Kota Sabang Dukung Sistem Jaminan Produk Halal

Sabang, Aceh (foto: phinemo.com)

MTN, Sabang – Kota Sabang di Aceh mendukung sistem jaminan produk halal. Seperti apa?

Dilansir dari modusaceh.co, pemerintah kota Sabang terus berkoordinasi dengan semua stakeholder; baik itu instansi pemerintah/swasta, BUMN, dan organisasi masyarakat setempat guna mendukung program percepatan implementasi Sistem Jaminan Produk Halal (SJPH).

Dukungan penuh ini disampaikan Pj Wali Kota Sabang, melalui Asisten Administrasi Umum Sekdako Sabang, Rinaldi Syahputra, saat kegiatan Kerjasama Sistem Jaminan Produk Halal (SJPH), yang diselenggarakan Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh, bekerjasama dengan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika (LPPOM), yang bertempat di Aula Nagoya Inn, Selasa (29/11).

“Kota Sabang sendiri adalah tujuan wisata yang sering dikunjungi wisatawan. Selain menampilkan pariwisata yang eksotis, kita juga tidak menghilangkan sisi syariat islam yang berlaku di Aceh, termasuk dalam kehalalan produk,” ujar Rinaldi.

Menurut Rinaldi, kegiatan ini dapat menghasilkan kesamaan visi dan misi dalam melaksanakan berbagai program dan upaya dari sisi penegakan syariat Islam, untuk mempercepat implementasi sistem jaminan produk halal di Provinsi Aceh, khususnya di Kota Sabang.

“Salah satunya penerapan sistem jaminan produk halal yang bisa memberikan jaminan dan kenyamanan bagi masyarakat maupun wisatawan yang berkunjung ke Sabang untuk mengkonsumsi produk halal dan higienis, serta sudah bersertifikat halal,” tambahnya.

Sabang adalah salah satu kota di Aceh, Indonesia. Kota ini berupa kepulauan di seberang utara pulau Sumatra, dengan Pulau Weh sebagai pulau terbesar. Kota Sabang merupakan zona ekonomi bebas Indonesia, ia sering disebut sebagai titik paling utara dan barat Indonesia, tepatnya di Pulau Rondo. Pada tahun 2021 jumlah penduduk kota Sabang sebanyak 42.559 jiwa, dengan kepadatan 278 jiwa / km persegi.

Sabang merupakan “titik nol” untuk wilayah barat Indonesia.

Upaya Promosikan Produk Halal Indonesia di Turki

Paviliun Indonesia di pameran OIC Halal Expo 2022 (foto oleh: Anadolu Agency)

MTN, Istanbul – Kementerian Perdagangan berupaya promosikan produk-produk halal Indonesia di Turki. Seperti apa?

Dilansir dari Republika, Kementerian Perdagangan (Kemendag) kembali berpartisipasi pada The 9th Organisation of Islamic Cooperation (OIC) Halal Expo 2022 yang berlangsung pada 24–27 November 2022 di Istanbul Expo Center, Istanbul, Turki. Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional, Didi Sumedi, mengatakan kalau keikutsertaan Indonesia pada pameran ini menjadi salah satu upaya mereka untuk mempromosikan produk halal Indonesia di Turki.

“Partisipasi pada pameran sebagai ajang promosi sekaligus meningkatkan ekspor produk halal Indonesia ke pasar Turki dan negara sekitar,” ujar Didi Sumedi.

Di pameran ini, Paviliun Indonesia menempati area seluas 323 meter persegi dan diikuti lebih dari 100 pelaku usaha. Adapun produk yang ditampilkan di antaranya makanan minuman, fesyen muslim, kosmetik, obat dan farmasi, kerajinan dan dekorasi rumah, jasa di sektor pelabuhan dan perdagangan bebas, jasa sertifikasi halal, serta wisata halal.

Paviliun Indonesia yang dibuka secara resmi oleh Duta Besar Ankara, Lalu Muhamad Iqbal. Pameran ini menampilkan katalog produk secara fisik dan digital.

Kehadiran Paviliun Indonesia di pameran ini merupakan hasil kolaborasi Kedutaan Besar RI Ankara, Kementerian Perdagangan, Kementerian Komunikasi dan Informasi, Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI); beberapa dinas pemerintah daerah yang membidangi perdagangan, Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Bintan, serta Dewan Kerajinan Nasional.

“Diharapkan sinergi dan kolaborasi dari Kementerian/Lembaga, pemerintah daerah, dan swasta dapat mendukung upaya peningkatan ekspor Indonesia ke pasar Turki dan negara mitra,” imbuh Dubes Lalu.
 
