Kasus Covid-19 Melonjak, Masjid Terbesar Kota New Delhi Kembali Ditutup

Jama Masjid di kota New Delhi (foto: india.com)

Jakarta – Kasus Covid-19 melonjak, masjid terbesar di kota New Delhi, India kembali ditutup. Seperti apa?

Dilansir dari Detik, setelah sempat dibuka selama tiga hari, Masjid Utama di kota New Delhi ditutup kembali. Hal ini karena virus Corona di negara tersebut semakin meningkat.

Masjid Jama yang dibangun pada abad ke-17 di New Delhi, India, sempat dibuka Senin (8/6) saat pemerintah melonggarkan larangan pertemuan keagamaan. Namun, pihak berwenang memperingatkan bahwa infeksi virus Corona bisa melonjak dalam beberapa pekan ke depan.

Demi menjaga jemaah agar tak terpapar virus Corona, pengelola memutuskan untuk kembali menutup masjid mulai Jumat (12/6).

Menurut Ketua Ulama, Syed Ahmed Bukhari, ibadah publik (di masjid Jama) akan dihentikan mulai Jumat hingga 30 Juni mendatang, mengingat situasi yang juga semakin memburuk di kota New Delhi.

Hingga Jumat (12/6), kasus Corona di India telah mencapai 297 ribu dengan 147 ribu pasien sembuh dan 8.498 orang meninggal dunia.

Sedangkan di New Delhi sendiri, kasus Corona mencapai 34.687 jiwa, 12.731 sembuh, dan 1.085 orang meninggal dunia.

“Virus Corona menyebar secara eksponensial di Delhi,” ujar Bukhari dalam sebuah pernyataan.

Impian untuk Hadirkan Zona Pariwisata Bebas Covid-19

ilustrasi (foto: Daily Sabah)

MTN, Jakarta – Pandemi Corona telah mengubah semua tatanan kehidupan, termasuk industri pariwisata. Orang-orang pun mengimpikan zoba pariwisata bebas Covid-19. Seperti apa?

Mantan Kepala Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta, Tazbir Abdullah, menulis opini di KrJogja tentang wacana untuk hadirkan zona pariwisata bebas Covid-19.

Destinasi wisata saat ini dituntut untuk segera menyesuaikan dengan era Normal Baru (New Normal). Covid-19 telah memporak porandakan industri pariwisata diseluruh dunia. Dampak yang paling besar disebabkan pembatasan mobilitas manusia, karena ganasnya virus ini.

Perjalanan wisata berhenti. Organisasi pariwisata dunia menyebutnya sebagai krisis yang luar biasa (extraordinary crisis). Belum pernah ada krisis pariwisata seberat ini. Banyak negara berpengalaman menghadapi krisis yang disebabkan bencana alam, erupsi gunung berapi, gempa, perang, huru-hara, bahkan juga wabah virus sebelumnya; yang kemudian pariwisatanya dapat kembali normal tanpa perlu kondisi khusus. Baru kali ini ada tuntutan normal baru (new-normal) dengan standar protokol Covid-19.

Normal Baru menuntut perubahan perilaku masyarakat dunia (tentu saja termasuk wisatawan dan masyarakat di tiap destinasi wisata). Perubahan perilaku berkaitan dengan tanggung jawab setiap orang untuk menjaga keselamatan dirinya dan orang lain, dari kemungkinan terkena serangan virus yang mematikan ini. Kebersihan diri manusia dan lingkungan di destinasi wisata menjadi kata kunci.

Sesungguhnya bicara tentang kebersihan, pariwisata kita sudah punya rumusan Sapta Pesona (Aman, Tertib, Bersih, Sejuk, Indah, Ramah dan Kenangan) sebagai standar pelayanan di destinasi, namun sayangnya selama ini kita belum menjalankannya dengan baik, baru sebatas materi untuk penyuluhan sadar wisata dan tulisan di baliho serta spanduk saja.

Oleh karena itu, Normal Baru ini kita harapkan menjadi momentum agar Sapta Pesona dilaksanakan dengan serius, paling tidak tiga unsur penting nya yaitu aman,tertib dan bersih.

Memang harus diakui, di Indonesia kebersihan masih jadi masalah. Lembaga pemeringkat pariwisata internasional yang mengukur Index Daya Saing Pariwisata Dunia masih mencatat dua kelemahan pariwisata kita dibanding dengan negara lain, yaitu kebersihan dan keamanan. Semoga hikmah pandemi ini dapat menggugah kesadaran kita semua untuk memperbaiki kelemahan pariwisata tersebut.

Di lain pihak, meskipun belum diketahui dengan pasti kapan Covid-19 akan berakhir, saat ini negara-negara atau destinasi yang mengandalkan pariwisata sebagai lokomotif ekonominya, sudah mulai mempersiapkan diri dengan program pemulihan (recovery) pariwisata menuju normal baru.

Pemerintah bersama industri pariwisatanya telah mengalokasikan biaya khusus untuk itu. Salah satu yang digagas adalah adanya zona-zona pariwisata yang aman dan bebas dari virus (Covid-19 Free Zone) sebagai tahap awal. Zona-zona inilah yang akan terlebih dahulu dipromosikan untuk menunjukkan bahwa suatu destinasi sudah siap dikunjungi dengan jaminan kesehatan, higinitas dan jaga jarak. Sebagai contoh, baru baru ini Thailand sudah berani menyatakan kesiapannya untuk menerima kembali kunjungan wisatawan; ini dalam rangka merespon hasil survey yang dilakukan di beberapa kota besar di China, di mana 54% responden menjawab bahwa jika covid-19 berakhir dalam tahun ini, mereka akan kembali berwisata keluar negeri.

Paralel dengan upaya pencegahan Covid-19, proses pemulihan pariwisata pun merupakan hal penting untuk dibicarakan. Secara bertahap perlu dipersiapkan obyek wisata zona bebas covid (covid free zone) di masing masing kabupaten/ kota sesuai dengan karakteristiknya,sehingga pada gilirannya nanti seluruh wilayah menjadi destinasi yang bersih dari Covid-19. Beberapa obyek wisata di DIY seperti candi, kraton, museum atau taman bertema (theme park) yang bersifat kawasan terbatas yang lebih mudah untuk dikontrol, selayaknya menjadi prioritas awal.

Kunci sukses nya ada pada dua hal yaitu; manajemen destinasi yang baik (tumpuannya pada pemda kabupaten/kota) dan pernyataan serta jaminan destinasi telah siap dikunjungi kembali karena telah menerapkan standar protokol yang ditentukan (tanggung jawab nya ada pada pemerintah provinsi) dengan segala konsekuensinya. Memang untuk mengembalikan kepercayaan (trust) bagi wisatawan (khususnya wisatawan asing), terhadap jaminan keamanan dan keselamatan jiwa wisatawan didestinasi maka pemerintahlah yang dipercaya, dalam hal ini pemerintah provinsi yang lebih kuat legitimasinya seperti yang dilakukan dibanyak negara lain.

Karena itu, sangat diperlukan kolaborasi yang baik antara pemda provinsi dan kabupaten/kota, serta instansi pemerintah terkait (dinas kesehatan), industri pariwisata serta masyarakat lokal seperti kelompok Sadar Wisata (dengan pelatihan khusus) untuk mempersiapkan ini semua. Semoga dalam waktu dekat, semua dapat merilis zona wisata bebas covid sebagai proses awal menuju pemulihan pariwisata.

Haji 2020 Batal, 350 Agen Perjalanan Lokal Kena Dampaknya

ilustrasi (foto: al-monitor.com)

MTN, Jakarta – Pemerintah baru saja resmi membatalkan kegiatan Haji 2020. Pembatalan itu mengakibatkan 350 agen perjalanan lokal terkena dampaknya.

Dilansir dari Kompas, Ketua Dewan Pembina di Forum Silaturahmi Asosiasi Travel Haji dan Umrah (Sathu), Fuad H Mansyur, mengatakan sekira 350 unit agen travel haji dan umrah terkena dampak pembatalan pemberangkatan jamaah haji 2020.

