Masjid di Semarang Ini Berbentuk Seperti Kapal Nabi Nuh

Masjid Safinatun Najah (foto: AyoJakarta.com)

MTN, Jakarta – Jika ada berkunjung ke Semarang, sepertinya harus mengunjungi Masjid Safinatun Najah, yang bentuknya menyerupai Kapal Nabi Nuh. Seperti apa?

Dilansir dari Detik, sebuah masjid berbentuk Kapal Nabi Nuh dibangun di kota Semarang. Masjid tersebut bernama Masjid Safinatun Najah, yang terletak di Jalan Kyai Padak, Kelurahan Podorejo, Kecamatan Ngaliyan, Semarang.

Selain arsitekturnya yang mengagumkan, masjid ini juga terletak di tengah kolam sehingga tampak mengapung. Bangunan masjid pun terletak di tengah hamparan sawah sehingga pemandangan yang ditawarkan sangat menarik.

Masjid Safinatun Najah (foto: WartaWisata.id)

Masjid Safinatun Najah memiliki empat lantai. Di lantai pertama, terdapat fasilitas umum yang dapat digunakan oleh pengunjung, seperti aula, tempat wudhu, dan toilet. Meski kelengkapannya sama dengan masjid pada umumnya, fasilitas di masjid ini memiliki desain yang menarik.

Pengunjung yang datang dapat melaksanakan sholat di lantai dua masjid ini. Sementara itu, lantai tiga dipergunakan untuk perpustakaan. Jika pengunjung naik satu lantai lagi, di lantai empat terdapat area rooftop yang bisa digunakan untuk menikmati pemandangan sekitar masjid dari ketinggian.

Untuk masuk ke masjid yang dibangun sejak tahun 2015 ini, pengunjung hanya perlu membayar tiket sebesar Rp3.000.

Masjid Safinatun Najah (foto: WisataKita.com)

Masjid Sultan, Objek Wisata Halal Ikonik di Singapura

Masjid Sultan (foto: id.hotels.com)

MTN, Jakarta – Apa objek wisata halal yang paling ikonik di Singapura? Mungkin salah satunya adalah Masjid Sultan.

Dilansir dari OkeZone, Masjid Sultan salah satu objek wisata religi paling ikonik dan bersejarah di Singapura. Masjid ini sering diziarahi traveler Muslim dan telah memainkan peran penting dalam komunitas Muslim di Negeri Singa selama hampir 200 tahun.

Masjid Sultan dibangun pada 1824. Mulanya, masjid ini dibangun untuk Sultan Hussein Shah, sultan pertama Singapura. Seiring berjalannya waktu, kini tersebut dibuka untuk umum.

Dekorasi Masjid Sultan mencerminkan perpaduan arsitektur tradisional India, Islam, dan Eropa. Dilengkapi kubah emas menjadikan masjid itu tampak semakin megah dan cantik.

Jika anda berkesempatan berkunjung ke Singapura, cobalah mampir ke Masjid Sultan berkubah emas ini. Kemudian masuk dan berkeliling hingga ke ruangan di dekat kubah, di sana kamu akan melihat ratusan botol kaca di bawah kubah tersebut.

Ratusan botol kaca tersebut sebenarnya dikumpulkan dan disumbangkan oleh orang-orang miskin di sana sebagai bentuk kontribusi. Ini bermakna bahwa sebenarnya tidak hanya orang kaya saja yang dapat berkontribusi, namun semua lapisan masyarakat.

Seperti diketahui, pemerintah Singapura terus berbenah diri untuk memfasilitasi wisata ramah muslim.

Mulai dari tersedianya masjid-masjid yang indah, banyaknya makanan halal dan mudah ditemui, hingga pakaian-pakaian bernuansa islami pun dapat dengan mudah kamu temui. Umat muslim kini tak perlu khawatir jika ingin berkunjung ke Singapura.

