Desa di Bandung Ini Dapat Pelatihan Wisata Halal dan Keuangan Syariah

foto: Republika

MTN, Bandung – Desa wisata Alamendah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, mendapat pelatihan wisata halal dan keuangan syariah. Seperti apa?

Dilansir dari Republika, Tim Pengabdi dari Universitas Islam Bandung (Unisba) menggelar kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) di salah satu Desa Binaan LPPM UNISBA yaitu Desa Wisata Alamendah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Menurut Ketua PKM Unisba, Yudha Dwi Nugraha, tujuan pengabdian ini untuk mengembangkan wisata halal, meningkatkan kemampuan dalam bidang pemasaran digital, dan pengetahuan literasi keuangan Syariah di Desa Wisata Alamendah.

“Karena menjadi krusial bagi pengelola desa wisata dan UMKM memiliki pengetahuan secara komprehensif terkait keuangan Syariah,” ujar Yudha (29/3/2024).

Yudha mengatakan, inklusi keuangan sangat penting dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi suatu negara dan penting bagi UMKM untuk meningkatkan inklusi keuangan. Karena, pengembangan UMKM tanpa dukungan lembaga keuangan akan sulit terwujud.

Oleh karena itu, ungkap Yudha, pihaknya memberikan edukasi literasi keuangan syariah bagi para pelaku usaha di Desa Wisata Alamendah. Apalagi, digital marketing merupakan alat promosi paling efektif dan berbiaya tidak terlalu mahal.

Menurutnya, potensi penggunaan komponen-komponen digital marketing seperti pembuatan website terintegrasi dan mandiri, iklan berbayar di Facebook, dan pembuatan konten menarik di media sosial diharapkan akan sangat membantu para pengelola desa wisata dan UMKM untuk menarik lebih banyak kunjungan wisatawan mancanegara maupun domestik ke Desa Wisata Alamendah. Serta, produk-produk UMKM khas mereka.

Kegiatan PKM ini, kata dia, melibatkan transfer IPTEK yang dilakukan pada setiap tahapan. Penyampaian bimbingan teknis atau pelatihan pemasaran digital dan literasi keuangan syariah ditempuh melalui metode penjelasan, diskusi, pelatihan, praktek, serta pendampingan.

Sebelum dimulai, pre-test disampaikan kepada para peserta untuk diisi. Kemudian, diskusi mengenai potensi dan branding wisata halal, literasi keuangan syariah, dan pemasaran digital. Pelatihan terdiri dari 2 jenis. Yaitu, pelatihan keuangan Syariah semua perwakilan dari peserta akan mengikuti proses pelatihan terkait konsep utama keuangan Syariah dan bagaiaman mendapatkan akses permodalan yang disampaikan oleh Intan Nurrachmi, S.H.I., M.E.Sy.

Kedua, pelatihan teknis pemasaran digital yang disampaikan oleh Yudha Dwi Nugraha S.E., M.Sc. dan Nindya Saraswati, S.E., M.B.A. Kegiatan ini juga dilengkapi dengan praktek riil pemasaran daring terkait cara membuat konten yang menarik dan bagaimana mengiklankan di Facebook Ads.

“Kami berharap, kegiatan PKM ini dapat memperkuat kerja sama strategis yang bersinergi dan kolaboratif antara UNISBA dan Desa Wisata Alamendah untuk memajukan potensi desa dan masyarakatnya,” katanya.

Sehingga, kata dia, bisa berada pada tahap kemajuan yang berkelanjutan terutama semakin tanggap dalam digital marketing dan literasi keuangan syariah. Selain itu juga sesuai dengan tujuan MBKM yaitu meningkatkan softskill dan hardskill mahasiswa dari Prodi Manajemen FEB UNISBA atas nama Rizti Julianti dan Prodi Perbankan Syariah Fakultas Syariah UNISBA atas nama Muhammad Noval yang terlibat di PKM ini.

Kegiatan tersebut juga dihadiri oleh Ketua Pengelola Desa Wisata yaitu Bapak Wendiansyah dan puluhan pengelola maupun UMKM. Kegiatan Program Kemitraan Kemasyarakatan (PkM) ini merupakan hibah dari LPPM UNISBA dengan sasaran kegiatan yaitu pengelola Desa Wisata dan pelaku usaha atau UMKM di Desa Wisata Alamendah.

