, berhalangan hadir.

Mr Kamilov sebagai pimpinan delegasi memulai dengan salam dari ‘tanah para imam’ seperti Imam Bukhari, Imam Naqsyabandi, Al Khawarizmi, dan para ulama Islam.

Dia menjelaskan bahwa dalam tujuh tahun terakhir, Uzbekistan telah mencangkan ‘New Uzbekistan’ dengan mengedepankan persahabatan dan kolaborasi khususnya dengan Indonesia.

“Sejarah kolaborasi Indonesia-Uzbekistan telah dimulai sejak kunjungan Presiden Sukarno, yang sampai sekarang membuat masyarakat Uzbekistan selalu teringat akan kunjungan beliau di Samarkand tersebut,” lanjut Kamilov.

Mr Kamilov menawarkan kerja sama berkaitan dengan ziarah turisme ke berbagai destinasi di Uzbekistan seperti makam para ulama seperti Imam Bukhari, Imam Maturidi dan lainnya, kemudian penelitian, training imam/khatib/pelajar, serta studi terkait standar halal dan pertukaran dalam pengalaman fatwa.

Selain itu, Mr Kamilov juga menyampaikan bahwa MUI dapat mengadakan roundtable discussion di Uzbekistan terkait ‘Islam dan kehidupan moral’, selain berkunjung pada berbagai destinasi religius di Uzbekistan dan menyampaikan kuliah umum di universitas Islam di sana.

Ketua Komisi HLNKI MUI Dubes Bunyan Saptomo yang juga menjadi moderator menyampaikan bahwa antara Indonesia dan Uzbekistan memiliki sejarah yang saling menghargai.

“Orang Indonesia sangat menghargai ulama dari Uzbekistan sebab salah satu ulama dari Uzbekistan yakni Maulana Malik Ibrahim As-Samarkandi memiliki pengaruh di Indonesia,” kata Bunyan Saptomo yang juga aktif di Dewan Masjid Indonesia (DMI).

Pengurus Komisi HLNKI, Abdul Jabbar, menyampaikan bahwa pada 27 September 2023 MUI akan melakukan kunjungan ke Uzbekistan dan akan berkunjung ke beberapa destinasi di sana.

Ketua MUI Bidang Dakwah KH M Cholil Nafis menyampaikan bahwa orang Indonesia, khususnya nahdhiyyin sangat senang jika ada program ziarah.

Dia bahkan telah menyebarkan informasi kunjungan MUI ke Uzbekistan ke beberapa koleganya yang disambut dengan positif. Dia berharap agar ada berbagai kemudahan dari Uzbekistan dalam kunjungan tersebut.

Pertemuan ditutup dengan penyerahan cenderamata dari MUI dan Uzbekistan. Pertemuan tersebut dihadiri juga oleh KH Abdullah Jaidi, KH Shalahuddin Al Aiyub, M Faisal, Shobichatul Aminah, Yanuardi Syukur, Mimin Austiyana, Oke Setiadi Affendi, dan beberapa pengurus MUI lainnya.

Tonton juga video liputannya di bawah ini.

Potensi Kerjasama Wisata Muslim RI-Uzbekistan

illustrasi (gambar: pasardana.id)

MTN, Jakarta – Pada 8 Agustus 2023 Delegasi dari Kementerian Pariwisata dan Warisan Budaya Uzbekistan yang dipimpin oleh Kepala Wilayah Bukhara, telah berkunjung ke MUI. Delegasi telah diterima oleh Ketua MUI Bidang HLN, Prof Dr Sudarnoto Abdul Hakim, dan Ketua MUI Bidang Dakwah, KH Dr Cholil Nafis, serta Ketua Komisi HLN MUI, Bunyan Saptomo.

Dilansir dari mui.or.id, Delegasi Uzbekistan menyampaikan maksud kunjungannya adalah untuk meningkatkan kerja sama bidang parisiwata dan warisan bBudaya dengan Indonesia termasuk dengan MUI.