Masjid Sulṭan di Kampung Glam, Singapura merupakan masjid pertama yang dibangun di republik itu. Hingga kini, masjid bersejarah itu masih menjadi daya tarik utama bagi wisatawan asing yang datang ke Singapura.

Struktur awal masjid ini dibangun sekitar 1826 oleh masyarakat Jawa yang kebanyakan pedagang awal di Singapura, yang menjalankan aktivitas perdagangan dengan masyarakat Arab, Boyan dan Bugis sebelum kedatangan saudagar Tionghoa. Bangunan masjid itu menjadi tempat tinggal atau kawasan permukiman awal beberapa etnik masyarakat Indonesia.

Kemudian pada 1920-an ia dibangun kembali seperti sekarang. Dan kini ia telah direnovasi dan ditetapkan sebagai produk pariwisata Singapura.

Masjid Sultan berlokasi di 3 Muscaṭ Street, Singapura 198833.

Masjid Sultan (foto: hotels.com)

Menyiapkan Banten untuk jadi Destinasi Wisata Halal Dunia

Wisata Tanjung Lesung Anyer (foto: Pikiran Rakyat)

MTN, Jakarta – Provinsi Banten memang menyimpan segudang potensi wisata halal. Banyak cara yang sudah dilakukan untuk mewujudkannya, antara lain dengan menyelenggarakan berbagai seminar yang mengusung tema wisata halal di Banten.

Dilansir dari NewsCom, pihak Forum Dialog Wisata Halal baru saja menyelenggarakan Seminar Daring dan Luring (Hibrida) dengan tema “Banten Menuju Destinasi Wisata Halal Dunia” pekan lalu (25/3) yang bertempat di Kawasan Wisata Halal Baduy Outbound, Serang.

Wakil Gubernur Banten Andika Hazrumy, seperti yang dilansir dari AntaraNews, mengungkapkan kalau Pemprov Banten menargetkan dapat masuk sebagai peringkat 10 besar daerah di Indonesia yang memiliki destinasi pariwisata ramah muslim atau wisata halal.

Sebab, kata Andika di Kabupaten Serang Kamis, Provinsi Banten memiliki potensi pariwisata yang luar biasa banyak dan variatif, serta banyak diminati wisatawan.

“Saya berharap target Banten sebagai peringkat 10 besar daerah dengan destinasi pariwisata ramah muslim dapat terealisasi,” kata Andika Hazrumy pada Forum Dialog “Banten Menuju Destinasi Wisata Halal Dunia” yang digelar Dinas Pariwisata Provinsi Banten di Kawasan Wisata Halal Baduy Outbond, di Kabupaten Serang.

Menurut Andika, di Provinsi Banten tercatat ada setidaknya 344 jenis potensi wisata alam seperti pantai, laut, gua, air terjun, dan gunung. Berikutnya, 591 jenis potensi wisata religi, sejarah budaya dan wisata ziarah serta 231 jenis potensi wisata buatan/wisata minat khusus.

Acara “Banten Menuju Destinasi Wisata Halal Dunia” menghadirkan sejumlah narasumber, antara lain Asisten Staf Khusus (Stafsus) Wakil Presiden (Wapres) RI Bidang Ekonomi dan Keuangan, Guntur Subagja Mahardika, S.Sos., M.Si., dengan tema Pesona Wisata Halal. Beliau juga menjabat Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Perkumpulan Insan Tani dan Nelayan Indoensia (INTANI).

Turut hadir Wakil Gubernur Banten, H. Andika Hazrumi, S.Sos., M.A.P., selaku narasumber utama sekaligus memberikan kata sambutan dari Pemprov Banten. Beliau mewakili Gubernur Banten, Dr. Drs. H. Wahidin Halim, M.Si., yang berhalangan hadir.

Narasumber lainnya ialah u’lama yang juga Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Banten, Dr. KH. A. M. Romli, M.Hum., dan Rektor Untirta, Prof. Dr. H. Fatah Sulaiman, S.T., M.T., serta Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Banten, Drs. H. Muhammad Agus Setiawan A. W., M.Si.

