Mengembangkan Potensi Wisata Halal di Sulsel

Masjid Raya Makassar (foto: remisya.org)

MTN, Makassar – Sulawesi Selatan memiliki potensi yang besar di bidang wisata halal. Hal ini sangat didukung oleh pihak Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (HRI).

Dilansir dari Fajar, Ketua PHRI Sulsel, Anggiat Sinaga, menuturkan pihaknya sangat mendukung wisata halal. Sebab, iklim untuk menggarap pasar ini sangat kuat di Sulsel.

Hal tersebut juga sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja ekonomi syariah di Sulsel. Menurut dia, PHRI selalu mendorong para pelaku usaha hotel mengurus sertifikasi halalnya.

Itu untuk meyakinkan bahwa industri telah siap untuk menyambut wisata halal. Saat ini, beberapa hotel memilki sertifikat halal seperti, Hotel Claro Makassar, Aston, Almadera, Dalton, dan Khas Makassar hotel.

“Hal yang menghambat pengembangan ini hanya terletak dari keseriusan semua pihak saja untuk menyatukan semua instrumen. Dan jika industri menyebut bahwa biaya sertifikat mahal, pemerintah harus hadir memberikan solusi atau jaringan terkait pengurusan sertifikat tersebut,” jelasnya.

Saat ini, lanjutnya, yang bisa dilakukan adalah memberi motivasi, seperti seluruh hotel grup Phinisi yang telah memiliki sertifikat halal. Saat ini sedang proses perpanjangan serta meminta agar pemerintah memfasilitasi biaya sertifikasinya.

Manajer Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Sulsel, Rafdy Hifdhurrahman menuturkan dalam tataran global, Ekonomi Syariah (Eksyar) Indonesia masih pada posisi keempat setelah Malaysia, Arab Saudi, dan UEA, namun dengan peningkatan signifikan pada sektor makanan halal sehingga kinerja dari ekonomi syariah tersebut bisa terus diakselerasi.

“Jadi untuk pangsa aktivitas usaha syariah meningkat mencapai 45,66 persen,” ucapnya.

Saat ini kinerja Eksyar juga terus menujukan tren yang positif. Dimana pemulihan kinerja sektor unggulan Halal Value Chain (HVC) terus berlanjut didorong oleh sektor pariwisata ramah muslim (PRM) dan sektor pertanian.

Lalu inflasi sektor makanan minuman halal dan HVC meningkat seiring peningkatan permintaan serta kendala pada sisi produksi. Transaksi e-Commerce produk halal tumbuh di tengah kembali normalnya mobilitas masyarakat.

“Kinerja ekspor bahan makanan halal terjaga ditopang peningkatan harga
komoditas pangan global dan literasi Eksyar juga mengalami peningkatan,” ucapnya.

Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) Association of The Indonesian Tours And Travel Agencies (Asita) Sulsel Didi Leonardo Manaba menuturkan wisata halal adalah konsep berwisata yang bisa di konsumsi oleh semua pelaku perjalanan.

Hal ini memudahkan khususnya traveller muslim, tetapi tidak ada kaitannya dengan agama. Maka dari itu untuk mengembangkan hal tersebut, banyak hal yang harus dilakukan. Sebab, bukan hanya berhubungan dengan makan dan minuman, tetapi ketersediaan fasilitas-fasilitas untuk memanjakan wisatawan muslim.

Kemudian untuk tantangan yang dihadapi mensosialisasikan konsep tersebut ke destinasi yang minoritas muslim seperti Toraja, namun itu bukan kendala karena stakeholder di Toraja sudah mulai mengerti.

“Karena sudah mulai banyaknya wisatawan Malaysia dan domestik yang mulai kunjungi Toraja,” pungkasnya.

KAHMI Dorong Pemda Sulsel Kembangkan Wisata Muslim

ilustrasi (foto: .idntimes.com)

MTN, Makassar – Majelis Wilayah Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Sulawesi Selatan mendorong Pemerintah Provinsi Sulsel dan Pemerintah Kabupaten/Kota mengembangkan destinasi wisata modern.