Disampaikan pula bahwa Uzbekistan kaya akan warisan budaya Islam, seperti makam Imam Bukhari, Imam Turmudzi, dan lain-lain. Selain mengusulkan Kerja sama dengan MUI di bidang wisata Muslim dan juga mengundang MUI untuk berkunjung ke Uzbekistan guna menjalin kerja sama yang lebih erat dalam bidang pariwisata dan keislaman. Delegasi juga mengindikasikan akan membantu biaya lokal di Uzbekistan untuk beberapa orang delegasi inti dari MUI.

Setelah berakhirnya pandemi Covid-19, hubungan kedua negara mengalami semangat baru. Tahun lalu (20 September 2022) Dubes Uzbekistan berkunjung ke MUI dan diterima oleh Waketum MUI, Dr KH Marsudi Syuhud, Sekjen MUI Dr Amirsyah Tambunan, dan Ketua Komisi HLN Bunyan Saptomo.

Pada kesempatan tersebut Dubes Uzbekistan menginformasikan rencana pembukaan penerbangan langsung ke Jakarta oleh Uzbekistan Air untuk meningkatkan hubungan sosial budaya kedua bangsa sesama Muslim, dan menginformasikan rencana kunjungan Wakil Gubernur dan Mufti Samarkand ke Indonesia.

Kemudian pada kunjungan Wakil Gubernur dan Mufti Samarkand ke MUI pada 2 Februari 2023 delegasi diterima oleh Sekjen MUI dan Ketua Komisi HLN MUI. Pada pertemuan tersebut delegasi menyampaikan minatnya untuk meningkatkan kerja sama pariwisata dan keislaman. Delagasi juga mengundang MUI untuk berkunjung ke Uzbekistan guna mempererat persahabatan dua bangsa Muslim.

Selain itu, kita mencatat bahwa Wapres RI yang juga Ketua Wantim MUI, KH MUI Maruf Amin, telah berkunjung ke Uzbekistan pada 13-14 Juni 2023 lalu. Wapres menyambut baik pembukaan penerbangan langsung ke Jakarta. Diharapkan hal ini dapat mendorong peningkatan hubungan kedua negara di segala bidang, termasuk perdagangan produk halal.

Indonesia dan Uzbekistan sama-sama merupakan negara Muslim dan anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI). Menurut Sejarah, hubungan kedua bangsa telah terjalin sejak awal-awal penyebaran agama Islam di Nusantara.

Salah satu penyebar agama Islam adalah ulama dari Samarkand Uzbekistan, yaitu Maulana Ibrahim As-Samarkandi yang oleh Masyarakat Jawa dikenal sebagai Asmoro Kandi.

Makam beliau sampai saat ini menjadi salah satu tujuan wisata religi atau ziarah Wali Songo yang populer di kalangan masyarakat Indonesia. Selanjutnya, jaringan ulama Uzbekistan secara genealogi keilmuan juga meninggalkan jejak yang sangat luar biasa di Indonesia.

Kitab-kitab karya ulama Uzbekistan yang lahir di Kota Bukhara, Samarkand, Tashkent, Termez, Khiva, dan kota lainnya, banyak dipelajari dan dikaji di pesantren yang tersebar di seluruh Indonesia sampai saat ini.

Di antaranya adalah suluk Asmara yang dikarang oleh Maulana Ibrahim as Samarkandhi, dan karya besar Shahih Bukhari yang dikarang Imam Bukhari, juga kitab At-Tirmidzi yang ditulis Imam at-Tirmizi yang berasal dari kota Termez Uzbekistan.

Ulama Indonesia yang punya genealogy keilmuan (sanad) yang dengan Imam Bukhari adalah Hadratusy Syaikh Hasyim Asy’ari. Sampai saat ini tradisi pengajian kitab Shahih Bukhari masih berjalan di Pondok Pesantren Tebuireng, Tambakberas dan banyak pondok pesantren di seantero Indonesia.