Hadir pula Ketua Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Banten, Ir. H. Gembong R. Sumedi, M.M., selaku narasumber dalam seminar ini, bersama-sama dengan Direktur Utama (Dirut) PT. Banten West Java Tourism Development, Poernomo Siswoprasetijo, yang juga pengelola Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung.

Beberapa pihak yang jadi penyelenggara anatara lain adalah: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) / Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Baparekraf) Republik Indonesia (RI), dan Perkumpulan Urang Banten (PUB).

Adapun pemandu acara ini ialah penggagas, pendiri, dan Chief Executive Officer (CEO) Gaido Group, H. Muhammad Hasan Gaido, selaku moderator. Ia juga menjadi pemilik (owner) Kawasan Wisata Halal Baduy Outbound.

Acara ini juga didukung oleh Bank Banten: Bank Pembangunan Daerah Banten dan PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk., serta dirancang oleh Gaido Media Creative.

Kepulauan Zanzibar, Pilihan Destinasi Wisata Halal di Afrika Timur

Kepulauan Zanzibar (foto: africanmosaictours.com)

MTN, Jakarta – Kepulauan Zanzibar di Afrika Timur mungkin anda bisa pertimbangkan sebagai destinasi untuk melakukan wisata halal. Seperti apa?

Zanzibar adalah sebuah kepulauan di sebelah timur pesisir Afrika, yang termasuk dalam wilayah Tanzania. Zanzibar terdiri dari dua pulau: Zanzibar (‘Unguja’) (luas wilayah 1.554 km²) dan Pemba. Bersama dengan Pulau Mafia, Zanzibar kadang-kadang dijuluki Kepulauan Rempah-rempah.

Stone Town, kota utama sekaligus pusat ekonomi, terletak di Pulau Zanzibar. Sumber pendapatan Zanzibar berasal dari ekspor rempah-rempah (pala, cengkih, kayu manis dan merica) dan sektor pariwisata.

Zanzibar menerima rata-rata sekitar 30.000 wisatawan dalam beberapa bulan terakhir. Populasi Zanzibar hampir seluruhnya Muslim, dengan minoritas agama Kristen.

Dilansir dari Detik, beberapa objek wisata andalan di kepulauan Zanzibar antara lain adalah kawasan yang menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO, Stone Town, hutan Jozani di Teluk Chwaka, juga pantai-pantai berpasir putih, dan terumbu karang. Jaraknya yang cuma 20 menit dari bandara internasional Tanzania, Dar es Salaam International, menambah daya pikatnya.

Sebagian besar bangunan di Stone Town itu dibangun sejak abad 18 dan 19 dengan mencerminkan ragam budaya campuran yang menganut unsur Arab, Persia, India dan Eropa. Kawasan ini juga kaya rempah mengikuti jejak Maluku.

Zanzibar dengan mayoritas penduduk muslim itu menjadi favorit turis dari Eropa dan negara-negara Timur Tengah.

Memiliki banyak wisata pantai membuat Zanzibar menjadi pilihan turis untuk berjemur dengan cuma memakai bikini atau bertelanjang bulat. Rupanya itu menjadi masalah. Sebab, aktivitas turis dengan pakaian minim sering membuat warga terkejut.

Pemerintah pun mengenalkan ‘dress code’ kepada wisatawan. Menteri Pariwisata Zanzibar Lela Mohammed Moussa mengatakan bahwa hukuman dan denda akan diterapkan kepada wisatawan, pemandu, dan operator tur untuk jenis pakaian yang tidak pantas yang dikenakan di depan umum di pulau itu.

“Di tempat umum di Zanzibar, turis harus menutupi badannya dari bahu hingga lutut. Ini bukan hal baru. Sudah menjadi tugas para tamu untuk memahami budaya dan tata tertib di jalan, ” kata Lela.

Denda itu bergantung kepada beratnya pelanggaran, dari denda sebesar USD 700 sekitar Rp10 juta atau lebih, hingga USD 1.000-2.000 (sekitar Rp14 juta hingga Rp28 juta) atau lebih.

Terlepas dari pembatasan karena Covid-19 dan kode pakaian wajib yang baru, tidak ada penurunan dalam pemesanan hotel dan resor ke Zanzibar.

Kepulauan Zanzibar (foto: audleytravel.com)

Taiwan Kian Getol Promosikan Wisata Halal ke Masyarakat Indonesia

Taipei Cultural Mosque (foto: https://travelingyuk.com)

MTN, Jakarta – Menyadari besar potensi ekonominya, Taiwan kini makin gecar promosikan wisata halal ke masyarakat Indonesia.

Dilansir dari IndonesiaInside, Kantor Dagang dan Ekonomi Taipei (TETO) mempromosikan Taiwan sebagai tujuan wisata yang ramah bagi turis Muslim, kepada masyarakat Indonesia, terutama bagi mereka yang merencanakan perjalanan setelah pandemi Corona berakhir.

Pihak TETO juga mendorong keunggulan Taiwan sebagai tujuan yang hanya membutuhkan waktu lima jam dengan penerbangan langsung dari Indonesia.

“Lingkungan wisata muslim yang ramah adalah nilai jual utama Taiwan,” tulis pihak TETO di keterangan resminya, yang juga mengajak para wisatawan Indonesia untuk mengunduh aplikasi ‘Taiwan Halal’ yang dikembangkan oleh pelajar Indonesia di Taiwan.

Melalui aplikasi tersebut, wisatawan dapat menggunakan telepon pintarnya untuk mendapatkan berbagai informasi, termasuk lokasi tempat wisata, tempat beribadah, restoran, toko, hotel, dan nomor telepon yang diperlukan. App tersebut juga dapat memberikan 10 titik lokasi masjid yang ada di Taiwan.

Selain itu, terdapat pula mushola yang didirikan di berbagai pusat perbelanjaan, fasilitas umum, dan kawasan wisata utama. Otoritas Taiwan pun telah membekali para pelaku industri pariwisata setempat melalui sejumlah program seminar dan sertifikasi yang menjadikan akomodasi di sana lebih nyaman bagi pengunjung Muslim.

Statistik dari Biro Pariwisata Taiwan, pada Maret 2021, menunjukkan ada 276 restoran halal dan hotel ramah Muslim di Taiwan, termasuk hotel bintang lima, taman peternakan rekreasi, dan penjaja makanan jalanan. “Bahkan jajanan Taiwan popcorn chicken yang terkenal, penjualnya juga menggunakan ayam segar bersertifikat halal, belum lagi banyaknya resto bakmi sapi halal dan berbagai restoran halal di Taiwan, sehingga sahabat Muslim bisa makan dari pagi hingga malam dengan nyaman,” terang pihak TETO.

Untuk keadaan darurat, banyak institusi medis yang telah memperoleh sertifikasi ‘Lingkungan Ramah Muslim’.

“Taiwan terus menciptakan lingkungan ramah yang cocok untuk wisata muslim, dan ini jelas merupakan pilihan pertama bagi teman-teman muslim untuk bepergian ke luar negeri,” pungkas pihak TETO.

Memahami Wisata Ramah Muslim Secara Utuh

ilustrasi (gambar: slamic-center.or.id)

MTN, Jakarta – Masih banyak mispersepsi dan salah kaprah mengenai wisata ramah muslim di masyarakat. Seorang Profesor di Malaysia coba memberikan opininya secara mendalam tentang wisata ramah muslim.

Profesor Irwandi Jaswir dari International Institute for Halal Research and Training (INHART), International Islamic University Malaysia, menuliskan opininya secara lengkap mengenai wisata ramah muslim di The Jakarta Post.

