Inilah Empat Objek Wisata Halal yang sedang Ramai di Indonesia

ilustrasi (gambar: bizlaw.id)

MTN, Jakarta – Beberapa objek wisata kini sudah dibuka (dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat). Berikut adalah empat objek wisata halal yang sedang ramai diperbincangkan di Indonesia. Anda pun direkomendasikan untuk mengunjunginya.

Dilansir dari situs Direktori Wisata, berikut adalah empat destinasi wisata Indonesia berbasis syariah yang bisa kita kunjungi untuk mengisi liburan bersama keluarga dan kerabat.

Sumtera Barat (foto: Madani News)

Sumatera Barat

Provinsi Sumatera Barat terkenal dengan suguhan kuliner halalnya hingga mancanegara, seperti rendang, dan juga beberapa destinasi wisata halal yang menyajikan keindahan panorama alam. Selain itu sejak dulu kawasan ini memiliki tingkat kunjungan wisatawan yang cukup tinggi.

Tempat wisata di Sumatera Barat memiliki keunikan dan ciri khas, juga keramahan masyarakat lokalnya kepada setiap pengunjung. Wisatawan bisa mencoba dengan memilih dari 16 destinasi wisata Riau yang sedang trend di kalangan para wisatawan lokal dan mancangera.

Lombok (foto: Liputan Aceh)

Lombok

Bila Bali mendapatkan julukan Seribu Pura, maka Lombok dijuliki dengan Pulau Seribu Masjid. Di kota ini banyak ditemukan tempat bagi para wisatawan untuk mudah menunaikan sholat serta tempat penginapan yang menyediakan sarana ibadah.

Bahkan untuk setiap jenis makanan halal dengan harga murah pun tidak terlalu sulit untuk ditemukan di tempat wisata Lombok saat kita sedang berlibur di Pulau Lombok.

Dari wisata alam hingga budaya, cita rasa kuliner hingga beragam kesenian, dapat kita temukan dengan mudah di tempat-tempat wisata muslim di Lokmbok.

Salah satunya kita bisa mendatangi Desa Banyumulek yang dikenal sebagai sentral Kerjinan Gerbah di Pulau Lombok. Di desa wisata Lombok ini kita dapat mengenal lebih dekat pusat pembuatan gerbah, karena di sini warganya hampir semua sebagai pengrajin gerabah.

Aceh (foto: laduni.id)

Nanggroe Aceh Darussalam

Banyak potensi wisata Aceh yang menjadi salah satu tujuan wisata halal di Indonesia. Di tempat ini kita akan banyak menemukan sarana dan prasarana fasilitas bagi wisatawan muslim.

Di Kota Aceh kita dapat merasakan suasana religius sembari menikmati keindahan dan keanekaragaman kulinernya. Di Aceh hampir setiap lokasinya terdapat tempat ibadah serta makanan-makan yang telah dijamin kehalalannya oleh pemerintah.

Tidak hanya itu saja, kita juga bisa menikmati keindahan wisata pantai Aceh yang indah sangat luar biasa, salah satunya kita dapat mengunjung destinasi wisata di Pulau Weh, yang dikenal sebagai salah satu surga alam tersembunyi di ujung barat Indonesia.

Pulau Santen, Banyuwangi (foto: Banyuwangi Bagus)

Pulau Santen, Banyuwangi, Jawa Timur
Pulau Santen merupakan salah satu wisata baru yang menjadi handalan Banyuwangi yang berkonsep syariah. Tempat wisata syariah pulau Santen berlokasi di Karangrejo, Kecamatan Banyuwangi, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

Di tempat wisata Banyuwangi ini nilai-nilai ke-Islaman dijaga betul, salah satunya dengan memisahkan lokasi kunjungan bagi wisatawan perempuan dan kaum laki-laki. Dengan kondisi seperti itu para pengunjung dapat dengan santai menikmati keindahan pantai berhampar pasir, yang berlatarbelakang Selat Bali nan eksotis.

Di pantai ini juga disediakan beberapa fasilitas yang bisa dinikmati oleh pengunjung, seperti musholah, payung untuk berteduh di tepi pantai, hingga sarana serta fasilitas lainnya.