Pameran OIC Halal Expo 2022 dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan The 8th World Halal Summit yang digelar pada pada 24-26 November 2022. Pertemuan yang diikuti 57 negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) ini mengangkat tema “For a Sustainable Trade: Explore All Aspects of the Growing Global Halal Industry”. Pertemuan ini juga menghadirkan berbagai seminar internasional yang menghadirkan narasumber kompeten.

Indonesia-Turki mempunyai hubungan diplomatik yang telah terjalin selama 72 tahun. Di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo dan Presiden Recep Tayyip Erdogan, kedua negara berkomitmen untuk meningkatkan perdagangan bilateral. Salah satunya, melalui percepatan perundingan IT-CEPA. Perundingan ini telah memasuki putaran keempat dengan menyelesaikan berbagai isu di antaranya terkait perdagangan barang, kerja sama ekonomi, kepabeanan dan fasilitasi perdagangan, pemulihan perdagangan, sanitasi dan phytosantasi (SPS), serta isu-isu lainnya.

Dukung Ekspor Produk Halal, MUI Gelar Forum Bisnis

iustrasi (foto: Mina News)

MTN, Jakarta – Demi mendukung ekspor produk-produk halal, Majelis Ulama Indonesia (MUI) menggelar acara forum bisnis. Seperti apa?

Dilansir dari Republika, MUI bersama biznIDs (perusahaan jasa mediator pengusaha Indonesia dengan pembeli mancanegara) mengadakan forum bisnis virtual bersama dengan KBRI Beijing dan KBRI Kuala Lumpur, untuk membahas kiat-kiat pengembangan ekspor produk halal Indonesia. Forum tersebut dilakukan melalui Zoom pada tengah pekan lalu (25/8) dan dihadiri oleh para pengusaha Indonesia.

Forum tersebut dibuka oleh Ketua Majelis Ulama Indonesia Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional, Sudarnoto Abdul Hakim. Pada sambutannya, Sudarnoto menjelaskan beberapa kategori produk halal yang diminati pasar internasional, yakni makanan dan minuman, fesyen, pariwisata, farmasi, serta kosmetik. Sudarnoto menyarankan agar para pengusaha Indonesia mengeksplor peluang ekspor produk halal selain di lima kategori tersebut.

Sudarnoto pun menyampaikan harapannya agar Indonesia dapat menjadi pusat produk halal dunia. “Harapan tersebut dapat diwujudkan melalui kerja sama antara pemerintah, pelaku usaha, dan organisasi terkait lainnya, dengan dua pendekatan, yakni yakni diplomasi wasathiyah Islam dan diplomasi halal,” kata Sudarnoto.

“Diplomasi halal merupakan bagian dari second track diplomasi atau diplomasi jalur kedua sebagai kegiatan yang melibatkan para aktor non-pemerintah, mulai dari kelas masyarakat tinggi hingga kelas akar rumput, terbukti efektif membantu pemerintah dalam mempromosikan Indonesia di kancah Internasional,” tambahnya.

Lebih lanjut, Sudarnoto menjelaskan kalau institusi sosial, pendidikan, ekonomi dan kebudayaan berperan penting dalam menjalin dan membangun hubungan kerja sama dengan bangsa atau negara lain baik dibidang ekonomi, sosial, budaya bahkan politik. “Maka dari itu, diplomasi yang dilakukan oleh masyarakat bukan hanya menjadi penting dan strategi tetapi harus segera diimplementasikan,” ujarnya.

Forum kemudian dilanjutkan dengan pemaparan Duta Besar Indonesia di KBRI Beijing, Djauhari Oratmangun. Ia menyoroti potensi Tiongkok sebagai pasar ekspor produk halal yang potensial. Hal tersebut didasarkan pada nilai pasar produk halal yang besar di Tiongkok yang diperkirakan mencapai 21 miliar dolar AS.

Pertumbuhan ekonomi Tiongkok pun bernilai positif, mencapai 2,3 persen pada tahun 2020 dan diprediksi akan mencapai 8,5 persen pada tahun 2021. “Selain itu, pasar masyarakat muslim Tiongkok pun cukup besar, yakni sekitar 22 juta jiwa atau 1,7 persen dari populasi penduduk Tiongkok,” ujar Djauhari.

Untuk dapat merajai pasar produk halal di Tiongkok, Djauhari menyarankan agar para pengusaha Indonesia pantang menyerah karena prosesnya yang panjang. Pemahaman akan regulasi ekspor dan bahasa Tiongkok pun menjadi hal yang penting. “Selain itu, regulasi free trade antara Tiongkok dan negara-negara ASEAN perlu untuk dipahami agar pengusaha Indonesia dapat melihat peluang yang mendukung ekspor produknya,” paparnya.

Adapun kondisi pasar ekspor Indonesia ke Malaysia dijelaskan oleh Hermono, duta besar Indonesia di KBRI Kuala Lumpur. Selama pandemi berlangsung, menurut Hermono, terjadi peningkatan impor produk makanan olahan di Malaysia. “Pangsa pasar Indonesia sendiri mencakup 8,10 persen dari pasar ekspor produk makanan olahan ke Malaysia pada tahun 2021, berada dalam posisi kelima sebagai negara eksportir utama produk makanan olahan ke Malaysia,” tuturnya.

Hermono menambahkan, dalam hal sertifikasi produk halal, Indonesia dan Malaysia telah memiliki Mutual Recognition Agreement (MRA), mencakup item pemotongan hewan, bahan baku, dan perisa. Hermono menjelaskan bahwa Malaysia berharap agar cakupan item dalam MRA tersebut dapat diperluas sehingga produk-produk halal yang diekspor Indonesia tidak perlu diperiksa lagi kehalalannya di Malaysia.

Pada forum bisnis hari berikutnya (26/8), Sekjen MUI Buya Dr Amirsyah menyampaikan kata sambutan. Ia menegaskan kalau Indonesia harus fokus dalam dua hal. Salah satunya adalah pemulihan ekonomi nasional dengan mengoptimalkan produksi produk halal.

“Indonesia sangat potensial namun secara aktual Indonesia belum mengaktualisasi potensi tersebut, dikarenakan terkendala dua hal yakni dari faktor sumber daya manusia (SDM) yang belum mampu mengagregasi, tata kelola yang baik dan belum bersaing dan membuat satu sistem digitalisasi dalam pemasaran produk-produk Indonesia di kancah lokal dan Internasional, sehingga ekspor produk Indonesia ke negara lain,” ungkap Buya Amirsyah.

Kendala kedua adalah sistem digitalisasi dalam mengoptimalkan ekosistem produk halal dalam pengembangan ekspor dan impor. Jika kedua kendala tersebut dioptimalkan maka Indonesia sebagai pusat bisnis syariah di kancah internasional dapat terealisasi dengan cepat.

Forum bisnis virtual tersebut merupakan bagian dari rangkaian acara Indonesia Trade, Tourism, and Investment Expo dan Indonesia Halal and Sharia Expo 2021 yang berlangsung pada 2 – 30 Agustus 2021. Informasi seputar biznIDs dapat diakses melalui www.biznids.com

Halalpedia, Marketplace Lokal Khusus Produk-produk Halal

MTN, Jakarta – Bagi anda yang menginginkan sebuah marketplace online yang khusus untuk produkproduk halal, kini telah hadir Halalpedia. Seperti apa?

Dilansir dari Kastara, kini telah hadir sebuah marketplace online khusus produk-produk halal yang bernama Halalpedia.

“Kami terus berinovasi serta memberikan pelayanan terbaik bagi seluruh pengguna Halalpedia. Untuk memberikan kemudahan dan kebaikan bagi sesama, Halalpedia akan menjadi pilihan pasti dalam memenuhi kebutuhan berbelanja yang lebih tenang, nyaman, aman dan Halal,” ujar Chief Marketing Officer Halalpedia, Arga Satria.

Arga menambahkan, Halalpedia memiliki sejumlah program unggulan yang dapat membantu memulihkan kembali perekonomian keluarga di Indonesia. Berbagai kemudahan dihadirkan baik untuk para pelaku usaha maupun para konsumen.

Melalui peluncuran ini, Halalpedia juga mengajak masyarakat untuk terus melakukan kebaikan dengan bertransaksi sesuai syariah. Dengan itu semuanya dapat memperoleh keberkahan dengan membiasakan dari hal kecil yaitu menggunakan, menjual, atau mengkonsumsi produk yang halal.

Beberapa keunggulan Halalpedia antara lain tersedia di website, aplikasi Android serta iOS. Pembayaran bisa dari berbagai bank serta toko retail (Indomaret dan Alfamart). Pengiriman bisa same day dan next day dengan kurir logistik ternama. Tersedia customer support untuk merchant dan customer. Bank penampungan dana transaksi menggunakan Bank Syariah Indonesia (BSI). Produk bervariasi dan terjamin keasliannya.