Pengembangan Wisata Halal Kabupaten Bandung Menuju Tingkat Dunia

Lembang, kabupaten Bandung Barat (foto: Pojok Jabar)

MTN, Jakarta – Wisata halal di kabupaten Bandung kini terus dikembangkan menuju tingkat dunia. Seperti apa?

Dilansir dari Detik, pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bandung mengklaim konsep wisata halal telah diterapkan di seluruh objek wisata di wilayahnya. Apalagi hal tersebut diperkuat dengan adanya peraturan daerah (Perda) no 6 tahun 2020.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Bandung, Wawan A Ridwan, mengatakan hampir seluruh industri pariwisata yang ada di Kabupaten Bandung sudah menerapkan wisata halal. Menurutnya hal tersebut harus dipertahankan.

“Ya saya kira sudah sekitar 90 persen (wisata halal). Tinggal beberapa kita harus memberikan pengawasan dan pembinaan. Jangan sampai ada hal-hal yang sifatnya terabaikan oleh pelaku industri pariwisata,” ujar Wawan, di acara FGD Pengembangan Wisata Halal yang diselenggarakan Pusat Litbang Kemenag di Hotel Grand Sunshine, pekan lalu (22/9).

Pihaknya menyebutkan akan terus melakukan sosialisasi terkait beberapa tempat wisata yang belum berlabel wisata halal. Kemudian akan terus memberikan pemahaman bagaimana regulasi, pembinaan dan pengawasan.

“Bagaimana wisata halal di kabupaten Bandung bisa berjalan sesuai dengan harapan, khususnya wisatawan muslim yang datang dari luar daerah, khususnya dari mancanegara,” katanya.

Wawan mengungkapkan setiap pengusaha industri pariwisata harus memperhatikan kenyamanan bagi wisatawan muslim. Hal tersebut telah masuk dalam Perda No 6 tahun 2020.

“Contoh paling dasar adalah sarana ibadah yang harus dimiliki oleh setiap industri pariwisata. Misalkan dari kebersihan, dari tempat wisatanya, tempat ibadahnya, harus menjadi ketetapan yang berlaku bagi semua,” jelasnya.

Menurutnya setiap daerah yang dianggap aman, nyaman, tertib, akan menjadi salah satu faktor wisata halal. Makanya hal tersebut harus perlu disosialisasikan.

“Jangan bicara wisata halal dulu, sebelum aspek itu masuk. Termasuk berkaitan dukungan pemda dalam memberikan pembinaan, pengawasan, serta sosialisasi kepada masyarakat,” ucapnya.

Wawan tak menampikan masih banyak masyarakat yang menyepelekan wisata halal. Padahal, menurutnya, standar wisata halal telah diakui oleh kelas dunia.

“Mungkin aja ada persepsi lain, untuk kita dianggap bersih, belum tentu oleh wisatawan dunia dianggap bersih juga. Jadi edukasi kepada masyarakat pun terus dilakukan,” tuturnya.

Sementara itu, Kepala Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Kemenag RI, Arfi Hatim menuturkan terdapat berbagai faktor pendukung untuk menjadikan suatu kota wisata halal. Kata dia, wisata halal itu ada makanan halal, restoran halal, menyediakan tempat wudhu, membuat standar sebagainya.

“Memang banyak pihak terlibat di dalamnya sebagai ekosistem dari sisi regulasi perlu dikaji. Sampai sekarang belum ada yang secara khusus membahas tentang pariwisata halal atau ramah muslim. UU No 10 tahun 2019 tentang kepariwisataan dan ada UU soal jaminan produk halal,” kata Arfi.

Arfi mengungkapkan dalam pariwisata harus ada destinasi, industri, promosi, dan kelembagaan. Menurutnya hal tersebut harus terus didorong.

“Empat hal ini yang harus di-breakdown lebih lanjut pergub dan perda sudah dibuat cuma perlu ada yang mendorong lagi supaya di nasional ada pariwisata halal,” bebernya.

Dia menambahkan di Kabupaten Bandung telah mempunyai perda mengenai hal tersebut. Makanya hal tersebut harus dikolaborasikan.