Azerbaijan Tata Kembali Masjid-masjid Rusak di Karabakh Setelah 28 Tahun di Genggaman Armenia

Armenia rusak 90% masjid di wilayah Karabakh (foto: /theislamicinformation.com)

MTN, Jakarta – Pada 8 November 2020, pihak Azerbaijan merebut kembali kota Shusha, Nagorno-Karabakh, setelah selama 28 tahun wilayah tersebut berada di cengkraman wilayah Armenia. Pihak Azerbaijan pun akan mulai memperbaiki masjid-masjid yang rusak selama perang.

Dilansir dari Jernih, sebanyak 67 masjid di Nagorno-Karabakh dan distrik yang berdekatan dengan Azerbaijan yang dihancurkan oleh pasukan Armenia dalam konflik Nagorno-Karabakh. Total ada 63 mesjid hancur seluruhnya dan empat masjid yang hancur sebagian,

Jumlah mesjid yang hancur tersebut dilaporkan oleh Azerbaijan National Academy of Sciences (ANAS) yang melakukan pendataan di bawah pengawasan UNESCO.

Pendataan dilakukan setelah pasukan Armenia menyerah pada 8 November 2020 dan menyerahkan semua kendali Nagorno-Karabakh kepada Azerbaijan. Pendataan tersebut dilakukan atas kerjasama Dana Internasional untuk Budaya dan Warisan Turki, ANAS dan Komisi Nasional Azerbaijan, UNESCO.

Ketua Persatuan Publik untuk Perlindungan Monumen Sejarah dan Budaya, melaporkan kalau ada sekitar 215 monumen sejarah dan budaya di kota Shusha yang telah rusak.

Faig Ismayilov, ketua Persatuan Publik untuk Perlindungan Monumen Sejarah dan Budaya di Wilayah Pendudukan Azerbaijan, mengatakan kalau pihak Institut Hukum dan Hak Asasi Manusia ANAS mencatat ada banyak monumen sejarah dan budaya yang rusak. Di antaranya: di kota Shusha 215 monumen, di kota Jabrayil dan kota Khojavend masing-masing 93, di kota Aghdam 140, kota Gubadly dan Fuzuli masing-masing 71, di kota Kalbajar 91, distrik Lachin 74, kota Zangilan 56, dan kota Khojaly ada 28 buah.

Kerusakan monumen akibat penjarahan benda-benda budaya yang bernilai sejarah warisan budaya Azerbaijan diperkirakan dijual oleh orang Armenia ke luar negeri. Nilainya diperkirakan mencapai miliaran dolar dan berpotensi digunakan untuk membiayai kegiatan perang.

Ismayilov menyebutkan Azerbaijan akan membangun dan memperbaiki kembali mesjid runtuh maupun yang rusak sebagian.

Perang Nagorno-Karabakh 2020 adalah konflik bersenjata yang sedang berlangsung antara pasukan bersenjata dari Azerbaijan dan Armenia di Nagorno-Karabakh, selama ketegangan terbaru dalam konflik Nagorno-Karabakh yang tak kunjung reda. Bentrokan dimulai pada pagi hari tanggal 27 September 2020 di sepanjang Garis Kontak Nagorno-Karabakh.

Perang Nagorno-Karabakh berlangsung semenjak tahun 1988. Pihak Armenia menyebutnya sebagai Perang Kemerdekaan Artsakh.

Nagorno-Karabakh (penduduk Armenia sering kali menyebut wilayah ini dengan nama Artsakh) adalah sebuah wilayah yang terletak di bagian selatan Kaukasus, tepatnya 270 km sebelah barat Baku, ibu kota Azerbaijan. Wilayah ini dihuni oleh mayoritas etnik Armenia, dan dikuasai oleh militer Armenia.

Penduduk etnik Armenia setempat memproklamasikan kemerdekaan Republik Nagorno-Karabakh dari Azerbaijan pada 10 Desember 1991, tetapi kedaulatan republik tersebut tidak diakui oleh dunia internasional dan wilayah tersebut secara de jure dianggap sebagai bagian dari Azerbaijan.

Tonton video momen perayaan warga Azerbaijan ketika Nagorno-Karabakh kembali direbut dari tangan Armenia pada 8 November 2020, via saluran YouTube milik tvOneNews.