“Ada sekitar 350 travel haji dan umrah yang terdampak. Travel-travel ini biasanya memberangkatkan haji khusus, sementara untuk haji reguler diberangkatkan oleh pemerintah,” ujar Fuad di keterangan resminya, Rabu (3/6/2020).

Dia menambahkan nilai perputaran uang pada haji khusus tersebut berkisar 200 hingga 300 juta Dolar AS. Agen perjalanan wisata lokal akan mengalami kerugian akibat pembatalan pemberangkatan tersebut. Hal itu dikarenakan pihak travel haji dan umrah sudah bekerja sama dengan perusahaan yang ada di Arab Saudi untuk jangka waktu hingga 10 tahun ke depan.

“Kami memaklumi keputusan pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama. Apalagi hingga saat ini Pemerintah Arab Saudi belum mengeluarkan pernyataannya terkait pelaksanaan ibadah haji 2020,” terang Fuad.

Dia meminta pemerintah dan asosiasi travel bertemu dan membahas pembatalan pemberangkatan jamaah haji serta dampak yang ditimbulkan.

“Sebelum pemberangkatan haji dibatalkan, travel haji dan umrah juga sudah terkena dampak dari pandemi Covid-19 ini, karena sejak 27 Februari pemberangkatan umrah juga ditangguhkan,” ujar Ketua Dewan Pembina di Forum Silaturahmi Asosiasi Travel Haji dan Umrah (Sathu) tersebut.

Sebelumnya, Menteri Agama Fachrul Razi mengatakan pemerintah memutuskan tidak memberangkatkan jamaah haji pada musim haji 2020/1441 H karena pandemi Covid-19.

Pembatalan pemberangkatan jamaah haji tersebut berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 494/2020.

Sesuai dengan amanat undang-undang, selain persyaratan ekonomi dan fisik, kesehatan dan keselamatan jamaah haji harus diutamakan mulai dari embarkasi, di Tanah Suci, hingga kembali ke Tanah Air.

Wisata Jogja Akan Dibuka Lagi, Dispar Setempat Siapkan Prosedur ‘New Normal’

ilustrasi (foto: harianjogja.com)

MTN, Jakarta – Pariwisata Yogyakarta akan dibuka kembali, Dispar DIY siapkan prosedur New Normal. Seperti apa?

Dilansir dari Detik, Dinas Pariwisata (Dispar) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sedang menyiapkan standar operasional prosedur (SOP) industri pariwisata untuk kondisi new normal.

Sejumlah hotel di Yogyakarta akan kembali dibuka mulai bulan Juni 2020 nanti.

Yogyakarta memilih untuk menjalani new normal atau normal baru. Dispar DIY menggodok protokol kesehatan merujuk virus Corona.

“Nampaknya COVID-19 ini akan panjang, sesuai dengan pernyataan presiden, akan ada penyesuaian perilaku perubahan tatanan kehidupan yang akan berdampingan dengan Corona, dan pasti dunia pariwisata juga akan masuk tatanan kehidupan baru, tentunya mengacu pada protokol kesehatan, kebersihan, keamanan untuk wisatawan,” ujar Kepala Dispar DIY, Singgih Raharjo.

Singgih bilang protokol secara umum yang bisa diterapkan di destinasi wisata sudah dilakukan. Contohnya, memakai masker, mengukur suhu tubuh, dan menyediakan tempat cuci tangan atau hand sanitizer. Kini, mereka tinggal menggodok detail protokol kesehatan untuk memutus rantai penyebaran COVID-19 di area wisata.

“Kalau protokol secara umum itu sudah, kalau di pariwisata nanti didetailkan lagi. Contohnya kalau kemudian di hotel apakah pada saat tamu check out bagaimana cara membersihkannya. Tentunya dengan new normal ini akan dilakukan (disemprot) disinfektan dulu kemudian didiamkan satu hari satu malam dulu baru diisi kembali,” dia menjelaskan.

Dia pun masih akan membahas SOP baru dalam industri pariwisata ini dengan akademisi dan GIPI DIY.