“Pariwisata perlu dipikirkan secara serius. Kami mendorong semua kabupaten kota yang punya destinasi wisata yang baik untuk menarik wisatawan berlatar belakang muslim,” ujar Ketua Bidang Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kahmi Sulsel, Rachmat Sasmito, di acara talkshow “Sulsel Moslem Friendly Tourism”, di Hotel Al Madera Makassar, Senin (26/6).

Dilansir dari RakyatSulsel, Rachmat menyampaikan latar belakang kegiatan diadakan termasuk adanya lima potensi destinasi di Sulsel dan perlunya Sulawesi Selatan dikenal di Indonesia selain Bali.

“Kita memerlukan roadmap moslem friendly tourism yaitu peta wisata yang ramah Muslim,” ujar Rachmat.

Menurut Rachmat, dengan adanya program pemerintah yang menggalakkan sektor pariwisata sebagai salah satu sektor pendukung penerimaan negara. Rachmat mencontohkan, jika melihat dari pasar dunia khususnya beragama muslim sangat besar, khususnya negara-negara Timur Tengah.

“Kesiapan infrastruktur destinasi wisata yang ada di Sulsel, yang mereka butuhkan sebenarnya pelayanan tambahan, kita tidak bisa mengatakan wisata halal sudah bergeser dengan adanya muslim friendly. Dengan adanya wisata tidak bisa membatasi,” ujarnya.

Selain itu, bagaimana kuliner disiapkan dengan reparasi standar halal yang kita pahami. Ketiga bagaimana pelaku pelaku usaha ini mampu memberikan pelayanan tambahan.

“Misalnya wisatawan timur tengah biasanya membawa satu keluarga ini harus kita siapkan bagaimana tempat tersebut diberikan privasi. Ini harus disiapkan. Kegiatan ini kita berupaya memberi rekomendasi kepada pemerintah badan promosi daerah maupun kepada pelaku usaha,” imbuhnya.

Talkshow dibuka oleh Presidium MW KAHMI Sulsel, Prof. Dr. Mustari Mustafa, yang juga pernah menjabat sebagai atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Bangkok. Ia menegaskan, KAHMI mendukung dan siap terlibat dalam mendesain Naskah Akademik utk Roadmap.

“KAHMI akan mendorong peningkatan ekonomi melalui potensi ekopariwisata dan kuliner tourism termasuk MICE tourism,” ujar Mustari.

Hadir sebagai narasumber di acara itu yakni Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah Sulawesi Selatan Andry Arief Bulu, Direktur Sulawesi Travel Adil Nurimba, dan Safri Haliding dari Jakarta Tourism Forum.

KNEKS Tetapkan Mal di Sulsel Jadi Kawasan Wisata Halal

Grand Mall Maros, Sulawesi Selatan

MTN, Jakarta – Pihak Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) tetapkan sebuah mal di Sulawesi jadi kawasan wisata halal. Seperti apa?

Dilansir dari Republika, Direktur Infrastruktur dan Ekonomi Syariah di KNEKS, Sutan Emir Hidayat, mengatakan pihaknya menetapkan kawasan Grand Mall Maros, Sulawesi Selatan, sebagai tempat wisata kuliner yang halal, aman dan sehat (KHAS), yang dinilai penting sebagai jaminan bagi wisatawan Muslim.

“Hal itu penting agar tidak ada lagi rasa khawatir pada wisatawan atau pengunjung ketika berwisata di suatu tempat, khususnya di mall sebagai salah satu lokasi wisata kuliner,” ujar Emir.

Menurut Emir, penetapan kawasan kuliner halal, aman dan sehat ini merupakan sistem jaminan produk halal khususnya bagi pengunjung Muslim. Pasalnya, saat mau salat ada tempat yang representatif dan mau makan tidak khawatir lagi karena semua sudah terverifikasi halal.

Emir mengatakan, kalau di luar negeri istilah yang digunakan untuk wisata itu adalah Muslim friendly atau ramah terhadap masyarakat muslim.