“Di Kabupaten Bandung ada perda ini sedang dielaborasi. Mudah mudahan ada langkah konkrit implementasi dari perda ini,” pungkasnya.

Unpad Siapkan Contoh Wisata Halal di Pangalengan

Pangalengan, Bandung (foto: Indozone Travel)

MTN, Jakarta – Tim pengabdian Unpad siapkan cetak biru wisata halal di desa Margamekar, Pangalengan, kabupaten Bandung. Seperti apa?

Dilansir dari situs resmi Unpad, Tim KKNM Universitas Padjadjaran dengan Dosen Pembimbing Lapangan Dr. Amelia Hayati, S.Si., M.T., M.Si., sukses menggelar acara pelatihan keuangan serta peluncuran produk wisata halal di Pesantren Persis 259 Firdaus, Desa Margamekar, Pangalengan, Kabupaten Bandung, pada Sabtu (5/8/2023).

Ketua tim KKNM Desa Margamekar, Muhammad Idzhar Faisa mengatakan, tim yang terdiri dari sembilan mahasiswa ini melaksanakan tiga tugas utama, yaitu penyusunan blueprint wisata halal, launching produk, pelatihan keuangan.

Pesantren Persis (PPI) 259 Firdaus yang menjadi pusat perhatian, telah mengidentifikasi potensi dalam unit-unit bisnis yang dimiliki seperti Greenhouse, Adn, Koperasi, serta bisnis kolaborasi Kopi Datar Pinus. Potensi ini menjadi pondasi untuk menghasilkan sebuah konsep wisata halal yang menggabungkan aktivitas bisnis dengan prinsip-prinsip syariah.

Konsep wisata halal memiliki arti lebih dari sekadar makanan yang halal; ia melibatkan pelayanan dan fasilitas yang selaras dengan nilai-nilai Islam. Pesantren PPI 259 Firdaus menjunjung nilai-nilai tersebut dan menjadi pelopor destinasi wisata halal. Dalam konteks ini, tim KKN-PPM menciptakan konsep wisata halal yang mengintegrasikan kegiatan dari unit-unit bisnis PPI 259 Firdaus dengan nilai-nilai syariah, dimulai dengan penyusunan blueprint.

Konsep ini tidak hanya berfokus pada penyelenggaraan wisata halal, tetapi juga melibatkan upaya menciptakan saluran komunikasi yang lebih efektif antara destinasi wisata halal dengan para konsumennya.

“Dengan merancang sebuah website, tim KKNM Unpad berharap wisatawan akan lebih mudah mendapatkan informasi tentang kegiatan dan fasilitas yang ditawarkan oleh PPI 259 Firdaus, membawa destinasi ini lebih dekat ke tangan calon wisatawan,” kata Idzhar.

Upaya ini akan dipertegas dengan peluncuran blueprint serta website sebagai tanda peresmian produk. Cetak biru ini diharapkan akan memberikan arahan dan pedoman yang bermanfaat bagi PPI 259 Firdaus dalam mengembangkan destinasi wisata halal sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam serta memberikan manfaat jangka panjang.

Namun, pembangunan wisata halal tidak bisa dilepaskan dari aspek keuangan yang berkelanjutan. Kerja sama antara Bank Indonesia (BI) dan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam menerbitkan Pedoman Akuntansi Pesantren (PAP) menjadi panduan dalam pengelolaan keuangan pesantren.

Pelatihan keuangan bertujuan untuk mendorong transparansi, akuntabilitas, dan pengelolaan keuangan yang teratur dalam konteks pesantren, menjaga agar pesantren tetap berkembang secara finansial.

Evaluasi atas pelaporan keuangan PPI 259 Firdaus mengungkapkan beberapa ketidaksesuaian dengan Pedoman Akuntansi Pesantren. Namun, semangat untuk mengoptimalkan potensi wisata halal tetap menjadi fokus. Di samping upaya mengembangkan destinasi wisata berbasis syariah, peningkatan dalam tata kelola keuangan menjadi langkah penting untuk memastikan keberlanjutan pesantren dan mengelola aset sesuai dengan nilai-nilai Islam.

Idzhar pun menyampaikan bahwa KKN ini bukan hanya pengalaman yang berkesan, tetapi juga ladang pengabdian yang komprehensif untuk mengimplementasikan keilmuan yang sudah dipelajari.

“Kami berharap upaya kami dalam mengembangkan konsep wisata halal dapat memberikan manfaat bagi PPI 259 Firdaus serta menjadi sumbangsih nyata dalam memadukan nilai-nilai agama dengan industri pariwisata,” ujarnya

Diharapkan, kehadiran blueprint dan website akan membantu PPI 259 Firdaus menjadi destinasi wisata halal yang berdaya saing serta memberikan dampak positif bagi pesantren dan masyarakat sekitar.

Land Of Wakaf Teras, Objek Wisata Halal Berbasis Wakaf di Lembang

Land Of Wakaf Teras (foto: dnewsstar.com)

MTN, Jakarta – Kini di Lembang, Bandung, ada objek wisata halal berbasis wakaf yang bernama Land Of Wakaf Teras. Seperti apa?

Dilansir dari Republika, Sinergi Foundation menginisiasi sebuah kawasan wisata halal berbasis wakaf berlokasi di Lembang, Jawa Barat, tepatnya di Jalan Tangkuban Parahu Km 17, persis di depan Hotel Puteri Gunung. Kawasan wisata tersebut dinamakan Land Of Wakaf Teras Lembang.

Land Of Wakaf Teras Lembang didirikan di atas tanah wakaf dari keluarga Mashudi, Mantan Gubernur Jawa Barat era tahun 1960-1970.

Tanah wakaf tersebut lantas menjadi kawasan dengan berbagai tawaran wisata di dalamnya yang dikembangkan oleh Sinergi Foundation selaku nadzhir (pihak pengelola wakaf).

Land Of Wakaf Teras Lembang menyajikan beberapa spot wisata halal bagi para pengunjung, di antaranya: Arena Pacu Kuda dan Berpanah, Camping Ground, Kebun Strawberry, Kebun Anggrek, Kebun Pakcoy, Kedai Makanan Sunda (Opien Bandung), serta masjid dengan suasana sejuk berlatar pegunungan.

Selain menikmati wisata yang tersedia, para pengunjung Land Of Wakaf Teras Lembang dapat menikmati spot-spot tersebut, pengunjung juga disajikan dengan pemandangan sejuk Gunung Putri yang terpampang tepat di belakang Teras Lembang.

Sebagai bentuk pengembangan Kawasan Land Of Wakaf Teras Lembang, pada akhir tahun 2022 lalu Sinergi Foundation kembali mengembangkan program Wakaf Produktif dengan membuat Rumah Makan Berbasis Wakaf yang dinamakan Rumah Makan Jenderal yang menyajikan menu berupa sambal bakar, liwetan dan sate, juga tidak ketinggalan menyejikan menu yang banyak diminati saat ini yaitu suki dan grill.

Keuntungan yang didapatkan dari hasil wisata halal pengelolaan Land Of Wakaf Teras Lembang dialirkan kembali untuk pengembangan program-program sosial di Sinergi Foundation. Program sosial tersebut berupa pendidikan gratis Kuttab Al Fatih Cileunyi, layanan kesehatan gratis bagi ibu dhuafa di Rumah Bersalin Cuma-Cuma dan program sosial lainnya.

”Insya Allah keuntungan dari usaha pengembangan wisata halal di kawasan Land Of Wakaf Teras Lembang ini akan disalurkan untuk berbagai program sosial Sinergi Foundation, seperti pendidikan gratis Kuttab Al Fatih Cileunyi, dan akses kesehatan gratis di Rumah Bersalin Cuma-Cuma. Jadi kalau berbelanja di sini, sekaligus pula bersedekah,” ujar Asep Irawan, CEO Sinergi Foundation.

Bagi masyarakat yang berkunjung ke Kawasan Land Of Wakaf Teras Lembang, tidak hanya dapat menikmati wisata yang telah tersedia disana, tapi juga bisa turut mendukung pengembangan program-program sosial yang di kelola oleh Sinergi Foundation.

Untuk ke depannya Sinergi Foundation juga berencana untuk mengembangkan spot-spot wisata lainnya di Kawasan Land Of Wakaf Teras Lembang tersebut.

Land of Wakaf Teras Lembang Sinergi Foundation sendiri merupakan kawasan wisata halal berbasis wakaf yang dikelola oleh lembaga non-profit Sinergi Foundation. Terdapat berbagai fasilitas yang ditawarkan, di antaranya kedai makanan sunda (opieun bandung), rumah makan jenderal, kebun anggrek, kebun stroberi, kebun sayuran, arena berpanah dan berkuda, arena camping ground serta tempat beribadah yakni Masjid Daarul Aulia Lembang.

Ini Dia Tiga Objek Wisata Halal di Bandung untuk Liburan Keluarga

ilustrasi (foto: Madani News)

MTN, Jakarta – Sedang ingin liburan ke Bandung bersama keluarga, dan mencari objek wisata halal? Tiga objek wisata halal di bawah ini mungkin bisa dijadikan destinasi anda.

Dilansir dari inews.id, berikut adalah tiga destinasi wisata halal di Bandung yang cocok untuk liburan keluarga:

masjid Al-Irsyad, Padalarang, Bandung (foto: khazanahmasjid.com)

Masjid Al-Irsyad
Lokasi tersebut berada di Kota Baru Parahyangan, Padalarang, Bandung, Jawa Barat. Masjid tersebut terlihat sederhana dan memiliki desain arsitektur yang elegan namun kaya akan makna. Hal ini karena bentuk gaya bangunan arsitektur yang tidak memiliki kubah seperti masjid pada umumnya yang ada di Indonesia.

Dari informasi yang diterima, masjid Al-Irsyad ini dibangun pada tahun 2009. Selain bentuk bangunan masjidnya yang unik, di lokasi ini kita bisa juga mendapatkan sisi keunikan lainnya, baik desain eksterior maupun interior masjid.

Saat kita berada di dalam area masjid, kita dapat menyaksikan bangunan tersebut tidak memiliki tiang di tengah, sehingga membuat pemandangan area dalam masjid terlihat begitu luas. Masjid tersebut hanya terdapat empat sisi dinding yang menjadi pembatas sekaligus penopang bangunan.

Sedangkan untuk warna dominan di masjid, hanya dihiasi dengan warna putih, hitam, dan abu-abu. Kombinasi ketiga warna masjid ini terlihat cantik dan modern. Selain itu, suasana sejuk dan tenang dengan bentuk bangunan arsitektur bangunan masjid unik dengan pamandangan alam yang terbuka menuju arah kiblat.

Hal ini menjadikan masjid tersebut sebagai tempat wisata muslim destinasi wisata halal di Bandung dengan daya tarik yang mampu memberi kesan bagus, bagi wisatawan lokal maupun mancanegara untuk datang dan singgah di tempat ini.

Panghegar Waterboom, Bandung (foto: hargatiket.net)

Panghegar Water Boom Bandung
Saat kita wara wiri di tempat wisata muslim di Bandung di kawasan Padalarang, Jawa Barat, disarankan untuk melihat destinasi permainan air dan berseluncur di dalam kolam renang.

Kita semua pasti sepakat jika berenang menjadi hobi dan olahraga favorit dari banyak kalangan tanpa kecuali kaum hawa. Bagi para muslimah, terkadang berenang bisa menjadi sebuah kendala, karena aurat yang tidak boleh terlihat oleh lawan jenis yang bukan muhrimnya.

Melihat kondisi tersebut, beberapa pengelola kolam renang kini menerapkan hari khusus wanita yang salah satunya bisa kita temukan di Panghegar Water Boom Bandung.

Di sana, memiliki hari khusus wanita yang dibuka setiap hari Jum’at dari jam 08.00 hingga 15.00 WIB, yang berlokasi di Jalan Mengger Tengah No.37, Mengger, Bandung Kidul, Kota Bandung, Jawa Barat.

Di dalam area ini juga terdapat sebuah mushola yang nyaman lengkap dengan mukena serta sejadahnya yang telah disiapkan oleh para pengelola, sehingga pengunjung yang datang dapat beribadah dengan tenang dan juga khusyuk.

Pada hari yang di khususkan untuk wanita, di sana pun tidak diperkenankan kaum pria untuk dapat masuk ke dalam area. Bahkan pintu penjagaannya pun tertutup rapat. Selain itu, para tamu yang berkunjung ke sini pun tidak perlu khawatir, karena lifeguard yang bertugas pun adalah dari kaum perempuan.

Kampoeng Bakery (foto: Detik.com)

Kampoeng Bakery Istana Pasteur Regency
Saat kita liburan di Bandung rasanya belum lengkap bila tidak mencicipi kulinernya. Salah satu tempat wisata kuliner halal yang telah memiliki sertifikat halal dari MUI dapat kita kunjungi di kawasan daerah Pasteur.

Umat Muslim tentunya kita lebih tenang menikmati makanan-makanan yang lebih halal bukan? Sehingga kita bisa mencobanya di salah satu tempat wisata kuliner halal di Bandung di Kampoeng Bakery Istana Pasteur Regency yang terletak di Jalan Gunung Batu Bandung.

Proses pembuatan makanan di toko roti tersebut selain menjamin proses pemilihan bahan-bahan untuk makanannya, peralatan yang digunakannya pun menjadi perhatian di toko roti ini.

Contohnya kuas yang dipergunakan untuk proses pembuatan roti pengelola memastikan untuk tidak mempergunakan kuas berbahan dasar bulu binatang, melainkan menggunakan kuas berbahan dasar nilon.

Sedangkan untuk kawasan tempat wisata belanja Bandung, kita dapat mengunjungi tempat belanja barang branded di Bandung yang memiliki kualitas barang yang baik dengan harga yang relatif murah.

Taman Pers, Destinasi Wisata Halal Pertama di Bandung

Taman Pers Malabar, Bandung (foto: indopublicart.org)

MTN, Jakarta – Taman Pers di Bandung akan dijadikan destinasi wisata halal untuk Kota Kembang tersebut. Seperti apa?

Dilansir dari Republika, Dinas Koperasi dan Usaha Menengah (KUKM) Kota Bandung tengah mempersiapkan pengalihfungsian Taman Valkenet atau Taman Pers, yang berlokasi di Jalan Malabar, Lengkong, Kota Bandung, untuk menjadi destinasi wisata kuliner halal.

Sekjen Forum Pedagang Kreatif Lapangan (PKL) Juara, Erwin Yusup Ridam mengatakan, selain menjadi tujuan wisata halal pertama di Kota Bandung, Taman Pers juga akan menjadi wisata kuliner halal pertama di kota kembang.

Namun, untuk mewujudkannya, Pemkot Bandung masih memerlukan dukungan demi mengoptimalkan fasilitas, sarana dan prasarana. Pengadaan spot wisata halal, harapannya, dapat membantu mendongkrak pendapatan daerah dan mendorong perbaikan ekonomi pasca pandemi Covid-19.

“Karena kalau mau naikin pendapatan, artinya tempat atau fasilitas disediakan harus bisa menampung pengunjung lebih banyak,” ujarnya, Rabu (3/8/2022).

Terkait penentuan lokasi selanjutnya, Kadis KUKM Kota Bandung, Atet Dedi Handiman mengatakan, Dinas KUKM akan berkolaborasi dengan Dinas Pertamanan Kota Bandung. Kolaborasi ini juga akan didorong untuk pemaksimalan pembenahan tata letak stan pedagang, demi menjaga estetika taman sekaligus menambah kenyamanan pengunjung.

“Pengunjung pun nantinya ikut memelihara juga, dengan tidak berjalan sembarangan,” ujarnya.

Sebelumnya, Wali Kota Bandung Yana Mulyana menggaungkan rencana pembukaan kawasan wisata halal di Tamansari. Dia berharap, pengadaan wisata halal dapat meningkatkan perekonomian Kota Bandung dan mendongkrak angka kunjungan wisatawan lokal maupun luar kota.

“Pasca Covid-19 ini kita bisa memulihkan perekonomian dengan cepat. Salah satunya dengan zona halal. Bisa dimulai dari kuliner dulu,” kata Yana, pada 18 Februari 2022 silam.

Pengadaan wisata halal di Kota Bandung, yang rencananya akan berlokasi di Gelap Nyawang itu, menurutnya, bukan hanya ditujukan untuk wisatawan muslim saja, tetapi bisa dinikmati oleh seluruh masyarakat Indonesia yang berkunjung ke ibu kota Jawa Barat tersebut.