“Kami selesaikan secepatnya, sekarang sudah ada draftnya, setelah Lebaran kita bahas serius dengan akademisi, pelaku tentunya untuk bisa menghasilkan SOP dengan baik dan itu bisa diterapkan,” kata dia.

Yogyakarta juga terus melakukan persiapan-persiapan di destinasi wisata. Meliputi, pembersihan destinasi wisata, perbaikan fasilitas, penambahan fasilitas kebersihan, penyediaan fasilitas cuci tangan, dan peningkatan SDM.

“Tahapannya kita siapkan, termasuk sekarang kita menyiapkan fasilitas cuci tangan dan kebersihan di destinasi wisata, bertahap, agar tidak ada klaster baru dari pariwisata. Tujuannya bisa berwisata dengan aman sesuai protokol, harus hati-hati (dalam membuat SOP),” ujar dia.

Salah satu yang bisa diterapkan menurut Singgih yakni membuat model reservasi untuk destinasi wisata. Sehingga, saat nanti destinasi wisata dibuka tetap ada jaga jarak sosial (social distancing).

“Makanya harus ada penyesuaian antara destinasi, pengelola kemudian wisatawan sehingga perlu ada manajemen pengunjung. Apakah kemudian nanti kita siapkan model reservasi supaya memastikan ada social distancing,” kata dia.

Terkait waktu pembukaan destinasi wisata, Singgih masih menunggu rekomendasi dari Gugus Tugas Penanganan COVID-19 DIY dan Pemda DIY. Saat ini pihaknya memastikan persiapan untuk pembukaan wisata berjalan lancar sehingga nantinya jika sudah dibuka semua destinasi wisata termasuk SDM siap menyambut wisatawan.

“Berkaitan dengan kapan dibukanya destinasi wisata tentunya akan melihat kesiapan baik SDM maupun destinasi. Kami juga masih melihat kondisi perkembangan Corona sembari menunggu rekomendasi dari gugus tugas,” kata dia.

Hotel di Mesir Kembali Dibuka, Pasca Lockdown Dilonggarkan

ilustrasi (foto: ahram.org)

MTN, Jakarta – Hotel-hotel di Mesir kembali dibuka, pasca lockdown dilonggarkan. Seperti apa?

Dilansir dari iNews, meski sudah kembali dibuka, hotel-hotel tersebut hanya menerima pengunjung sebesar 25 persen dan harus menyiapkan klinik serta dokter untuk mencegah penyebaran virus corona.

Pihak hotel juga diimbau untuk menerima wisatawan dari dalam negeri (domestik) saja, disertai dengan penerapan standar kesehatan seperti pemeriksaan suhu, menyediakan disinfektan dan menyiapkan ruangan khusus sebagai area karantina bagi mereka yang diduga terinfeksi virus corona.

Sebelum memasuki hotel, para pekerja wajib menjalani rapid test. Sementara untuk calon pengunjung harus memesan kamar terlebih dahulu secara online.

Sementara pada 1 Juni 2020, hotel akan mendapatkan tambahan kapasitas kunjungan sebesar 50 persen. Namun, acara seperti pernikahan, mengatur kegiatan hiburan, dan menyediakan makanan dengan prasmanan tidak diizinkan.

Perdana Menteri Mostafa Madbouly mengatakan, sektor pariwisata Mesir akan kembali normal secara bertahap setelah Ramadan. Hal ini terlihat dari mulai banyaknya pebisnis membuka kembali usaha saat Ramadhan kemarin.

Arab Saudi Longgarkan Lockdown, Maskapai Penerbangannya Akan Kembali Beroperasi

Saudi Arabian Airlines (foto: kabarpenumpang.com)

MTN, Jakarta – Kerajaan Arab Saudi longgarkan lockdown, maskapai penerbangan mereka akan kembali beroperasi pada akhir Mei ini. Seperti apa?

Dilansir dari Detik, perusahaan maskapai penerbangan Arab Saudi sedang bersiap untuk membuka kembali sejumlah penerbangan domestik mulai 31 Mei. Hal ini dilakukan usai kerajaan Saudi mulai melonggarkan pembatasan untuk mencegah penularan virus Corona.