Lebih jauh dijelaskan, kawasan KHAS tidak hanya menjamin semua produk yang ditawarkan itu halal, tetapi juga aman dan sehat. Sebab di tempat tersebut tidak menyediakan fasilitas hiburan seperti diskotik atau pub.

Sementara itu, pihak Manajemen Grand Mall, Musliadi mengatakan, pihaknya menyambut baik penetapan Grand Mall sebagai kawasan KHAS. “Kami sangat bersyukur dan mengapresiasi predikat ini, karena selama ini kami sudah menuju ke kawasan kuliner halal, aman dan sehat, bahkan rokok pun tidak dijual di Toserba,” ungkap Musliadi.

Menanggapi hal itu, Bupati Maros HM Chaidir Syam mengimbau kepada pihak pengelola agar mampu menjaga amanah dan predikat sebagai kawasan wisata KHAS. Selain dapat mendorong peningkatan pengunjung, juga dapat mendukung pencapaian target PAD Pemkab Maros dari sektor Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Gubernur Harapkan Ekonomi Syariah Bisa Pulih di Sulsel

ilustrasi (foto: phinemo.com)

MTN, Jakarta – Gubernur Andi Sudirman berharap Festival Ekonomi Syariah (Fesyar) bisa jadi peluang untuk pemulihan ekonomi syariah di Sulawesi Selatan.

Dilansir dari Gowapos, Gubernur Sulawesi Selatan, Andi Sudirman Sulaiman, membuka Festival Ekonomi Syariah (Fesyar) Kawasan Timur Indonesia di Hotel Claro, Makassar, Kamis 28 Juli 2022.

Andi bersama Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, Amir Uskar, dan Deputi Gubernur Bank Indonesia, Aida S. Budiman membuka kegiatan yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia.

Dengan mengusung tema “Sinergi Ekonomi dan Keuangan Syariah KTI untuk Memperkuat Pemulihan Ekonomi KTI yang Inklusif”, Fesyar akan berlangsung hingga tanggal 31 Juli 2022.

“Alhamdulillah, merasa senang Kota Makassar, Sulsel, jadi tuan rumah pada acara Fesyar yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia,” ujarnya.

Indonesia sebagai negara yang memiliki penduduk muslim besar. Olehnya itu, diharapkan hal ini menjadi peluang ke depan menuju pemulihan ekonomi. Andi pun mendorong pengembangan ekonomi dan keuangan syariah di Sulawesi Selatan.

“Pemprov Sulsel terus mendorong investasi dalam rangka pengembangan ekonomi dan keuangan syariah termasuk investasi terkait produk-produk unggulan di Sulsel,” ungkapnya.

Andi berharap, hal ini akan memberikan dampak untuk pengembangan ekonomi syariah. Sulawesi Selatan memiliki potensi dan peluang yang besar untuk mengembangkan ekonomi syariah.

“Pengembangan Sulawesi Selatan menjadi pusat ekonomi dan keuangan syariah sangat mungkin untuk dilakukan, termasuk dengan menjadikan Sulsel sebagai pangsa pasar untuk produk halal, apalagi didukung mayoritas penduduk beragama Islam.

Salah satu potensi pengembangan ekonomi dan keuangan syariah di Sulawesi Selatan terletak pada sektor pariwisata utamanya melalui wisata halal.
Potensi pengembangan ekonomi syariah juga bisa dilihat pada industri perhotelan dan restoran, termasuk melalui sertifikasi halal untuk memberikan jaminan produk dan kepuasan pelanggan,” pungkasnya.

MUI Apresiasi Konsep Wisata Halal dari Disbudpar Sulsel

ilustrasi (foto: Cheria Holiday)

MTN, Jakarta – Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengapresiasi konsep Wisata Halal dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sulsel. Seperti apa?

“Konsep wisata halal ini sangat cocok dengan kultur Sulsel karena memiliki kebudayaan yang Islami,” ujar Sekertaris Komisi Pembinaan Seni dan Budaya Islam, Fihris Khalid SS MA PhD, saat menghadiri Focus Group Discussion (FGD) Dinas Kebudayaan dan Pariwisata di Hotel Almadera Jalan Somba Opu Makassar, Rabu (23/3).