Secara resmi hubungan diplomatik Indonesia dan Uzbekistan dimulai pada 23 Juni 1992, setelah Uzbekistan merdeka dari Uni Soviet pada tanggal 28 Desember 1991. Namun di masa Uni Soviet, Presiden Soekarno sudah mengunjungi makam Imam Bukhari di Samarkand pada September 1956.

Setelah terjalinnya hubungan diplomatik, hubungan kedua negara berkembang pesat, baik di bidang politik, budaya dan ekonomi. Di bidang budaya, pada 1997 Bahasa Indonesia mulai diajarkan sebagai salah satu mata kuliah di Tashkent Institute of Foreign Languages (sekarang: Uzbekistan World Language University) dengan dua orang pengajar, yaitu: Muhasan, bekas mahasiswa ikatan dinas masa Soekarno, dan Amir Astapradja, staf KBRI Tashkent saat itu.

Pada 2001, berkat upaya Professor Namozov bekerjasama dengan KBRI Tashkent, Pusat Studi bahasa dan budaya Indonesia dibuka di Samarkand. Lembaga tersebut setiap tahun melatih lebih dari 20 siswa.

Bahasa dan budaya Indonesia juga diajarkan di Samarkand State Institute of World Languages. Pada 2003, di Tashkent Institute of Oriental Studies juga dibuka Pusat Bahasa Indonesia.

Pada 2003 atas inisiatif beberapa jurnalis Uzbekistan, didirikan sebuah organisasi non-formal, Press Morning Club, yang anggotanya terdiri dari para jurnalis terkemuka dari berbagai media Uzbekistan.

Klub tersebut banyak melakukan kegiatan-kegiatan kerjasama budaya Indonesia-Uzbekistan. Salah satu kegiatannya yang signifikan, adalah penyelenggaraan malam konser solidaritas Uzbekistan untuk korban Tsunami di Aceh untuk penggalangan dana bagi para korban melalui Red Crescent of Uzbekistan.

Mengingat antusiasme yang begitu tinggi dari pihak Uzbekistan seperti yang dijelaskan di atas, maka Komisi HLN MUI merasa perlu untuk menanggapi secara positif undangan pihak Uzbekistan dengan mengadakan misi Muhibbah ke Uzbekistan dalam waktu dekat.

Bandara Udara Uzbekistan Terapkan Kebijakan ‘Open Sky’ untuk Tarik Wisatawan

Samarkand International Airport (foto: airport-world.com)

MTN, Jakarta – Untuk menarik lebih banyak lagi wisatawan, pemerintah Uzbekistan terapkan kebijakan Open Sky di bandara udara mereka. Seperti apa?

Untuk mengembangkan sektor penerbangan sipil serta untuk memanfaatkan dan meningkatkan potensi pariwisata Republik Uzbekistan, Kementerian Perhubungan Uzbekistan umumkan “Kebijakan Langit Terbuka” yang diterapkan di Bandara Internasional Samarkand, Uzbekistan, mulai 1 Oktober 2022.

“Kebijakan Open Sky di Bandara Internasional Samarkand efektif untuk pengoperasian penerbangan penumpang, tanpa batasan frekuensi, dan rute,” tulis pihak Kementerian Perhubungan Uzbekistan di surat keterangan resminya.

Alokasi slot dan persetujuan bandara akan dikelola oleh “Bandara Uzbekistan” JSC (perusahaan pengelola semua bandara) dan penanganan darat disediakan oleh “Air Marakanda” (operator swasta Bandara Samarkand) dengan mempertimbangkan kemampuan teknis bandara.

“Izin operasi” akan diberikan kepada maskapai penerbangan yang menyerahkan semua persyaratan dokumen bersama dengan “Formulir R” kepada Otoritas Penerbangan Sipil dan Kementerian Perhubungan. “Formulir R” dapat diunduh di www.uzcaa.uz.

“Kebijakan Langit Terbuka” akan berlaku hingga akhir musim “Musim Panas-2023” IATA dengan potensi perpanjangan lebih lanjut atau perubahan kondisi kebijakan setelahnya.