Potensi Wisata Muslim di Wilayah Azerbaijan yang baru Dibebaskan dari Genggaman Armenia

Masjid Agdam yang terbengkalai saat dikuasai oleh Armenia

MTN, Jakarta – Kini Azerbaijan memiliki potensi wisata baru, yakni masjid Agdam, yang sempat terbengkalai semenjak wilayah Azerbaijan tersebut dicaplok oleh pihak Armenia semenjak tahun 1993.

Dilansir dari Berita KBB, konflik berkepanjangan antara Armenia dan Azerbaijan kembali meletus pada September 2020 yang lalu.

Dua negara pecahan Uni Soviet tersebut telah berperang sejak tahun 1988. imbas perang juga berdampak pada rusaknya berbagai bangunan. Termasuk salah satunya adalah masjid bersejarah Agdam, distrik Agdam, Azerbaijan, yang malah diubah menjadi kandang babi oleh Armenia.

Masjid Agdam yang terbengkalai saat dikuasai oleh Armenia

Masjid Agdam Jami merupakan salah satu bangunan monumental keagamaan Qarabagh di abad ke-19. Masjid ini dibangun oleh arsitek Karbalayi Safikhan Qarabakhhi sejak 1868 hingga 1870 ketika Agdam menjadi pusat perdagangan penting di wilayah tersebut. Arsitektur Masjid Agdam memiliki semua fitur khas wilayah Qarabagh.

Diketahui bahwa kawasan dimana masjid tersebut diubah menjadi kandang babi telah diduduki oleh Armenia sejak 29 Oktober 1993. Namun pada 20 Oktober 2020, pasukan Azerbaijan berhasil membebaskan kawasan tersebut.

Kejadian masjid yang diubah menjadi kandang babi tersebut sempat viral di berbagai media sosial.

Di video yang sempat viral tersebut terlihat ketika tentara Azerbaijan memasuki masjid tersebut, mereka menemukan beberapa ekor babi.

Masjid Agdam yang terbengkalai saat dikuasai oleh Armenia

Sejak bentrokan baru meletus pada 27 September 2020, Armenia yang didukung oleh pihak Rusia terus melakukan serangan terhadap warga sipil dan pasukan Azerbaijan.

Sejak 10 Oktober, Armenia telah melanggar dua gencatan senjata kemanusiaan di Upper Karabakh, atau Nagorno-Karabakh, wilayah Azerbaijan yang diakui secara internasional.

Sekitar 20 persen wilayah Azerbaijan berada di bawah pendudukan ilegal Armenia selama hampir tiga dekade.

Saat Pandemi Turis Muslim Lebih Suka Wisata Alam

ilustrasi (foto: @ginanjar17 )

MTN, Jakarta – Studi terbaru mengungkap kalau turis muslim lebih menyukai wisata alam saat pandemi seperti sekarang ini.

Dilansir dari Detik, data survei terbaru dari Pear Anderson dan WEGO mengungkap kalau turis muslim lebih menyukai wisata alam saat pandemi.

“Tamasya untuk melihat pemandangan menjadi kegiatan utama bagi wisatawan Muslim Indonesia. Namun, wisata alam dan aktivitas petualangan juga dinilai populer dengan urutan ketiga untuk responden Muslim Indonesia,” tulis pihak Pear Anderson dan WEGO di keterangan resminya.

Di atas kegiatan tamasya, alam, serta petualangan, kegiatan mencicipi kuliner lokal adalah yang paling disukai wisatawan Indonesia dengan presentase sebanyak 19%. Khususnya di kalangan anak muda.

“Responden muslim Indonesia di kelompok usia 18-24 tahun dan 45-54 tahun memiliki kecenderungan lebih besar untuk mencicipi kuliner lokal dibandingkan kategori usia lainnya,” bunyi detilnya.

Saat bepergian, wisatawan muslim Indonesia akan memilih untuk bersantap di gerai bersertifikat halal (persentase 22,5%). Temuan ini sejalan dengan preferensi mereka saat memilih destinasi dan akomodasi.

Diketahui, wisatawan muslim Indonesia cenderung santai soal makanan. Sekitar 8,7% mengatakan bahwa mereka akan makan di restoran jenis apa saja.

Pilihan populer lainnya di kalangan responden adalah membawa makanan yang sudah disiapkan dari rumah (21,2% Indonesia).

Selain itu, Tempat wisata dengan fasilitas ramah muslim dinilai lebih menarik. Sekira 89,5% responden muslim Indonesia menyatakan lebih tertarik untuk mengunjungi suatu objek wisata jika tempat tersebut memiliki fasilitas ramah Muslim.

Sejarah Kaitan Masjid Jami Kaliyoso dengan Paku Buwono IV

Masjid Jami’ Kaliyoso Jogopaten

MTN, Jakarta – Masjid Jami Kaliyoso memiliki sejarah kaitan dengan Paku Buwono IV. Seperti apa?

Dilansir dari Detik, Masjid Jami’ Kaliyoso Jogopaten yang berada di Desa Kaliyoso, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen, merupakan sebuah masjid yang bersejarah karena masih ada hubungannya dengan Keraton Surakarta Hadiningrat.

Dikisahkan dahulu kala sekira tahun 1788 Masehi, Paku Buwono (PB) IV sedang berburu kijang bersama dengan beberapa pejabat keraton di sebuah hutan di selatan masjid atau dulu masih berbentuk surau.

Namun tiba-tiba PB IV menghilang tanpa bekas, hal tersebut membuat para pengikutnya merasa gusar. Berhari-hari pencarian terhadap PB IV tidak membuahkan hasil.

Sehingga pada suatu hari mereka bertemu dengan penduduk sekitar dan diberi tau bahwa di utara sungai ada seorang Kyai yang bisa dimintai pertolongan untuk menemukan PB IV yang hilang. Kyai tersebut bernama Kyai Abdul Jalal 1 atau Bagus Turmudi yang menyanggupi untuk membantu.

Namun bukan beliau yang akan mencari PB IV, melainkan tugas tersebut diserahkan kepada keponakannya, yaitu Bagus Murtojo atau Kyai Muhammad Qorib.

Akhirnya PB IV berhasil ditemukan dan dapat pulang kembali ke Keraton Surakarta. Sebagai rasa terima kasihnya, PB IV memberikan nama daerah surau tersebut dengan nama Kaliyoso.

Selain memberi nama Kaliyoso, PB IV juga memberikan tanah perdikan secukupnya untuk tempat pengembangan ajaran agama Islam. Beliau juga memberikan kenang-kenangan berupa sebuah mimbar dan pintu masjid serta beberapa pusaka keraton berupa keris dan tombak.

Semua itu masih ada sampai sekarang di Masjid Jami’ Kaliyoso Jogopaten. Adapun Bagus Murtojo atau Kyai Muhammad Qorib sendiri akhirnya diakui sebagai saudara angkat PB IV.

Pada tahun 2018 kompleks Masjid Jami’ Kaliyoso diresmikan menjadi Cagar Budaya Kabupaten Sragen karena peristiwa sejarahnya.

Selain itu, pada jaman dulu Kaliyoso juga menjadi pusat penyebaran agama Islam di wilayah Solo Utara.

Alamat Masjid Jami’ Kaliyoso Jogopaten: Jl. Jogo Paten, Kebayanan I, Jetis Karangpung, Kec. Kalijambe, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, 57275.

Saat Pandemi, Masjid Raya Sragen Sediakan Makan Gratis

Masjid Raya Al-Falah Sragen

MTN, Jakarta – Pandemi Corona memang membuat banyak orang jadi semakin sulit dari segi ekonomi. Pihak Masjid Raya Al Falah Sragen coba meringankan beban masyarakat setempat dengan rutin menyediakan makan gratis.

Dilansir dari TepianIndonesia, program makan gratis ini dilakukan sebagai bentuk solusi kepedulian terhadap umat muslim, yang saat ini tengah mengalami kesulitan akibat pandemi Covid 19.

Sebanyak 100 porsi makanan setiap hari disediakan di halaman masjid. Masyarakat diperbolehkan makan.

Berbagai menu dan sayur-sayuran disediakan mulai menu soto, sayur bening, sayur asam, sayur terong dan lainnya. Sementara untuk minuman masjid ini menyediakan teh hangat dan air mineral disediakan pihak masjid.