“Menurut Laporan Indikator Ekonomi Islam Global 2020, pengeluaran Muslim untuk perjalanan meningkat 2,7 persen pada 2019 dari US$189 miliar menjadi US$194 miliar. Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Qatar menempati peringkat tiga negara teratas berdasarkan pembelanjaan. Namun, karena dampak buruk dari krisis COVID-19, pengeluaran konsumen Muslim untuk perjalanan diperkirakan turun 70 persen menjadi US$58 miliar pada tahun 2020,” tulis Irwandi.

Profesor itu menambahkan, kalau Organisasi Pariwisata Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNWTO) memperkirakan bahwa industri kehilangan total US$320 miliar hanya dalam lima bulan – antara Januari dan Mei 2020. Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD) telah memperkirakan kerugian US$2,2 triliun untuk industri tersebut pada tahun 2020.

Sementara seluruh dunia mengharapkan vaksin COVID-19 sebagai solusi yang ampuh, banyak negara telah memulai persiapan strategis agar industri pariwisata mereka pulih, termasuk pariwisata ramah Muslim.

Dipaparkan oleh Irwandi Jaswir, secara umum, wisata ramah muslim tidak berbeda dengan wisata halal, wisata islami atau wisata syariah. Namun, di beberapa negara, pelaku pariwisata lebih memilih istilah “ramah Muslim” daripada yang lain. Pariwisata ramah muslim diartikan sebagai jenis pariwisata yang menganut nilai-nilai Islam. Dalam keramahan ramah Muslim, disarankan agar semua pengembangan produk dan upaya pemasaran dirancang untuk dan diarahkan pada Muslim.

Layanan perhotelan ramah Muslim seperti maskapai penerbangan, hotel, dan layanan makanan adalah produk pariwisata baru yang berkembang pesat dalam industri pariwisata ramah Muslim.

Jika Indonesia juga berminat mengembangkan pariwisata ramah muslim, salah satu syarat wajib yang harus dipenuhi adalah mengembangkan kerangka kerja nasional. Pasalnya, pada kenyataannya sudah banyak keluhan konsumen terkait layanan perhotelan. Ini termasuk iklan yang menyesatkan, paket liburan penipuan, persyaratan kontrak yang tidak adil, informasi yang tidak diungkapkan, layanan berkualitas rendah dan tidak efisien, dll.

Oleh karena itu, sangat penting untuk memeriksa masalah ini dari perspektif konsumen untuk memastikan bahwa layanan perhotelan yang ramah Muslim adalah layanan yang ramah konsumen dan bebas dari masalah tersebut. Dalam melakukan hal tersebut, konsumen perlu dipastikan dilindungi secara memadai oleh peraturan hukum dan administratif.

“Pada 2012, saya dan tim mempelajari kerangka kerja pariwisata ramah Muslim di Malaysia. Untuk memastikan keberlanjutan pariwisata ramah Muslim, beberapa masalah perlu ditangani: Perlunya kerangka hukum dan administrasi terkait layanan perhotelan ramah Muslim secara umum. Kemanjuran manajemen dan administrasi hukum yang terkait dengan layanan perhotelan. Perlindungan hukum terkait dengan keterlibatan industri pariwisata dalam pariwisata ramah Muslim dan perhotelan untuk memastikan keberlanjutannya dan kemampuan untuk bersaing dengan perusahaan multinasional,” ungkap Profesor Jaswir.

“Kami percaya bahwa pariwisata terus memainkan peran kunci dalam perekonomian Indonesia untuk mendorong negara tersebut menjadi negara berpenghasilan tinggi pada tahun 2045. Di Asia Pasifik, Indonesia menduduki peringkat ke-10 sebagai negara yang paling banyak dikunjungi di Organisasi Pariwisata Dunia (UNWTO). ) Tourism Highlights Edisi 2019 dengan 15,5 juta kunjungan turis internasional pada 2019. Wisatawan Muslim mencapai sekitar 20 persen dari total turis yang masuk ke Indonesia setiap tahun. Pada 2018, negara ini menarik sekitar 3 juta wisatawan Muslim, menyumbang US$3,9 miliar bagi perekonomian,” tambah Irwandi.

Layanan perhotelan dan pariwisata ramah Muslim adalah segmen hasil tinggi yang memiliki potensi untuk berkembang dan berkontribusi terhadap pertumbuhan Indonesia.

Ketersediaan makanan halal, keberadaan masjid dan musholla di tempat umum, kawasan belanja bebas pajak dan suasana ramah muslim belum cukup untuk menopang tumbuh kembangnya pelayanan perhotelan ramah muslim di Indonesia. Dalam jangka panjang, ini harus menjadi industri yang diatur dengan ketat yang mampu menetapkan standar global.

Meskipun hampir tidak mungkin untuk memiliki sistem yang sangat mudah dibuktikan, seperangkat undang-undang, peraturan dan mekanisme administratif perlu dikembangkan untuk memastikan pertumbuhan dan keberlanjutannya. Misalnya, definisi dan terminologi yang tepat yang melingkupi industri sangat dibutuhkan untuk menghindari kesalahpahaman dan kesalahpahaman di kalangan konsumen.

Untuk lebih mendukung industri dan untuk menghindari penipuan konsumen, fasilitas dan layanan yang umumnya terkait dengan industri, seperti zona khusus untuk hiburan dan kebugaran, harus didaftarkan dan diatur dengan benar.

“Ini harus menjadi persyaratan bahwa program pelatihan khusus dirancang untuk pemandu wisata e-Muslim. Demikian pula, setiap spa kesehatan dan kebugaran yang mengklaim ramah Muslim harus terdaftar secara hukum dan disertifikasi oleh otoritas terkait,” pungkas Irwandi Jaswir.

Industri Wisata Halal di Turki Naik Saat Pandemi

ilustrasi (foto: mresco.com)

MTN, Jakarta – Banyak industri yang ambruk saat pandemi ini, namun industri wisata halal di Turki justru kebalikannya. Seperti apa?

Dilansir dari Republika, Industri pariwisata halal Turki tumbuh melampaui harapan di tengah pandemi.

Emrullah Ahmet Turhan, Sekretaris Jenderal Organisasi Pariwisata Internasional Halal, mengatakan bahwa seperti yang mereka perkirakan pada awal pandemi; ada minat yang besar terutama pada hotel butik dan vila-vila.

“Kami sudah mencapai 100 persen tingkat hunian di vila, yang biasanya mencapai 90-95 persen tingkat hunian. Begitu juga bisnis yang melayani kemah dan karavan sudah mencapai kapasitas maksimum,” kata Turhan.

“Kapal pribadi juga banyak diminati. Dalam musim (pandemi) yang bergejolak di banyak sektor, sektor pariwisata halal (justru) tidak merugikan investornya,” katanya.

Emrullah Ahmet Turhan mencatat bahwa upaya Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Turki telah membuahkan hasil di sektor ini. Turhan mengatakan dengan promosi yang tepat, tindakan antisipasi terbaik di bandara, dan sertifikat pariwisata yang aman diberikan kepada hotel-hotel yang memenuhi standar kesehatan, para pengunjung dapat menikmati liburan mereka dengan perasaan aman.

Wisata halal menargetkan keluarga Muslim yang mengikuti aturan Islam. Fasilitas yang sesuai dengan kategori ini tidak melayani alkohol dan memiliki fasilitas spa dan kolam renang terpisah untuk pria dan wanita.

Sumbar Segera Sosialisasikan Perda Wisata Halal

ilustrasi (foto: infoopas.com)

MTN, Jakarta – Sejak diresmikan pada bulan Juni 2020 lalu, kini pihak pemerintah kota Padang mulai gencar sosialisasikan Peraturan Daerah nomer 1 tahun 2020 tentang wisata halal.

Dilansir dari FixPadang, Kepala Dinas Pariwisata Sumbar Novrial, meyebut kalau Perda wisata halal tersebut sudah disahkan pada Juni 2020, karena itu harus segera disosialisasikan pada seluruh pemangku kepentingan, salah satunya pemerintah kabupaten/kota yang memiliki kewenangan kepariwisataan.

