Wisata Halal di Sumatera Utara Perlu Diseriusi
MTN, Medan – Seminar Ekonomi Syariah Next Level yang digelar pada Sabtu (29/7) mengungkap bahwa wisata halal di Sumatera Utara perlu diseriusi. Seperti apa?
Dilansir dari rmolsumut.id, seminar Ekonomi Syariah Next Level yang digelar di Aula Universias Al Azhar Medan, pada Sabtu (29/7/2023) merupakan hasil gagasan Jaringan Media Siber (JMSI) Sumatera Utara (Sumut) yang berkolaborasi dengan Bank Sumut dan Universitas Al Azhar Medan.
Acara ini dihadiri oleh Direktur Utama Bank Sumut, Babay Farid Wajdi beserta jajarannya, Rektor Universitas Al Azhar Medan serta jajarannya, Pengurus JMSI Sumut, dan seluruh peserta diskusi.
Direktur Utama Bank Sumut Babay Farid Wajdi dalam kesempatan itu mengatakan, trend Islam di dunia mengalami peningkatan.
“Kalau dilihat dari persfektif Islam, tren Islam di dunia itu meningkat. Jika kita pergi ke bandara-bandara internasional dulu susah untuk salat. Sekarang di bandara bandara internasional di negara asing sudah ada musala,” ungkap Babay.
Tak hanya itu saja, ia juga mengungkapkan jika banyak negara yang mengembangkan Halal Tourism atau wisata halal. Contohnya Thailand dan juga Korea Selatan.
“Wisata halal di Sumut masih kurang. Saya kemarin ke Nias. Padahal potensi wisata di sana bagus. Tapi tidak didukung dengan kulinernya (kuliner halal). Itu yang perlu kita semua dorong. karena wisata halal itu bukan hanya milik kita di Sumut. Tapi Thailand dan negara lain juga. Sekarang wisata halal itu sudah mendunia. Kita di Sumut jangan sampai ketinggalan,” papar Babay Farid Wajdi.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Prof. DR. Andri Soemitra, MA bahwa saat ini ekonomi syariah atau yang lebih dikenal ekonomi Islam saat ini menjadi trend. Saat ini banyak negara yang tengah menerapkannya.
“Kalau di luar negeri mereka tidak tau syariah economic. Artinya begini, ekonomi syariah dan ekonomi Islam itu sama dan saat ini menjadi tren global. Seperti halal tourism Korea Selatan dan Thailand. Di korsel itu cari makanan halal itu tidak susah. Bahkan Thailand itu akan menjadi halal kitchen in the world. Padahal disana mayoritasnya bukan muslim,” terang Andri Soemitra.
Ekonomi syariah dijelaskan oleh Andri Soemitra, ada tiga, pertama sektor riil, finance and tourism. Sektor riil termasuk di dalamnya seperti jilbab halal, perangkat makanan halal, sepatu halal dan salon halal.
Pada industri finance atau industri keuangan ada perbankan ada non bank. Ada bank syariah disitu serta ada asuransi syariah. Selain itu ada juga pegadaian syariah dan pasar saham syariah.
“Jadi apa yang ada di industri keuangan konvensional sekarang ada versi syariah. Bahkan ini duluan digaungkan di Indonesia. Sistem eknomi syariah ini adalah sistem keuangan yang tidak hanya bisa menghasilkan uang. Tapi juga bisa mengembangkan sektor-sektor positif. Menghindari unsur yang dilarang. Bahkan yang non muslim juga ikut didalamny, karena tidak hanya untuk orang Islam saja,” tandas Andri Soemitra.