“Ini sangat membantu masyarakat, ini tadi saya salat dulu baru makan. Ini saya baru pertama makan di sini bareng keluarga. Tadi saya ambil menu makan soto,” ungkap, Rendy (20), warga jetak, Sidoarjo, Sragen, pada Selasa, 10 November 2020.

Sementara itu, Direktur Badan Usaha Milik Masjid (BUMM) Al Falah, Anas Sayyidina, saat ditemui menyampaikan kalau program makan gratis sudah berlangsung sejak virus Corona masuk Sragen.

“Konsepnya setiap hari kami menyediakan 100 porsi makan gratis. Selain itu sebulan sekali kami menyediakan 1000 porsi bagi jamaah yang berkunjung ke masjid, dan monggo bagi seluruh jamaah yang ke sini bisa mengambil silakan,” bebernya.

Menurut Anas, dasar program pemberian makan gratis merupakan bentuk solusi bagi umat Islam yang berada di Sragen maupun yang datang ke Sragen. “Ini menjadi solusi umat Islam di mana saat pandemi, mungkin pendapatan menurun, terkena PHK atau kesulitan mencari nafkah maka ada warung makan gratis ini mungkin bisa mambantu mereka untuk sehari-hari,” ujarnya.

Selain itu, masjid yang berada di tengah kota Sragen tersebut juga menyediakan tempat tidur gratis. Ini diperuntukan bagi umat Islam yang melakukan perjalanan jauh dan membutuhkan tempat istirahat.

“Bagi musafir Alhamdulillah kami mendapatkan kepercayaan dari jamaah ada bantuan kasur sebanyak 12 lebih. Kami menyediakan tempat menginap sebentar buka 24 jam, monggo silakan mampir,” pungkas Anas.

Masjid Raya Al-Falah Sragen adalah sebuah Masjid yang terletak di Sragen, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah.

Alamat Masjid Raya Al-Falah Sragen: Jl. Sukowati, Kebayan 3, Sragen Tengah, Kec. Sragen, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, 57212.

Masjid Raya Al-Falah Sragen (foto: PWM Jawa-Tengah)

Sistem Pembayaran Non Tunai, Inovasi di Industri Wisata saat Pandemi

ilustrasi (foto: www.mime.asia)

MTN, Jakarta – Sektor pariwisata halal diharapkan bisa melahirkan inovasi-inovasi baru di tengah pandemi virus Corona. Seperti apa?

Dilansir dari Pikiran Rakyat, Reem Elshafaki (Senior Associate Dinarstandard – USA), menyatakan bahwa pandemi Covid-19 mendorong adanya inovasi metode perputaran uang di sektor wisata halal Indonesia.

Salah satu inovasi tersebut adalah sistem pembayaran ‘cashless’ (pembayaran non-tunai), guna mencegah terjadinya kontak fisik antara pengunjung dan pelaksana pariwisata.

“Adopsi inovasi di industri halal salah satu inovasinya adalah ‘contactless innovation’, mulai dari aktivitas pembayaran hingga saat berada di bandara dan juga penginapan,” terang Reem Elshafaki, di keterangan resminya.

Sementara Ketua Umum Perkumpulan Pariwisata Halal Indonesia (PPHI), Riyanto Sofyan, di acara diskusi bersama Perkumpulan Pariwisata Halal Indonesia (PPHI), Bank Indonesia, Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), dan Perkumpulan Hotel & Restoran Indonesia (PHRI), mengatakan kalau dengan digelarnya diskusi yang bertajuk “Strategic Innovation for Sustainable Muslim Friendly Tourism” diharapkan dapat memberikan semangat para pelaku usaha di sektor pariwisata, meski pandemi Covid-19 belum juga berakhir.

“Acara ini diharapkan mampu mengembalikan rasa optimisme para pelaku usaha pariwisata halal Indonesia untuk tetap bangkit dan juga melihat peluang baru yang ada di era pandemi Covid 19 ini,” ujar Riyanto.