Selain itu, Halalpedia didukung oleh Wisata Muslim (aggregator wisata dan umroh haji), SC Property (Property Management berbasis blockchain), Sharia Coin (toko emas fisik Antam dan Lotus), Motor listrik Gesits Main Dealer Jawa Barat, Halal Fresh (Halal Food Platform) dan AFSI (Asosiasi Fintech Syariah Indonesia).

Kunjungi situs Halalpedia di SINI.

Halal Traveler Club, Aplikasi Mobile untuk Para Turis Muslim

MTN, Jakarta – Anda yang biasa bepergian keluar kota atau negara mungkin membutuhkan aplikasi mobile yang bisa membantu mobilitas anda sebagai turis muslim. Halal Traveler Club bisa jadi adalah solusinya.

Dilansir dari keterangan resminya, Cheria Holiday merilis aplikasi yang dibuatkan khusus buat muslim traveler yang bernama Halal Traveler Club, sehingga pelancong tak sulit lagi untuk menemukan restoran halal dan masjid untuk sholat, cukup dengan download install aplikasi Halal Traveler maka dengan segera kita bisa menemukan restoran dan masjid terdekat walau di negara non muslim sekalipun.

Selain itu aplikasi Halal Traveler Club juga dilengkapi fitur tambahan arah sholat atau arah kiblat dan ini sangat membantu traveler muslim mengetahi arah sholat lebih akurat selain itu informasi tour halal juga tersedia dalam aplikasi.

Menurut aktivis halal traveler, Cheriatna, sekaligus CEO Cheria Holiday, aplikasi ini akan terus dikembangkan dan dilengkapi fitur-fitur tambahan seperti informasi cuaca, tempat belanja muslim dan kelebihan aplikasi ini dibanding aplikasi yang lain pengguna tidak diganggu dengan tampilan iklan sehingga lebih nyaman dipakai oleh traveler muslim.

Cheria Holiday adalah sebuah agen wisata yang berdiri sejak tahun 2012, dan mengklaim sebagai pelopor agen wisata halal di Indonesia.

Unduh aplikasi Halal Traveler Club di sini.

Produk Cokelat Halal Belgia Resmi Hadir di Indonesia

cokelat Rudolf Braun

MTN, Jakarta – Cokelat merupakan makanan favorit hampir seluruh orang di dunia. Di Indonesia cokelat Belgia merupakan salah satu jenis cokelat favorit. Kini cokelat halal Belgia telah hadir di Indonesia.

Rudolf Braun, salah satu merk cokelat asal Belgia yang telah bersertifikat halal, resmi hadir di Indonesia.

Dilansir dari Mina News, cokelat merek Rudolf Braun dipresentasikan langsung oleh Pavel Krupka, CEO Rudolf Braun di hadapan para pengelola travel muslim di Jakarta, Selasa (14/1).

Menurut Chairman IITCF, H. Priyadi Abadi, MPar, keistimewaan dari coklat Rudolf Braun ini sudah memiliki sertifikat halal.

“Tidak banyak coklat di Belgia yang memiliki sertifikat halal, coklat Rudolf Braun menjadi salah satu alternatif pilihan wisatawan muslim,” ungkapnya.

“IITCF telah melakukan kampanye wisata halal di setiap destinasi yang menjadi tujuan wisatanya, terutama di Eropa. Alhamdulillah IITCF berhasil meyakinkan beberapa partner untuk menyajikan makanan halal, salah satunya coklat Rudolf Braun,” jelasnya.

Tepatnya pada Juni 2019 lalu, coklat Rudolf Braun telah mendapat sertifikat halal.

Dilansir dari Elshinta, CEO Rudolf Braun, Pavel Krupka, mengatakan bahwa selain tak berhenti mengurus sertifikat, pihaknya juga terus gencar melakukan sosialisasi cokelat halal ke beberapa negara berpenduduk muslim yang banyak berkunjung ke Belgia, seperti Indonesia, Malaysia dan Brunai Darussalam.

“Travel muslim mencari vendor yang mempunyai sertifikat halal dan kehalalan ini menjadi prioritas utama di banding lainnya. Karena coklat halal tak mudah di Eropa,” jelas Priyadi.

Ke Belgia tak lengkap jika belum merasakan coklat Rudolf Braun. Coklat handmade yang sudah melegenda ini sudah ada sejak tahun 1899.