Dilansir dari MUI, Menurut Fihris, wisata halal menjadi angin segar bagi MUI Sulsel untuk berperan untuk memberikan kontribusi pemikiran kepada pemerintah. Saat ini wisata halal sudah banyak digemari oleh umat non muslim karena faktor kebersihan yang terjamin.

“MUI juga telah menetapkan Fatwa Nomor 108 tentang pariwisata berbasis syariah. Kita akan merujuk pada Fatwa MUI untuk menilai apakah program ini sesuai syariah atau tidak,” imbuhnya.

Sementara itu Kepala Bidang Destinasi dan Industri Pariwisata Sulsel, Patarai A Burhang GS SSos MM, juga menyampaikan harapannya agar peran MUI bisa memberi sumbangsih pemikiran bagi pengembangan program wisata halal.

“Program wisata halal menjadi salah satu program unggulan Pemprov Sulsel saat ini. Wisata halal juga mempunyai dampak positif selain karena potensi besar di Sulsel yang beragama mayoritas Islam.

Hadir sebagai pemateri pada FGD tersebut, DR H Syamsu Rijal M Pd CHE (Dosen Poltekpar Makassar), Assoc Prof DR IR H Muhamad Nusran MM Phd IPM ASEAN Eng (Direktur Halal Industri Development Institusi Sulsel) dan Nasrullah Karim (Ketua PHRI Sulsel).

Seperti Apa Potensi Wisata Halal di Sulawesi Selatan?

ilustrasi (foto: Cheria Travel)

MTN, Jakarta – Sulawesi Selatan tentu memiliki objek-objek wisata halal. Tapi seperti apa potensinya?

Dilansir dari SeputarJakarta, Wakil Rektor Universitas YARSI, Prof.Dr.Nurul Huda, SE, MM.,MSi., di sebuah acara diskusi daring memberikan analisanya mengenai potensi wisata untuk wilayah Sulawesi Selatan.

Focus Group Discussion (FGD) dalam rangka sharing knowledge yang dilaksanakan oleh Universitas YARSI dengan Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Sulawesi Selatan, kampus yang berlokasi di Indonesia timur, serta para stakeholder (pengambil kebijakan, pelaku industri pariwisata, akademisi, dan lainnya) pada Selasa (1/12/2020) coba membahas potensi wisata halal di Sulawesi Selatan.

Sharing knowledge ini bersumber dari penelitian mengenai pariwisata halal yang sudah dilakukan oleh Prof.Dr.Nurul Huda, SE,MM.,MSi selaku Ketua Prodi Magister Manajemen, Guru Besar FEB dan Wakil Rektor IV Universitas YARSI.

Acara dibuka oleh pemaparan hasil riset Prof.Dr.Nurul Huda, SE, MM.,MSi. pada tahun 2019. Beliau menyampaikan bahwa riset ini menggunakan pendekatan Analytic Network Process (ANP), yaitu interaksi dan wawancara langsung pada pihak-pihak yang terkait dengan pariwisata dilanjutkan dengan pengisian kuesioner skala 9 yang merupakan tahapan penelitian ANP.

“Gambaran posisi Indonesia dalam Global Islamic Economic Indicator sudah masuk dalam ranking 4 pada tahun 2020 yang sebelumnya di posisi ranking 5 pada tahun 2019. Pada hari ini disampaikan pengembangan model dynamic process untuk mengembangkan pariwisata halal pada daerah tertentu dengan harapan ada hasil yang dapat diperoleh dari metodologi tersebut yang dipandu oleh Ariel Nian Gani, M.Phil., M.Sc.(fasilitator) dan Nova Rini, SE., M.Si (pembawa acara) dalam acara ini,” katanya.