Ketum PPHI tersebut menjelaskan pembangkitan sektor pariwisata di tengah pandemi Covid-19 dapat dilakukan dengan penerapan Tatanan Kehidupan Baru pandemi Covid-19.

Menanggapi dorongan dari Reem, Ketua Pelaksana Indonesia Halal Tourism Summit (IHTS) 2020, Noveri Maulana, menerangkan bahwa Indonesia, merupakan salah satu negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, telah menerapkan sistem pembayaran ‘cashless’ di sektor pariwisata.

Meski penerapan sistem itu belum sepenuhnya terlaksana dengan baik, namun ia berharap adanya penerapan sistem ‘cashless’ dalam sektor pariwisata khususnya untuk wisata muslim, dapat mengundang sejumlah wisatawan mancanegara untuk berkunjung ke Indonesia kendati pandemi Covid-19 belum usai.

“Kami berharap, ide-ide dan pengalaman yang disampaikan dapat meneguhkan kembali semangat dan peluang kolaborasi Ke depan, kami berharap makin banyak wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia,” pungkasnya.

Asosiasi Umroh Juga Turut Berupaya Kembangkan Industri Wisata Halal

MTN, Jakarta – Sebuah asosiasi umroh lokal berupaya untuk turut kembangkan industri wisata halal. Seperti apa?

Dilansir dari DetikTravel, pihak Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia (Amphuri), akan berupaya untuk turut mengembangkan industri wisata halal di Indonesia.

“Pada saat puncak pandemi, bulan Juli, kami jalan darat dari Jakarta ke Bali menemui pemda-pemda, kami membuat perjanjian kerja sama untuk mengembangkan halal tourism,” ujar Ketua Umum Amphuri, Firman M Nur.

Selama ini AMPHURI menurut Firman dianggap sebagai asosiasi yang hanya menjual umroh semata dan mengirim devisa untuk negeri orang.

AMPHURI sudah mengirim jemaah Indonesia tak hanya ke tanah suci Mekkah dan Madinah tapi juga ke Yordania, Turki dan negara lainnya. Ke depan mereka akan mencoba mendatangkan devisa untuk Indonesia dengan mendatangkan turis asing ke Indonesia melalui wisata halal.

“Insya Allah kami akan mencoba bekerja sama dengan partner kami di seluruh dunia untuk mengirim turis mereka inbound ke Indonesia. Sekarang partner-partner tersebut kita balik agar mendatangkan turis asing ke Indonesia,” ujarnya.

Wisata halal menurut ketua umum AMPHURI tersebut memiliki pasar sendiri. Di negara lain sudah mulai mempertimbangkan wisata halal. Contohnya Jepang. “Kalau ke Jepang, concern soal halal itu kuat sekali, kok Indonesia tidak mengambil kesempatan. Kita akan concern untuk pendekatan halal tourism. Eksplorasi Indonesia halal,” pungkas Firman.

PPHI: Industri Wisata Halal Diharapkan Segera Bangkit

ilustrasi (gambar: islamic-center.or.id)

MTN, Jakarta – Perkumpulan Pariwisata Halal Indonesia (PPHI) berharap kalau industri wisata halal bisa bangkit kembali jika nanti pandemi Covid-19 berakhir.

Dilansir dari Republika, Ketua Umum Perkumpulan Pariwisata Halal Indonesia (PPHI), Riyanto Sofyan, menyampaikan, para pelaku wisata ramah Muslim di Indonesia juga turut merasakan dampak krisis akibat pandemi.

“Tidak hanya berkurang secara pendapatan, tetapi bahkan sebagian usaha perjalanan wisata, hotel, penginapan ramah Muslim, hingga restoran dan destinasi wisata harus tutup operasional dalam jangka waktu yang cukup lama,” ujar Riyanto.

Tentu hal ini sangat berdampak pada keberlanjutan bisnis para pelaku usaha di bidang pariwisata ini. Sebagai perkumpulan pelaku dan pegiat wisata ramah muslim, PPHI berupaya untuk senantiasa menebarkan semangat optimisme tersebut kepada seluruh anggota.

Salah satunya, melalui kegiatan rangkaian acara Indonesia Halal Tourism Summit (IHTS) 2020 yang baru dilaksanakan pekan lalu. Berbagai acara telah dilakukan bersama dengan panitia Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) dan Bank Indonesia.