“Setelah proses sosialisasi selesai, seluruh pemangku kepentingan diharapkan bisa memahami konsep wisata halal dan tidak terjebak pada pengertian yang sempit,” katanya.

Wisata halal yang dimaksud adalah seperangkat layanan tambahan bagi turis muslim agar bisa berwisata dengan nyaman, dan bisa menjalankan kewajiban beribadah, serta mendapatkan akses kuliner yang higienis dan halal.

Dengan adanya perda wisata halal diharapkan wisatawan akan lebih memilih Sumbar sebagai tempat menghabiskan waktu liburan.

Novrial mengatakan kalau konsep wisata halal itu hingga saat ini masih terus berkembang sehingga tetap dibutuhkan masukan dan saran dari berbgai pihak.

Sementara Kepala Bidang Pengembangan Destinasi dan Daya Tarik Pariwisata Sumbar, Doni Hendra, mengatakan kalau sosialisasi Perda wisata halal digelar dilakukan di Kabupaten Tanah Datar dengan peserta dari pihak pemerintah kabupaten, kota dan pelaku usaha pariwisata.

Doni mengatakan kegiatan sosialisasi tahun 2020 dilaksanakan sebanyak tiga kali mulai dari wilayah Tanah Datar dan sekitarnya, kemudian dilanjutkan di Pesisir Selatan, lalu terakhir di Bukittinggi dan sekitarnya.

Narasumber yang dihadirkan adalah tim ahli pariwisata halal dalam hal ini diwakili oleh Dr. Sari Lenggogeni dan Prof Ansofino, dengan materi tentang konsep serta subtansi perda penyelenggaraan pariwisata halal Sumbar.

Sementara itu, tim Kemenag Sumbar berbicara tentang regulasi pusat dan tata kelola pengurusan sertifikasi halal oleh BPJH perwakilan Sumbar, sebagai fasilatator perizinan halal dalam bentuk usaha dan produknya.

Inilah Empat Objek Wisata Halal yang sedang Ramai di Indonesia

ilustrasi (gambar: bizlaw.id)

MTN, Jakarta – Beberapa objek wisata kini sudah dibuka (dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat). Berikut adalah empat objek wisata halal yang sedang ramai diperbincangkan di Indonesia. Anda pun direkomendasikan untuk mengunjunginya.

Dilansir dari situs Direktori Wisata, berikut adalah empat destinasi wisata Indonesia berbasis syariah yang bisa kita kunjungi untuk mengisi liburan bersama keluarga dan kerabat.

Sumtera Barat (foto: Madani News)

Sumatera Barat

Provinsi Sumatera Barat terkenal dengan suguhan kuliner halalnya hingga mancanegara, seperti rendang, dan juga beberapa destinasi wisata halal yang menyajikan keindahan panorama alam. Selain itu sejak dulu kawasan ini memiliki tingkat kunjungan wisatawan yang cukup tinggi.

Tempat wisata di Sumatera Barat memiliki keunikan dan ciri khas, juga keramahan masyarakat lokalnya kepada setiap pengunjung. Wisatawan bisa mencoba dengan memilih dari 16 destinasi wisata Riau yang sedang trend di kalangan para wisatawan lokal dan mancangera.

Lombok (foto: Liputan Aceh)

Lombok

Bila Bali mendapatkan julukan Seribu Pura, maka Lombok dijuliki dengan Pulau Seribu Masjid. Di kota ini banyak ditemukan tempat bagi para wisatawan untuk mudah menunaikan sholat serta tempat penginapan yang menyediakan sarana ibadah.

Bahkan untuk setiap jenis makanan halal dengan harga murah pun tidak terlalu sulit untuk ditemukan di tempat wisata Lombok saat kita sedang berlibur di Pulau Lombok.

Dari wisata alam hingga budaya, cita rasa kuliner hingga beragam kesenian, dapat kita temukan dengan mudah di tempat-tempat wisata muslim di Lokmbok.