Sementara itu, Dra. Hj. Djamila Hamid selaku Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Sulawesi Selatan dalam sambutannya menyampaikan kondisi pariwisata halal Sulawesi Selatan. Menurutnya, Sulsel termasuk dalam salah satu dari 10 provinsi destinasi wisata halal di Indonesia yang mayoritas penduduknya Muslim sebesar 7,2 juta jiwa dari jumlah total penduduk 8 juta jiwa.

Djamila menuturkan bahwa, Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Sulawesi Selatan dipercaya oleh pemerintah untuk melakukan sosialisasi pariwisata halal yang merupakan program prioritas Provinsi Sulawesi Selatan pada seluruh lapisan masyarakat.

“Pada dua tahun terakhir, sosialisasi sudah dilakukan pada tingkat provinsi, dilanjutkan pada Kabupaten Bone pada awal Desember 2020,” ucapnya.

Beliau menambahkan, di Sulsel terdapat kesalahpahaman tentang pariwisata halal khususnya di daerah Toraja dikarenakan mereka khawatir untuk merubah kebiasaan tradisi yang ada, padahal intinya wisata halal melayani seluruh wisatawan Muslim dan Non-muslim.

“Dengan adanya FGD ini mudah-mudahan dapat memperluas pengenalan dan saran mengenai wisata halal Sulsel pada masyarakat kedepannya,” sambungnya.

Setelah pemaparan, dilanjutkan dengan pengumpulan ide prioritas dari para penanggap forum mengenai hal yang dapat mengembangkan pariwisata halal di Sulsel yang kemudian diterapkan pada model dynamic pengembangan riset ini.

Salah satu penanggap, Supriadi, S.E.I., M.E.I. (Dosen UIN Alauddin Makassar) menuturkan bahwa pariwisata halal di Sulsel harus didukung oleh sumber daya manusia yang mumpuni, seperti kerja sama dengan masyarakat sekitar untuk menjadi volunteer penyebaran informasi tentang wisata halal.

“Bukan tidak mungkin pembukaan program studi pariwisata syariah di kampus sehingga menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas, namun butuh waktu kurang lebih empat tahun untuk mencetak tenaga berkualitas seperti itu,” ucapnya.

Penanggap lainnya, Trimulato,SEI.,M.Si (pengguna hotel syariah) menyampaikan, kebijakan pemerintah pusat harus mengakomodasi pengetahuan mengenai sosialisasi pada masyarakat, bahwa dengan adanya pariwisata halal tidak bermaksud “menyusahkan” atau menggantikan budaya/kearifan lokal.

Masjid yang Selamat dari Banjir Bandang Ini Berpotensi Tarik Wisata

Masjid Al-Istiqamah Radda (foto-foto: Sorot Makassar)

MTN, Jakarta – Banjir bandang besar yang terjadi di Luwu Utara, Sulawesi Selatan pada pekan lalu (13/7) hampir meluluhlantakan segalanya, kecuali sebuah masjid. Masjid apakah itu?

Masjid Al-Istiqamah Radda selamat dari banjir bandang dashyat yang melanda enam kecamatan di Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan. Bencana tersebut terjadi pada Senin malam (13/7).

Dilansir dari Sorot Makassar, puluhan personel TNI-AD dari Yonif 721/Makkasau Kompi Senapan C Palopo, pada Selasa (21/7), melakukan pembersihan masjid yang berada di tengah-tengah perkampungan Dusun Radda, Desa Radda yang tertimbun tanah akibat banjir bandang yang menerjang Luwu Utara.

Masjid Al Istiqamah Radda ketika bencana terjadi tertimbun lumpur hingga setinggi satu setengah meter.

Saat berlangsung pembersihan masjid, personel Yonif 721/Makkasau menemukan sebuah motor yang tertimbun lumpur.

Danton Kompi Senapan C Palopo Yonif 721/Makkasau, Letda Inf. Risal yang memimpin langsung di lapangan mengatakan semoga masjid ini segera dapat digunakan beribadah

Masjid Al Istiqamah berlokasi di desa Radda, kecamatan Baebunta, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan. Kode pos: 92961.

Diharapkan ke depannya pasca bencana ini Masjid Al-Istiqamah bisa berpotensi tarik banyak wisatawan Muslim.