Dalam penerbangan sipil, kebijakan Open Skies berarti liberalisasi dan kemudahan akses, serta aturan penggunaan bandara nasional untuk maskapai asing. Hal itu dilakukan untuk meningkatkan arus wisatawan dan mengembangkan potensi sebagai hub udara regional.

Presiden Negeri Imam Bukhari Akan Pidato di Sidang PBB ke-75

Presiden Uzbekistan, Shavkat Mirziyoyev

MTN, Jakarta – Presiden Uzbekistan, Shavkat Mirziyoyev, besok (23/9) akan pidato di Sidang PBB ke-75.

Dilansir dari keterangan resmi pihak Kedubes Uzbekistan untuk Indonesia, pada tanggal 23 September nanti, Presiden Republik Uzbekistan, Shavkat Mirziyoyev akan mengambil bagian dalam debat politik umum tingkat tertinggi di sesi ke-75 Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Dalam pidatonya nanti, Presiden Mirziyoyev akan menyampaikan visinya kepada masyarakat internasional tentang isu-isu penting dan inisiatif agenda nasional, regional dan global.

Presiden Mirziyoyev juga akan mempresentasikan inisiatif penting tentang perdamaian dan keamanan, pembangunan berkelanjutan, hak asasi manusia, perubahan iklim, ketahanan pangan, pengentasan kemiskinan.

Sebelumnya Shavkat Mirziyoyev dalam pidatonya pada sesi ke-72 Sidang Umum PBB pada September 2017 di New York, telah mengusulkan Lima Inisiatif, yakni:

  • Pertama, mengatur pertemuan konsultatif para pemimpin Asia Tengah.
  • Kedua, adopsi resolusi tentang pencerahan dan toleransi beragama.
  • Ketiga, mengangkat masalah Laut Aral.
  • Keempat, untuk memecahkan masalah Afghanistan.
  • Kelima, memastikan pekerjaan perempuan.

Presiden Republik Uzbekistan Shavkat Mirziyoyev akan menyampaikan pidato pada Sidang ke-75 Sidang Umum PBB pada tanggal 23 September 2020 pukul 20:00 waktu Indonesia.

Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa ke-75 kali ini untuk pertama kalinya diadakan acara ini secara virtual, karena protokol kesehatan adalah sebuah kewajiban saat pandemi ini.

Lalu Sidang Umum PBB ke-75 ini akan ada tema besar, yakni pandemi Covid-19. Sebagian besar pembicara tentunya juga akan memperhatikan situasi terkini seputar virus Corona.

Mengenal Lebih Dekat Negara Uzbekistan

Uzbekistan (foto: Travel Earth)

MTN, Jakarta – Pada 14 Februari 2020 kemarin Muslim Travel News mengunjungi Kedubes Uzbekistan untuk RI di Jakarta, untuk berbincang dan mengenal lebih jauh negara Uzbekistan. Seperti apa?

“Sejarah kebesaran Uzbekistan menyatu Islam. Islam adalah budaya dan kehidupan bangsa Uzbek. 80% lebih penduduk Uzbekistan adalah muslim,” terang Muzaffar S Abduazimov, Second Secretary Embassy of the Republic of Uzbekistan untuk Indonesia, di Jakarta (14/2).

Muzaffar menjelaskan kalau negaranya yang jumlah penduduknya sebanyak 30 juta orang ini sering disebut oleh orang Arab sebagai Negeri Mawarun Nahar (negeri di seberang sungai Oxus).

“Usbekistan telah melahirkan banyak tokoh besar Islam seperti Imam Bukhari (perowi hadist), Ibnu Sina (ahli kedokteran), Aljabar (ahli matematika), Tamerlan, dan lain-lain,” ungkap Muzaffar.

Sekertaris Urusan Media dan Kebudayaan Kedubes Uzbekistan untuk Indonesia tersebut menjelaskan kalau industri terbesar di negaranya adalah gas alam, otomotif, wisata, serta Teknologi Informasi dan Komunikasi.

