Al-Qomar, Musholla dengan Arsitektur Khas Bali
MTN, Jakarta – Pada umumnya musholla di Indonesia berarsitektur gaya Arab atau Timur Tengah, tapi di Bali ada musholla dengan gaya arsitektur khas Bali, yang bernama Al-Qomar. Seperti apa?
Dilansir dari situs BaliMuslim, musholla Al-Qomar dibangun di ujung Jalan Pura Demak Banjar Buagan, Denpasar Barat, Kota Denpasar, Bali.
Bangunannya besar, nampak kokoh,dan berarsitektur Bali, yang bila dilihat dari jauh tidak akan menyangka kalau Al-Qomar sebuah musholla.
Dilansir dari situs Kemenag, humas Musholla Al-Qomar, Ilham, menjelaskan bahwa sebenarnya pengurus sudah lama mengajukan izin Al-Qomar menjadi Masjid. “Ya sudah mas, kami namakan saja tetap Musholla. Karena bagi kami fungsinya, bukan namanya. Jangan sampai karena soal nama, Musholla ini justru tidak berjalan dengan baik,” jelasnya.
“Dulu, masjid ini awalnya hanya musala. Bangunannya kecil, hanya 5m x 5m. Lalu warga ramai-ramai menghibahkan tanah mereka. Areal masjid meluas dan akhirnya berkembang seperti sekarang,” tutur H. Supandi, Ketua Rukun Warga Muslim (RWM) Al Qomar.
Dilansir dari BeritaBali, seiring waktu, Mushola al-Qomar mengalami dua kali renovasi, yaitu pada tahun 1995 dan tahun 2001, sehingga menjadi bentuk bangunannya yang sekarang dengan luas bangunan 400 m2. Pada kegiatan renovasi terakhir yang dilakukan tahun 2001 dilakukan perubahan secara keseluruhan bentuk bangunan Mushola al-Qomar dengan menerapkan unsur khas arsitektur gaya Bali.
Berdasarkan dari aspek bentuknya, bangunan Mushola al-Qomar menerapkan pembagian kaki-badan-kepala yang identik dengan konsep tri angga pada arsitektur gaya Bali. Bagian kaki bangunan identik dengan unsur bebaturan pada arsitektur gaya Bali, yang menopang bagian badan bangunan yang terkesan masif disebabkan karakteristik bahan yang digunakan.
Bagian kaki dan badan bangunan menggunakan bahan bata gosok, batu paras, dan batu candi yang merupakan bahan khas arsitektur gaya Bali, sehingga menjadikan Mushola al-Qomar memiliki warna merah yang mendominasi bangunannya serta warna krem dan abu-abu. Mushola al-Qomar menerapkan pula ornamen khas arsitektur gaya Bali, di mana pada bagian kaki bangunan terdapat ornamen pepalihan dan pada bagian badan bangunan terdapat ornamen pepatran dan kekarangan yang distilir
Bagian kepala menerapkan bentuk atap limasan dengan atap terbesar mengatapi ruang shalat utama yang berbentuk atap limas tumpang dua yang dilengkapi dengan ornamen kubah pada bagian atasnya. Untuk bahan penutupnya, bagian kepala bangunan menggunakan bahan genteng serta terdapat ornamen ikut celedu khas arsitektur gaya Bali di setiap tepi bubungannya.
Nuansa arsitektur gaya Bali semakin kental dengan menerapkan bentuk candi bentar dan unsur paduraksa lengkap dengan bahan, warna, dan ornamen khas gaya Bali pada bagian pagar masjid. Sebagaimana pada bagian badan bangunan masjid, bentuk ornamen pada pagar masjid mengalami stilisasi sehingga tidak menampakkan bentuk riilnya.
Gedung Musholla Al-Qomar memiliki dua lantai. Di bawah untuk kegiatan sosial, termasuk pengajian anak-anak dan remaja, sedangkan lantai utama di atas untuk shalat berjamaah. Di sebelah depan kiri bawah ada Tempat Wudhu dan Toilet, sedangkan di atasnya disediakan ruangan untuk Marbot. Di sebelah depan kanan terdapat Kantor Sekretariat Masjid dan di luarnya kedai kecil, sedangkan di belakang gedung ada Sekretariat TK.
Musholla ini dulunya berukuran kecil; berada di lorong jalan memanjang ke belakang, tepat di samping gedung yang megah sekarang. Dibangun pertama kali pada tahun 1980 atas kesadaran masyarakat muslim di sekitar Jalan Pura Demak, Kota Denpasar, untuk memiliki tempat ibadah sendiri.
Komunitas mereka dengan motivasi bersama sebagai sesama muslim di tengah masyarakat Hindu Bali ini kemudian diresmikan dengan istilah “Rukun Warga Muslim”. Paguyuban inilah yang menjadi payung bersama kegiatan keagamaan mereka sampai sekarang. Di dalamnya berkumpul warga muslim pribumi juga pendatang dari Jawa, Sunda, Bugis, Padang juga Madura.
Rukun Warga Muslim kemudian memindahkan dan membangun Musholla yang lebih besar saat ada warga Muslim pada tahun 1997 yang berkenan menjual tanahnya seluas 400 meter di sebelah Musholla yang lama. Sejak saat itu dimulai pembangunan. Berjalan selama 10 tahun, dengan swadaya masyarakat muslim sekitar dan donasi terbuka melalui rekening, akhirnya selesai pada tahun 2007 dan diresmikan oleh Ketua MUI Provinsi Bali saat itu, Rahmatullah Amin.
Tonton videonya di bawah ini, via saluran YouTube, Tawaf TV.