Salah satunya kita bisa mendatangi Desa Banyumulek yang dikenal sebagai sentral Kerjinan Gerbah di Pulau Lombok. Di desa wisata Lombok ini kita dapat mengenal lebih dekat pusat pembuatan gerbah, karena di sini warganya hampir semua sebagai pengrajin gerabah.

Aceh (foto: laduni.id)

Nanggroe Aceh Darussalam

Banyak potensi wisata Aceh yang menjadi salah satu tujuan wisata halal di Indonesia. Di tempat ini kita akan banyak menemukan sarana dan prasarana fasilitas bagi wisatawan muslim.

Di Kota Aceh kita dapat merasakan suasana religius sembari menikmati keindahan dan keanekaragaman kulinernya. Di Aceh hampir setiap lokasinya terdapat tempat ibadah serta makanan-makan yang telah dijamin kehalalannya oleh pemerintah.

Tidak hanya itu saja, kita juga bisa menikmati keindahan wisata pantai Aceh yang indah sangat luar biasa, salah satunya kita dapat mengunjung destinasi wisata di Pulau Weh, yang dikenal sebagai salah satu surga alam tersembunyi di ujung barat Indonesia.

Pulau Santen, Banyuwangi (foto: Banyuwangi Bagus)

Pulau Santen, Banyuwangi, Jawa Timur
Pulau Santen merupakan salah satu wisata baru yang menjadi handalan Banyuwangi yang berkonsep syariah. Tempat wisata syariah pulau Santen berlokasi di Karangrejo, Kecamatan Banyuwangi, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

Di tempat wisata Banyuwangi ini nilai-nilai ke-Islaman dijaga betul, salah satunya dengan memisahkan lokasi kunjungan bagi wisatawan perempuan dan kaum laki-laki. Dengan kondisi seperti itu para pengunjung dapat dengan santai menikmati keindahan pantai berhampar pasir, yang berlatarbelakang Selat Bali nan eksotis.

Di pantai ini juga disediakan beberapa fasilitas yang bisa dinikmati oleh pengunjung, seperti musholah, payung untuk berteduh di tepi pantai, hingga sarana serta fasilitas lainnya.

Asosiasi Umroh Juga Turut Berupaya Kembangkan Industri Wisata Halal

MTN, Jakarta – Sebuah asosiasi umroh lokal berupaya untuk turut kembangkan industri wisata halal. Seperti apa?

Dilansir dari DetikTravel, pihak Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia (Amphuri), akan berupaya untuk turut mengembangkan industri wisata halal di Indonesia.

“Pada saat puncak pandemi, bulan Juli, kami jalan darat dari Jakarta ke Bali menemui pemda-pemda, kami membuat perjanjian kerja sama untuk mengembangkan halal tourism,” ujar Ketua Umum Amphuri, Firman M Nur.

Selama ini AMPHURI menurut Firman dianggap sebagai asosiasi yang hanya menjual umroh semata dan mengirim devisa untuk negeri orang.

AMPHURI sudah mengirim jemaah Indonesia tak hanya ke tanah suci Mekkah dan Madinah tapi juga ke Yordania, Turki dan negara lainnya. Ke depan mereka akan mencoba mendatangkan devisa untuk Indonesia dengan mendatangkan turis asing ke Indonesia melalui wisata halal.

“Insya Allah kami akan mencoba bekerja sama dengan partner kami di seluruh dunia untuk mengirim turis mereka inbound ke Indonesia. Sekarang partner-partner tersebut kita balik agar mendatangkan turis asing ke Indonesia,” ujarnya.

Wisata halal menurut ketua umum AMPHURI tersebut memiliki pasar sendiri. Di negara lain sudah mulai mempertimbangkan wisata halal. Contohnya Jepang. “Kalau ke Jepang, concern soal halal itu kuat sekali, kok Indonesia tidak mengambil kesempatan. Kita akan concern untuk pendekatan halal tourism. Eksplorasi Indonesia halal,” pungkas Firman.