Sebanyak 60 buah penerbangan akan dimulai kembali, setiap hari mulai tahap pertama pada Minggu (31/5). Kantor berita Arab Saudi melaporkan bahwa larangan melakukan perjalanan domestik, mengadakan salat di masjid-masjid, dan kehadiran di tempat kerja, baik di sektor pemerintah maupun swasta, akan dicabut mulai 31 Mei.

Sebelumnya, Arab Saudi menyatakan akan mengakhiri jam malam yang diberlakukan secara nasional untuk membatasi penyebaran virus Corona (COVID-19). Jam malam akan diakhiri mulai 21 Juni mendatang untuk seluruh wilayah Saudi, kecuali kota suci Mekah.

Aktivitas salat di seluruh masjid di luar Mekah juga akan diperbolehkan kembali mulai 31 Mei mendatang. Hal tersebut disampaikan oleh Kementerian Dalam Negeri Saudi dalam pengumuman via kantor berita Saudi Press Agency (SPA).

Jam malam di Saudi telah diberlakukan selama dua bulan terakhir. Saat Idul Fitri, otoritas Saudi memberlakukan jam malam penuh atau 24 jam di seluruh wilayahnya.

Kementerian Dalam Negeri Saudi menyatakan bahwa pembatasan akan mulai dilonggarkan secara bertahap pada pekan ini, dengan jam malam dilonggarkan antara pukul 06:00 pagi hingga pukul 15:00 sore, antara Kamis hingga Sabtu.

Mulai Minggu hingga tanggal 20 Juni mendatang, jam malam akan dilonggarkan hingga pukul 20.00 waktu setempat. Kemudian pada 21 Juni, seluruh jam malam akan dicabut sepenuhnya.

“Mulai Kamis (28/5), Kerajaan akan memasuki fase baru (penanganan pandemi Corona) dan akan secara bertahap kembali ke normal dengan didasarkan pada aturan social distancing,” ujar Menteri Dalam Negeri Saudi, Tawfiq Al-Rabiah, dalam pernyataannya.

Arab Saudi sejauh ini melaporkan sekitar 75 ribu kasus virus Corona, dengan nyaris 400 kematian.

Pada Maret lalu, Saudi menangguhkan aktivitas ibadah umroh karena kekhawatiran penyebaran virus Corona. Kementerian Dalam Negeri Saudi menyatakan bahwa penangguhan itu masih akan diberlakukan.

Otoritas Saudi belum mengumumkan apakah ibadah haji tahun ini, yang dijadwalkan pada akhir Juli, masih akan digelar. Namun pemerintah Saudi sebelumnya mengimbau umat muslim untuk sementara menunda persiapan ibadah haji.

Tengah Pandemi, Kota Mataram Tutup Objek Wisata Religi

MTN, Jakarta – Pemerintah Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, menutup sementara sejumlah objek wisata religi. Seperti apa?

Dilansir dari Antara, beberapa objek wisata religi yang ditutup terutama adalah dua makam yang dikeramatkan warga di Pulau Lombok, untuk menghindari adanya aktivitas ziarah makam saat Lebaran Topat 1441 Hijriah di tengah pandemi COVID-19.

“Tahun ini kami meniadakan kegiatan perayaan Lebaran Topat atau ketupat yang dirayakan seminggu setelah Lebaran Idul Fitri, yakni pada 8 Syawal, guna memutus mata rantai penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19),” kata Wali Kota Mataram H Ahyar Abduh di Mataram.

Dengan demikian, semua makam yang dikeramatkan terutama Makam Loang Baloq di Kecamatan Sekarbela dan Makam Bintaro di Kecamatan Ampenan, yang menjadi tujuan ziarah makam saat Lebaran Topat, ditutup.

“Kami juga menutup objek wisata di kawasan pantai yang menjadi pusat keramaian saat Lebaran Topat, serta melakukan rekayasa lalulintas guna mencegah keramaian, sesuai dengan protokol COVID-19,” katanya.