“Pada tahun 2019 ada sekira tujuh juta wisatawan yang berkunjung ke Uzbekistan, dan yang paling banyak untuk wilayah Asia Pasifik berasal dari Australia,” terangnya.

“Sekarang prioritas kami adalah untuk turis-turis Indonesia, karena kini sudah bebas Visa (untuk kunjungan selama sebulan), yang peraturannya diterapkan sejak tahun 2018,” ujar Muzaffar S Abduazimov.

“Lalu sejak Mei 2019 sudah ada penerbangan langsung dari Jakarta ke Uzbekistan, yang jadwalnya dua kali sepekan,” imbuhnya.

Ketika menyinggung mengenai perdagangan antara Uzbekistan dengan Indonesia, Muzaffar menjelaskan kalau negaranya banyak mengekspor pupuk dan bahan-bahan kimia, sementara Indonesia banyak mengekspor kopi, teh, dan lain-lain.

“Uzbekistan akan hentikan ekspor kapas. Dalam lima tahun ke depan akan bangun banyak pabrik tekstil untuk olah kapas, sehingga ke depannya akan ekspor kain dan pakaian jadi,” terang Muzaffar.

Second Secretary Embassy of the Republic of Uzbekistan untuk Indonesia tersebut juga mengatakan kalau pengembangan ziarah / wisata reliji juga jadi prioritas Uzbekistan saat ini.

Ketika ditanya mengenai bidang pendidikan, Muzaffar, mengatakan kalau tanggal 4 Maret 2020 nanti akan ada 200 orang mahasiswa universitas Gunadharma yang berangkat ke Uzbekistan untuk belajar arsitektur Islam.

Muslim Travel News dengan Muzaffar S Abduazimov

Agen Perjalanan Indonesia Ini Gelar Program Wisata Reliji ke Uzbekistan

Uzbekistan (foto: travel.earth)

MTN, Jakarta – Pihak Amirania Tours & Travel menggelar program wisata reliji ke Uzbekistan. Seperti apa?

Salah satu alasan mengapa pihak Amirania Tours & Travel menggelar program ini adalah untuk mengenal lebih dekat sejarah Islam di negara-negara di Asia Tengah; pecahan negara Uni Soviet, yang salah satunya adalah Uzbekistan.

Dilansir dari MinaNews, Suriati Uwes dari Amirania Tours & Travel menjelaskan, pihaknya bakal memberangkatkan 20 orang untuk melakukan perjalanan religius selama tujuh hari ke Uzbekistan. Rencananya ziarah tersebut dilakukan dari 15 hingga 21 Maret 2020 mendatang.

Menurutnya, perjalanan religius ini sekaligus ingin mengulang kembali kejayaan Islam pada abad ke-11 lalu, yang lebih dikenal dengan Silk Road atau Jalur Sutra.

“Insya Allah, kami adalah pelopor untuk perjalanan religius yang menggabungkan wisata dan edukasi tentang negara-negara Islam bekas Uni Soviet, kami menyebutnya Islamic Heritage Tour,” ujar Suriati.

Untuk perjalanannya ke Uzbekistan, lanjut dia, peziarah bakal terbang langsung dari Jakarta ke Tashkent, dan bermalam di ibukota Uzbekistan tersebut. Perjalanan akan dilanjutkan keesokan harinya dari Tashkent ke kota Bukhara yang indah dan merupakan sisa peninggalan masa kejayaan kekaisaran Persia di Asia Tengah.

Kemudian perjalanan dilanjutkan dengan mengunjungi Sitorai Moxi Hossa, rumah musim panas Emir Bukhara Ismail Samonid yang indah dengan kebun mawar yang beraneka ragam. Lalu ke Makam Ismail Samonid, Museum Air di Bukhara Chasma Ayub, setelah itu rombongan akan kembali ke hotel dan bermalam di Bukhara yang sudah berusia 2.000 tahun lebih itu.