Islamic Creative Economy Funder Fund (ICEFF) 2022 Digelar di Bandung

MTN, Jakarta – Targetkan Indonesia masuk ke urutan pertama destinasi wisata halal terbaik dunia, Kemenparekraf gelar Islamic Creative Economy Funder Fund (ICEFF) 2022 di Bandung. Seperti apa?

“Kita boleh berbangga karena Indonesia menempati peringkat kedua sebagai destinasi wisata halal terbaik di dunia (riset GMTI 2022). Dan kita harapkan tahun depan kita nomor satu,” ujar Henky Manurung, Deputi Bidang Industri dan Investasi Kemenparekraf, saat membuka kegiatan boothcamp dan pitching program “ICEFF 2022” di Hotel Grand Tjokro, Bandung, Selasa (12/7).

“Karena kita bangsa yang besar, dan kita punya potensi yang besar dalam pengembangan industri halal, termasuk di subsektor ekonomi kreatif, maka bukan hal yang mustahil kita akan menjadi yang terbaik,” sambung Henky.

Dilansir dari Kliknusae, estimasi konsumsi umat muslim global adalah sekira 2,2 triliun dolar AS dengan tingkat pertumbuhan 5,2 persen dan diperkirakan akan mencapai angka 2,4 triliun dolar AS pada 2024.

Presiden Joko Widodo bahkan sebelumnya telah menargetkan Indonesia menjadi pusat industri halal dunia untuk tahun 2024.

Besarnya tren industri halal ini kemudian juga membawa perubahan dalam akses pembiayaan.

Di mana tidak hanya dalam model pembiayaan dan permodalan, tapi juga hadirnya investor maupun lembaga-lembaga keuangan berbasis syariah.

Hal inilah yang menjadi dasar Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menghadirkan “Islamic Creative Economy Funder Fund (ICEFF) 2022”

Selain untuk menghadirkan akses pembiayaan bagi pelaku ekonomi kreatif khususnya pelaku UMKM, juga untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas para pelaku ekonomi kreatif. Khususnya di 4 subsektor utama yakni kuliner, kriya, aplikasi, dan modest fashion.

“Kami mengharapkan dengan pertemuan hari ini terjadi tiga hal yang kita yakinkan akan dapat terjadi, yaitu upskilling. Dari mereka yang belum tahu menjadi tahu, dan sangat ingin menjadi maju,” jelas Henky.

Kedua kemitraan, di mana mereka (pelaku ekraf) dengan para investor dapat bermitra atau bahkan nanti menghadirkan bentuk lain yang bisa dikembangkan bersama.

Kemitraan atau yang kerap disebut dalam lingkungan Kemenparekraf sebagai “kolaboraksi”, lanjut Henky, harapannya dapat menjadi langkah konkret dalam pengembangan pelaku UMKM ekonomi kreatif khususnya dalam menghadirkan inovasi-inovasi baru.

“Ketika terjadi kolaboraksi, dan ini adalah tren ke depan yang kita harapkan kita ATM-kan (amati, tiru, modifikasi) di setiap kota-kota yang memiliki potensi pelaku UMKM dan produk unggulan,” ujar Henky.

Henky menargetkan 70 persen peserta proses pitching “ICEFF 2022” di Kota Bandung dapat merealisasikan komitmen dengan para mitra.

“Keinginan kami dari acara ini ada kemitraan yang dibangun dari semua (peserta) yang hadir di sini, 70 persen minimal dari pada pelaku usaha dengan para mitra,” ujar Henky.

Sementara itu, Koordinator Perbankan Kemenparekraf Mugiyanto mengemukakan, total terdapat 223 pelaku usaha yang mendaftar melalui website.

Namun setelah dilakukan kurasi, diputuskan 32 pelaku ekonomi kreatif yang berhak mengikuti boothcamp serta pitching program dalam “ICEFF 2022” di kota Bandung.

“Para peserta sendiri mayoritas hasil dari program Kemenparekraf yakni Apresiasi Kreasi Indonesia. Jadi ini wujud program yang berkelanjutan dari Kemenparekraf itu sendiri,” ujar Mugiyanto.

Melalui kegiatan ini diharapkan para pelaku ekonomi kreatif mendapatkan dukungan pembiayaan dari lembaga keuangan juga investor yang hadir dalam upaya mengembangkan bisnis menjadi lebih baik.