Peniadaan kegiatan Lebaran Topat ini, lanjut wali kota, telah dilakukan sosialisasi kepada camat dan lurah untuk diteruskan hingga tingkat lingkungan agar masyarakat bisa merayakan Lebaran Topat di rumah saja bersama keluarga.

“Karena itu, tim gugus juga akan melakukan pengawasan dengan menempatkan sejumlah aparat dari tim terpadu pada titik-titik yang berpotensi menjadi pusat keramaian saat Lebaran Topat,” katanya.

Dua makam yang menjadi pusat perayaan Lebaran Topat di Mataram adalah Makam Bintaro di Kecamatan Ampenan dan Makam Loang Baloq di Kecamatan Sekarbela yang merupakan makam seorang ulama besar yang berhasil menyebarkan agama Islam di Pulau Lombok.

Perayaan Lebaran Topat diawali dengan ziarah makam kemudian dirangkaikan dengan kegiatan selakaran, zikir, doa dan “ngurisan” atau cukur rambut bayi dan dilanjutkan dengan sejumlah acara adat salah satunya pemotongan “Topat Agung Kote Mentaram” sebagai tanda dimulainya perayaan Lebaran Topat.

Saat Lebaran Topat, hampir seluruh garis pantai Kota Mataram sepanjang 9 kilometer dipenuhi oleh masyarakat yang merayakan Lebaran Topat.

Kondisi serupa juga terjadi di kabupaten lainnya di Pulau Lombok, baik itu Lombok Barat, Lombok Utara, Lombok Tengah maupun Lombok Timur.

Masjid Al Aqsa Tutup Selama Bulan Ramadhan

MTN, Jakarta – Masjid Al Aqsa perpanjang masa penutupan selama Ramadhan ini. Seperti apa?

Dampak pandemi Corona, kompleks Masjid Al Aqsa akan memperpanjang penutupan hingga Ramadhan. Ulama setempat telah mengumumkan hal ini.

Dilansir dari Detik Travel, saat Ramadhan tiba, untuk sementara umat Islam tak bisa beribadah di masjid Al Aqsa, Yerusalem.

Masjid Al Aqsa akan ditutup untuk jama’ah muslim selama bulan Ramadhan. Hal ini disebabkan oleh wabah pandemi virus Corona yang belum kunjung berakhir.

Dewan wakaf Islam di Yerussalem, mengatakan keputusan untuk menutup Masjid Al Aqsa pada bulan Ramadhan ini menyakitkan. Seharusnya di bulan suci ini umat islam dapat melakukan segala kegiatan ibadah bersama di dalam masjid.

Dewan Wakaf mengatakan keputusan ini sejalan dengan fatwa/pendapat para ulama dan juga usulan medis. Untuk menjaga kesehatan dan keselamatan, umat islam dianjurkan untuk melakukan segala kegiatan ibadah di dalam rumah.

“(Muslim harus) melakukan salat di rumah mereka selama bulan Ramadhan untuk menjaga kesehatan mereka,” kata dewan.

Suara Adzan akan tetap terus dikumandangkan lima kali sehari. Salat Tarawih dan Idul Fitri pun tetap dilaksanakan namun hanya untuk imam masjid, staf wakaf dan penjaga Al Aqsa.

Sebelumnya, Al Aqsa memang sudah ditutup sejak 23 Maret 2020, namun kebijakan ini diperpanjang hingga waktu yang belum ditentukan.

Menjalankan Ibadah Ramadhan di tengah Pandemi Corona

ilustrasi (gambar: farmasi.ugm.ac.id)

MTN, Jakarta – Muslim di seluruh dunia hari ini (24/4) serentak memasuki bulan Ramadhan di tengah pandemi Corona, dengan larangan pemerintah untuk ibadah berjamaah dan mudik.

Dilansir dari AFP, Muslim di seluruh dunia mulai menunaikan ibadah Ramadhan di tengah pandemi Corona, dengan larangan pemerintah untuk ibadah berjamaah dan mudik. Namun di beberapa negara himbauan tersebut tidak dilakukan, sehingga menimbulkan ketakutan akan naiknya angka infeksi.