Seperti pameran virtual bagi pelaku usaha wisata, diskusi dan temu ramah dengan pemangku kepentingan pariwisata di Indonesia, dan juga sharing business dengan pelaku usaha lainnya. Semuanya dilakukan dalam mencari strategi terbaik untuk bertahan di tengah krisis saat ini.

Konferensi internasional dilakukan yang merupakan acara akhir yang tergabung ke dalam agenda IHTS 2020. Ini merupakan salah satu cara berbagi strategi dan prediksi dalam menghadapi fenomena baru selepas pandemi nanti.

Ketua pelaksana IHTS 2020, Noveri Maulana, juga mengungkapkan, pelaksanaan konferensi internasional ini sekaligus untuk meneguhkan kembali semangat kebangkitan industri pariwisata halal di Indonesia. Diharapkan banyak insight bisnis dan strategi terkait pengembangan usaha di bidang industri pariwisata halal di Indonesia.

Selain itu, acara ini diharapkan juga bisa memberi citra positif di mata turis Muslim internasional. Diharapkan nanti kunjungan wisatawan mancanegara juga perlahan akan semakin meningkat.

Melihat Masjid Muhammad Cheng Ho di Batam

Masjid Muhammad Cheng Ho Batam (foto: F Dalil Harahap / Batam Pos)

MTN, Jakarta – Ada beberapa masjid Cheng Ho di Indonesia, salah satunya adalah Masjid Muhammad Cheng Ho di Batam. Seperti apa?

Dilansir dari TribunBatam, di Batam juga ada masjid Muhammad Cheng Ho, yang terletak di kawasan Golden City, Bengkong Laut, kecamatan Bengkong, Batam, kepulauan Riau.

Sesuai namanya, masjid ini dibangun untuk mengenang Laksamana Cheng Hoo atau Haji Mahmud Shams.

Laksamana Cheng Hoo adalah seorang pelaut dan penjelajah asal China yang pernah melakukan ekspedisi ke Nusantara.

Selama di Indonesia, Cheng Hoo telah menyebarkan ajaran Islam melalui dakwah-dakwahnya.

Namun, masjid ini bukan peninggalan Laksamana Cheng Hoo, melainkan murni dibangun oleh pemilik kawasan wisata Golden City.

Masjid dengan luas 20 x 30 meter ini kaya akan arsitektur dan interior khas negeri tirai bambu dengan warna merah yang mendominasi.

Masjid dan Kapal Laksamana Cheng Ho di Kota Batam merupakan replika dari masjid Laksamana Cheng Ho yang ada di Surabaya.

“Masjid ini diprakarsai oleh seorang pengusaha yang bernama Abi, pemilik Golden Pranw. Selain untuk mengenang seorang ulama dari Tiongkok, juga sebagai salah satu ikon wisata di Kepri,” ujar Ustazd Khaidir, pengurus masjid Laksamana Cheng Ho, seperti dilansir dari Batam News.

Ustazd Khaidir mengatakan kalau Masjid Muhammad Cheng Ho diresmikan pada 21 Februari 2015 oleh Menteri Pariwisata dan Menteri Bidang Kemaritiman.

Masjid Muhammad Cheng Ho beratapkan atap segi delapan yang mirip pagoda. Di puncak pagoda terdapat lafaz Allah dalam tulisan Arab yang menegaskan bahwa bangunan ini adalah masjid.

Di bagian depan bangunan masjid ini terdapat tulisan Masjid Muhammad Cheng Hoo, dilengkapi dengan aksara China di bawahnya.

Selain itu, relief berbentuk naga juga menghiasi dinding masjid ini. Masjid Muhammad Cheng Ho memiliki daya tampung kurang lebih 200 orang jamaah.

Tidak hanya wisatawan lokal saja yang datang ke Masjid Muhammad Cheng Ho, tapi juga wisatawan mancanegara seperti India, Malaysia, dan China.

Selain di Batam, masjid Muhammad Cheng Hoo juga ada di Surabaya, sebab kota ini juga pernah disinggahi oleh Cheng Hoo.

Masjid Muhammad Cheng Ho Batam (foto: ceritaumi.com)