Lembaga keuangan atau investor yang terlibat tidak hanya hadir secara langsung, tapi juga secara daring.

“Kita juga mengundang teman-teman dari asosiasi fintech syariah. Jadi mereka juga bisa melihat presentasi para peserta secara daring,” kata Mugiyanto.

Ditempat yang sama, Sekretaris Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat, Andrie Kustria Wardana, menyambut baik penyelenggaraan “ICEFF 2022”.

Terlebih Jawa Barat, Bandung tepatnya, jadi kota pertama dalam pelaksanaan boothcamp serta pitching program “ICEFF 2022”.

Ia mengatakan 4 subsektor yang diangkat dalam kegiatan ini, yakni kuliner, kriya, aplikasi, dan modest fashion juga merupakan subsektor ekonomi kreatif terbesar di Jawa Barat.

“Ke-32 peserta ini, ke depan akan menjadi bagian yang tak terpisahkan dan akan dilibatkan dalam berbagai kegiatan keberlanjutan kita ke depan,” kata Andrie Kustria Wardana.

Pemkot Bandung Berencana Bangun Kawasan Wisata Halal di Tamansari

ilustrasi (foto: Ketik News)

MTN, Bandung – Pemerintah Kota Bandung berencana membangun kawasan wisata halal di wilayah Tamansari. Seperti apa?

Dilansir dari IDN Times, pembangunan kawasan ini nantinya dikerjasamakan dengan pihak Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS).

Pelaksana Tugas Wali Kota Bandung, Yana Mulyana, mengatakan kalau zona wisata halal bukanlah perkara baru jika berkaca pada negara-negara lain. Sudah banyak negara menyediakan fasilitas seperti ini bagi wisatawan yang mencari makanan halal.

Makna halal di sini, jelas Yana, bukan berarti hanya untuk wisatawan muslim, tapi juga bisa dinikmati oleh seluruh masyarakat.

“Jangan sampai stigmanya itu Bandung cuma buat muslim nih? Bukan, halal itu bukan hanya untuk muslim saja, siapapun boleh datang ke zona wisata halal ini. Kita bisa coba di beberapa titik sentra pedagang kali lima (PKL) kuliner binaan kami,” terang Yana di siaran pers, akhir pekan lalu (18/2).

Dengan program ini, Yana Mulyana berharap perekonomian dan pariwisata Kota Bandung akan semakin pulih dengan cepat.

“Pasca COVID-19 ini kita bisa memulihkan perekonomian dengan cepat. Salah satunya dengan zona halal, dan itu bisa dimulai dari kuliner halal dulu,” ungkap Yana.

Untuk meyakinkan wisatawan dengan zona halal ini, perlu adanya bukti dari proses pembuatan hingga pengolahan makanannya.

“Ada orang yang juga bertanya-tanya ini makanannya halal, tapi cara pengolahan atau sembelihnya halal juga enggak? Nah, kita harus pastikan itu juga ke wisatawan. Misal, sop kaki kambing, kita harus tunjukkan kalau penyembelihannya juga halal, bisa melalui RPH atau tempat yang memang tersertifikasi halal,” ungkap Yana.

Untuk lokasinya, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Bandung, Kenny Dewi Kaniasari mengatakan, kawasan Tamansari tepatnya di area Gelap Nyawang akan menjadi zona wisata halal yang terintegrasi.

“Gelap Nyawang jadi vocal point karena di sekitarnya banyak sekali potensi wisata yang bisa jadi jalur wisata. Selain itu, dekat juga dengan Masjid Salman ITB, dan beberapa tempat belanja lainnya,” tutur Kenny.

Sebab, beberapa kriteria yang menjadikan sebuah lokasi bisa dipilih sebagai zona wisata halal jika dekat dengan tempat ibadah, wisata, tempat pendidikan, area belanja, dan rumah sakit. Semua poin ini terdapat di Tamansari.

Konsep wisata halal Kota Bandung sudah mendapatkan persetujuan dan MoU bersama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparkraf) pada tahun 2019.

“Tim penyusunan mengenai konsep wisata halal Kota Bandung ini sudah ada Surat Keputusannya(SK), didukung oleh Kemenparkraf. Bahkan, pada 2019 kemarin, kami juga telah menandatangani MoU wisata halal bersama Kemenparkraf,” imbuhnya.