Bulan puasa tahun ini di Asia, Timur Tengah dan Afrika Utara, diberlakukan larangan sholat berjamaah di masjid, bertemu kerabat dan teman untuk buka puasa.

Pembatasan telah meredam semangat di Indonesia, dunia negara mayoritas Muslim terbesar, karena organisasi keagamaan nasional setempat telah meminta umat untuk tetap tinggal di rumah.

“Ramadhan kali ini sangat berbeda – hanya saja tidak meriah,” kata Ibu rumah tangga bernama Fitria Famela.

“Saya kecewa karena saya tidak bisa pergi ke masjid, tetapi apa yang bisa kita lakukan? Dunia berbeda sekarang,” tambahnya.

Mohamad Shukri Mohamad, ulama Islam terkemuka di kalangan konservatif negara bagian Malaysia, Kelantan, berencana untuk melewatkan ibadah berjamaah di masjid.

“Ini adalah pertama kalinya dalam hidup saya tidak dapat ibadah berjamaah masjid, ” katanya kepada AFP.

“Tapi kita harus menerimanya dan mematuhi aturan jarak sosial untuk lindungi hidup kita,”

Malaysia yang mayoritas Muslim telah memperpanjang lockdown hingga pertengahan bulan Mei nanti untuk masjid, sekolah, dan sebagian besar tempat bisnis.

Pos-pos pemeriksaan polisi juga disiapkan untuk menangkap para pelanggar aturan.

Bahkan pasar kaget Ramadhan di Malaysia yang populer, tempat Muslim membeli makanan lezat setempat sebelumnya untuk berbuka puasa, telah dilarang.

Sebaliknya, orang Malaysia hanya bisa memesan dari apa yang disebut “e-bazaar”, di mana orang memesan barang secara online dan mengirimkannya ke rumah mereka.

Di negara tetangga Indonesia, terjadi kekhawatiran akan lonjakan kasus virus Corona, karena jutaan orang bepergian ke kota asal dan desa mereka pada akhir Ramadhan nanti, sehingga memaksa pemerintah setempat untuk mengeluarkan larangan.

Pemerintah Indonesia juga telah mengumumkan tindakan keras terhadap semua orang yang melakukan perjalanan udara dan laut.

Warga Jakarta yang bernama Erik Febrian mengatakan ia mengandalkan komputer untuk tetap berhubungan dengan orang tuanya di luar kota, sampai ia bisa bertemu langsung dengan mereka pada akhir Ramadhan.

“Berkat teknologi saya dapat melakukan panggilan video ke orang tua saya setiap hari selama Ramadhan,” pungkasnya.

Bentuk Dukungan untuk Lawan Corona, Ratusan Masjid di Eropa Kumandangkan Azan

ilustrasi (gambar: bahrulmaghfiroh.com)

MTN, Jakarta – Dalam rangka bentuk dukungan solidaritas untuk lawan virus Corona, ratusan masjid di Jerman dan Belanda kumandangkan azan. Seperti apa?

Dilansir dari Republika, hampir 100 masjid di Jerman dan Belanda melantunkan azan pada hari Jumat pekan pertama April 2020, sebagai bentuk dukungan kepada umat Islam di negara mereka yang tengah dilanda pandemi virus corona.

Azan tersebut dilantunkan dari dua masjid yang berada di bawah naungan Islamic National View dan Asosiasi Muslim Turki (DITIB).

Seorang perwakilan dari DITIB, Fahrettin Alptekin, mengatakan kepada Anadolu Agency, bahwa azan dapat didengar di lebih dari 50 masjid lokal.

Menurut Alptekin, umumnya suara azan yang dikumandangkan melalui pengeras suara masjid dilarang di Jerman, kecuali jika ada acara khusus.

Jerman sendiri diketahui merupakan salah satu negara di Eropa yang terdampak Covid-19 cukup parah.

Sementara itu, di Belanda suara azan juga berkumandang secara luas melalui pengeras suara sebagai bentuk solidaritas untuk melawan pandemi virus corona.