Suriati yang juga Ketua Korps Mubaligh/Mubalighoh Dewan Masjid Indonesia (DMI) ini menambahkan bahwa di Bukhara perjalanan dilanjutkan ke beberapa tempat yang kental dengan sejarah Islam diantaranya mengunjungi Poi-Kalyan Ensemble yang berfungsi sebagai Madrasah Miri-Arab, Taqi sebagai pusat perdagangan dan mengunjungi tempat pembuatan karpet Uzbek yang terkenal sangat Indah.

“Pada hari keempat rombongan akan dibawa mengunjungi kota tua lainnya, Samarkand, dihari kelima itu, rombongan bakal mengunjungi makam Amir Timur, pendiri Uzbekistan atau biasa disebut Gur-Emir, kemudian ke Registan Ensemble, Shah-i-Zinda necropolis,” imbuh Suriati.

Karena sejarah dan budaya, kawasan Registan bersama Kota Tua Samarkand ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO.

Suriati juga menjelaskan lebih lanjut bahwa rombongan akan diajak mengunjungi tempat pembuatan sutra yang terkenal yang masih menggunakan kertas tradisional. Di sana, rombongan akan diajak mengikuti pembuatan kertas sutera.

“Ziarah ke makam Nabi Daniel yang berada di komplek pemakaman yang indah di Samarkand, di hari selanjutnya rombongan akan kembali ke ibukota Tashkent dan akan dibawa ke pegunungan Chimgan,” jelasnya.

Amirania Tours & Travel bagian dari Amirania Foundation merupakan wadah bagi mereka yang memiliki ketertarikan untuk belajar bersama tentang sejarah masa Jalur Sutra yang penuh keberagaman etnik, suku bangsa, seni & budaya yang menyatu pada bangsa-bangsa yang berasal dari Asia, Eropa, dan Afrika.

Wisatawan RI Target Utama Kampanye Wisata Halal di Uzbekistan

MTN, Jakarta – Pihak pemerintah Uzbekistan mengaku kalau wisatawan RI adalah sasaran utama mereka dalam mempromosikan wisata halal di negara mereka. Seperti apa?

Uzbekistan melalui Sekretaris II Kedutaan Besar Uzbekistan, Muzzafar Abdulazimov, mengatakan kalau wisatawan Indonesia adalah sasaran utama mereka dalam mempromosikan kampanye wisata halal di Uzbekistan.

“Sejak 2016, Uzbekistan mulai memprioritaskan sektor wisata halal ini dan wisatawan Indonesia menjadi salah satu target utama,” ujar Muzzafar, seperti yang dilansir dari CNBC Indonesia.

Muzzafar menyebutkan alasannya karena Indonesia adalah negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, dan Uzbekistan menjadi salah satu negara yang memiliki kontribusi pada peradaban dan budaya Islam.

Dilansir dari IndoZone, Uzbekistan dinobatkan sebagai destinasi favorit tahun 2020 oleh situs web travel Lonely Planet. Tidak heran, karena beberapa tahun belakangan ini, Uzbekistan menjadi salah satu negara yang banyak diincar para traveler dunia. Berikut ini adalah tiga faktor Uzbekistan jadi destinasi wisata halal favorit.

Bebas Visa
Baru-baru ini, Presiden Uzbekistan Shavkat Mirziyoyev memiliki inisiatif untuk mengubah negara tersebut menjadi tujuan yang menarik bagi para pelancong, yaitu membebaskan Visa untuk pengunjung dari 65 negara.

Objek Wisata Bersejarah
Ada banyak tempat bersejarah di Uzbekistan yang bisa anda kunjungi. Beberapa tempat yang paling legendaris adalah Tashkent, Samarkand, Registan Square dan Kota Bukhara yang selalu menjadi tempat favorit.

Kuliner Halal
Makanan di Uzbekistan memiliki aroma yang khas karena rempah-rempahnya yang sangat kuat. Beberapa menu yang paling populer di Uzbekistan adalah Palov, Shurpa, dan Mutton. Karena penduduknya yang mayoritas Muslim, maka sangat mudah untuk menemukan kuliner halal di Uzbekistan.