Pentingnya Pengarusutamaan Dialog Lintas Agama Dalam Strategi Perdamaian ASEAN

ilustrasi (gambar: beritasatu.com)

MTN, Kuala Lumpur – Ketua komisi HLNKI MUI sampaikan presentasi tentang pentingnya pengarusutamaan dialog lintas agama dalam strategi perdamaian ASEAN. Seperti apa?

Ketika diundang di seminar OKI di Malaysia, ketua komisi HLNKI MUI sampaikan presentasi tentang pentingnya pengarusutamaan dialog lintas agama dalam strategi perdamaian ASEAN.

“Untuk mewujudkan komunitas ASEAN yang bukan hanya toleran, tapi juga solidaritas antar kelompok masyarakat, para pemimpin ASEAN perlu mengarusutamakan Dialog lintas Agama dalam Strategi Perdamaian ASEAN,” demikian disampaikan oleh Ketua Komisi HLNKI MUI, Drs. Bunyan Saptomo. MA, dalam Seminar yang diselenggarakan oleh Organisasi Kerjasama Islam (OKI) di Universitas Islam Internasional Malaysia (IIUM) tanggal 22-24 April 2024.

Seminar ini mengambil tema: “INTERCULTURAL DYNAMICS IN SOUTH EAST ASIA”.

Kawasan Asia Tenggara telah lama menjadi ajang konflik rebutan pengaruh antar negara dan peradaban besar di dunia, mengingat lokasinya yang sangat strategis (antara dua benua dan dua Samudra).

Dalam Upaya untuk mewujudkan Asia Tenggara menjadi Kawasan yang damai dan Makmur, negara-negara di Kawasan ini sepakat membentuk organisasi Kerjasama ASEAN pada tahun 1967. Untuk itu, ASEAN merumuskan Strategi Perdamaian berfokus pada 3 pilar kerjasama, yaitu: Kerjasama politik dan keamanan, Kerjasama ekonomi, dan Kerjasama fungsional. Melalui 3 pilar Kerjasama tsb, ASEAN telah telah berhasil mencegah perang antar negara anggota. Namun belum berhasil meredam konflik antara kelompok masyarakat di Kawasan tsb.
Menyadari hal ini, memasuki abad ke-21 para pemimpin Asean telah sepakat menyempurnakan Strategi Perdamaian Asean dengan membentuk Asean Community (Komunitas Asean).

Asean Community terdiri dari tiga pilar, yaitu: Asean Political and Security Community (APSC), Asean Economic Community (AEC), serta Asean Socio-Cultural Community (ASCC). Dalam Asean Community Vision 2025 sudah ada referensi terkait agama, yaitu di APSC butir 8.3: “A community that embraces tolerance and moderation, fully respects the different religions, cultures and languages….”.

Meskipun sudah ada referensi tentang toleransi dan moderasi lintas agama, dalam prakteknya kegiatan dialog lintas agama di ASEAN belum diintegrasikan dalam program resmi ASEAN. Memang dalam beberapa tahun terakhir telah banyak kegiatan dialog lintas Agama di ASEAN, tapi kegiatan itu sebagian besar dilakukan oleh ormas lintas agama dan perguruan tinggi di luar program resmi ASEAN. Kalaupun ada dialog lintas agama dalam kegiatan resmi ASEAN, kegiatan itu di bawah program lain dan masih sangat terbatas, misalnya program Kerjasama pemuda atau Perempuan. Oleh karena itu tidak mengherankan bila masih terjadi konflik ethno-religious (etnik-agama) sebagaimana terlihat jelas konflik etnis bernuansa agama di Myanmar antara kelompok minoritas Rohingya dengan mayoritas Burma yg hingga saat ini belum bisa diselesaikan.

Pengarusutamaan Dialog Lintas Agama dalam Strategi Perdamaian ASEAN ini sangat penting a.l. mengingat bahwa masyarakat di Kawasan Asia Tenggara termasuk salah satu masyarakat yang paling majemuk di dunia, baik dari segi etnis, budaya, Bahasa dan agama. Dilihat dari segi agama, mayoritas penduduk ASEAN adalah masyarakat yang beragama.

Menurut Kishore Mahbubani dalam bukunya Keajaiban ASEAN, dari 600jt penduduk ASEAN terdapat 240jt Muslim (40%), 130jt Kristen (22%), 140 Budha (24%), 8jt Hindu (1.4%). Mengingat mayoritas mutlak (86%) penduduk Asean penganut 3 agama besar (Islam, Kristen dan Budha), maka sangat penting bagi ASEAN untuk menjadikan Program Dialog Lintas Agama sebagai salah satu program utama dalam pilar Komunitas Sosial Budaya ASEAN.

Seminar yang diadakan oleh OKI yang berpusat di Jeddah bekerjasama dengan IIUM ini bertujuan untuk membahas strategi untuk menyikapi keragaman budaya dan mengusung nilai-nilai penting: toleran, solidaritas, perdamaian dan kesejahteraan Bersama. Pembicara dalam seminar tsb kebanyakan dari Malaysia. Selain itu ada dari Bangladesh, Turki, Azerbaijan dan Indonesia. Dari Indonesia ada 2 pembicara: Ketua Komisi HLNKI MUI dan Ketua OIC Youth Indonesia.

(BS) Jakarta, 26 April 2024

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *