Taiwan Lakukan Banyak Hal Demi Pikat Wisatawan Indonesia

ilustrasi (foto: Tribun News)

MTN, Jakarta – Rupanya besarnya angka kunjungan wisatawan Indonesia membuat Taiwan lakukan banyak upaya demi kemajuan dunia pariwisata di negara mereka. Seperti apa?

Dilansir dari Detik, Taiwan Tourism Bureau Indonesia melakukan berbagai langkah untuk memikat turis Indonesia datang ke Taiwan. Mereka pun menjalin kerja sama dengan para seniman terbaik Indonesia hingga menyediakan layanan wisata Halal di sana.

Setelah sukses menjalin kerja sama dengan 12 orang creator Indonesia di platform TikTok dan Instagram, Taiwan Tourism Bureau Indonesia juga sukses menjalankan program promosi pariwisata dengan menghadirkan kampanye medsos bertagar #KejarMobilTaiwan untuk meningkatkan minat untuk berwisata ke Taiwan.

Dengan mengerahkan lebih dari 300 mobil yang dihias dengan branding pariwisata Taiwan, masyarakat di sekitar Jabodetabek akan dapat melihat sekilas Taiwan melalui ilustrasi yang indah. Traveler pun juga diajak mengikuti kampanye giveaway berhadiah menarik yang diselenggarakan oleh akun media sosial Taiwan Tourism Administration ID. Dan kampanye giveaway ini berhasil mendapatkan reaksi positif dari masyarakat Indonesia.

Kampanye #KejarMobilTaiwan ini berkolaborasi dengan KROOSYL, studio desain eksperimental asal Indonesia, menghadirkan dua karya desain visual lima seniman lokal asal Tangerang. Karya visual yang menampilkan aspek alam, budaya, dan berbagai ikon modern Taiwan ini mengusung konsep “Taiwan for Everyone” dan “This is Taiwan”.

Untuk desain visual ‘Taiwan for Everyone’, masyarakat disuguhkan pemandangan indah dan aktivitas bersepeda yang dapat dinikmati dengan bebas oleh keluarga segala usia. Sedangkan konsep “This is Taiwan” menyuguhkan pesona musim Sakura sambil menikmati perjalanan kereta Taiwan, kereta cepat Taiwan, dan Kereta Alishan yang terkenal di kalangan wisatawan.

Abe Chou, Direktur Kantor Administrasi Pariwisata Taiwan KL, mengatakan kampanye promosi pariwisata ini ingin mengajak wisatawan Indonesia untuk mengenal lebih jauh keindahan dan sisi modern Taiwan sebagai tujuan wisata utama jelang libur panjang akhir tahun depan.

“Kami sangat senang dapat meningkatkan kesadaran akan Taiwan sebagai tujuan wisata, dan semoga melalui acara ini dapat semakin menarik minat masyarakat untuk berkunjung,” kata Abe.

“Ada banyak aspek yang dapat dinikmati dari Taiwan, mulai dari pemandangan alam, kekayaan budaya, masakan lezat, dan aktivitas menyenangkan lainnya yang dapat dinikmati oleh segala usia. Kita juga punya banyak tempat wisata ramah Muslim, jadi ini kesempatan yang sangat menarik untuk mengunjungi negara kita,” tambahnya.

Sediakan hotel dan restoran Halal

Taiwan dikenal dengan bentang pemandangan yang sangat indah. Selain itu, negara ini juga memiliki ragam kuliner yang ramah untuk keluarga. Ditambah lagi dengan kehadiran beragam sejarah budaya serta tampilan atraksi tradisional hingga modern.

Taiwan menawarkan berbagai tempat indah seperti Alishan, Danau Sun Moon, pasar malam Taiwan yang terkenal, kawasan perbelanjaan terlengkap serta berbagai museum seni. Taiwan juga ramah untuk wisatawan Muslim kok.

Taiwan menyediakan lebih dari 300 lokasi restoran hingga hotel yang sudah memperoleh bersertifikat Halal secara resmi sehingga traveler Indonesia dipastikan dapat bepergian dengan nyaman.

“Indonesia adalah pasar yang signifikan bagi kami, dan kami berharap hal ini akan mendorong lebih banyak orang Indonesia untuk mengunjungi negara kami. Ada sesuatu untuk semua orang di Taiwan, dan melalui kampanye ini, kami bertujuan untuk mendapatkan lebih banyak minat dan berbagi lebih banyak, dan kami berharap dapat segera menyambut Anda untuk menikmati Taiwan,” pungkas Abe.

Optimisasi Wisata Halal di Jateng untuk Genjot Ekonomi Setempat

ilustrasi (foto: Cheria Travel)

MTN, Semarang – Jawa Tengah disebut berpeluang untuk meningkatkan perekonomian melalui pariwisata halal. Untuk itu, sejumlah pihak terus berupaya mengembangkan wisata halal di wilayah tersebut.

Dilansir dari Kompas, sejumlah pihak terus berupaya mengoptimalkan potensi pariwisata halal untuk menggenjot perekonomian di Jawa Tengah. Berbagai upaya terus dilakukan, seperti membentuk Komite Daerah Ekonomi dan Keuangan Syariah atau KDEKS serta mendorong penerbitan peraturan gubernur terkait pariwisata halal dan ekonomi syariah.

Wakil Gubernur Jateng Taj Yasin Maimoen mengatakan, pada 2024 Indonesia bakal kedatangan sekitar 35.000 pelancong mancanegara dalam acara Global Moeslem Travel Index (GMTI). Para pelancong tersebut diharapkan bisa tertarik untuk berkunjung dan membelanjakan uangnya di Jateng sehingga perekonomian di Jateng bisa turut terdongkrak.

Yasin menyebut, Jateng sudah menyiapkan sejumlah hal, seperti membentuk KDEKS yang memiliki peta jalan sesuai dengan kebijakan pemerintah pusat. KDEKS Jateng dan dinas-dinas terkait akan mengajukan usulan peraturan gubernur terkait pariwisata halal dan ekonomi syariah. Pergub tersebut akan mengatur kriteria-kriteria yang harus dipenuhi oleh pelaku usaha pariwisata halal, baik pelaku usaha wisata, kuliner, maupun perhotelan.

”Kami sudah menginstruksikan supaya segera disiapkan apa saja yang diperlukan. Misalnya, hotel yang ramah Muslim. Di hotel yang ramah Muslim harus dicari tahu juga apa saja kebutuhannya, seperti mushala. Lalu, apakah makanannya harus dipisah atau bagaimana sehingga para pelancong bisa tinggal lebih lama,” ujar Yasin (3/8).

Yasin juga berharap pelaku usaha makanan memperhatikan kehalalan produk, dari hulu hingga hilir. Untuk itu, Pemeritah Provinsi Jateng bersama pihak-pihak terkait berupaya mendirikan rumah pemotongan hewan (RPH) dan rumah pemotongan unggas (RPU) yang halal.

Ketua Majelis Ulama Indonesia Jateng, Ahmad Daroji, juga mendorong pengembangan wisata yang ramah Muslim di Jateng. Sebab, dari sisi devisa, perputaran uang dari wisata halal global bisa mencapai 274 miliar dollar AS.

”Kita sudah punya payung hukum tentang produk halal yang mendorong kita untuk berwisata karena banyak hikmah yang akan didapatkan. Selain bisa menjadikan tubuh lebih sehat, berwisata akan jadi sumber pertumbuhan ekonomi dan rezeki bagi masyarakat,” ujar Daroji.

Menurut Daroji, saat ini tengah berlangsung sertifikasi terhadap 10 juta UMKM dengan jumlah pelaku usaha 59,2 juta. Dengan upaya tersebut, kepercayaan masyarakat terhadap produk-produk UMKM di Jateng bisa terus meningkat.

Lombok Tengah Belajar Terapkan Wisata Halal saat Ramadan

Lombok (foto: Cheria Travel)

MTN, Jakarta – Wilayah Lombok Tengah mulai terapkan wisata halal saat bulan Ramadan ini. Seperti apa?

Dilansir dari GenPi, Kepala Dinas Pariwisata (Kadispar), Lendek Jayadi, mengimbau kepada para pemilik atau pengelola tempat hiburan malam di daerah pariwisata untuk ikut menjaga kekondusifan selama Ramadan 2023.

Lendek mengungkapkan Ramadan 2023 harus dijadikan sebagai pembelajaran menerapkan wisata halal.

Menurutnya, menjaga keamanan dan kenyamanan sejalan dengan pengembangan pariwisata halal yang saat ini digalakkan pemerintah.

“Ramadan ini bisa dijadikan pembelajaran dalam menerapkan wisata halal,” ujar Lendek, Kamis (30/3).

Pihaknya berpesan agar atraksi yang sifatnya negatif ditinggalkan dan fokus beribadah.

“Semua kegiatan yang tidak baik harus ditinggalkan,” tambah Lendek yang juga Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) wilayah Lombok Tengah itu.

Lendek mengungkapkan jajaran bahwa kepolisian dan satpol PP aktif melaksanakan patroli menyasar hiburan malam demi menciptakan keamanan dan kenyamanan.

Pihaknya menyebut pemerintah setempat juga telah mengeluarkan surat edaran untuk mengatur jadwal operasi berjualan makanan dan minuman serta tempat hiburan selama Ramadan.

Wisata Halal Menurut Pengamat Industri Pariwisata

ilustrasi (gambar: Cheria Travel)

MTN, Jakarta – Wisata halal masih saja menimbulkan perdebatan di kalangan masyarakat luas. Tapi seperti apa pendapat pengamat industri pariwisata tentang wisata halal?

Dilansir dari SindoNews, Sapta Nirwandar, pemerhati pariwisata Indonesia dan juga Chairman di Indonesia Halal Lifestyle Center, memberikan opininya tentang topik tersebut.

Berwisata saat ini tidak hanya bagian dari kebutuhan seorang muslim, tetapi sudah menjadi bagian dari gaya hidup (lifestyle) muslim global.

Pada 2019, menurut The State Global Islamic Economy Report 2020/21, paling tidak sekitar 200,3 juta perjalanan muslim keluar negeri dengan pengeluaran lebih dari USD194 miliar. Dalam laporan tersebut disebutkan juga bahwa Indonesia menempati peringkat lima terbesar outbond (wisatawan ke luar negeri) muslim travel countries setelah Arab Saudi, UEA, Qatar, dan Kuwait. Adapun top destination Indonesia nomor 6 di bawah UEA, Turki, Thailand, dan Tunisia. Malaysia masih teratas. Dengan daya tarik Indonesia, baik alam maupun budaya yang terkait dengan dunia Islam, mestinya mampu untuk menjadi top destination halal tourism dunia. Dari jumlah kunjungan wisatawan muslim, Indonesia hanya dikunjungi 3,4 juta wisatawan, sedangkan Malaysia mencapai 6,4 juta, dan Thailand 5,2 juta pada 2018.

Kunjungan muslim global ke Indonesia relatif masih kecil dibandingkan negara-negara ASEAN yang muslimnya relatif kecil seperti Thailand, Korea, Jepang. Apalagi dibandingkan Malaysia dan Singapura. Negara-negara ASEAN ini sangat serius menyiapkan pelayanan untuk menjaring wisatawan muslim dari berbagai penjuru dunia agar berkunjung ke negaranya. Hal yang relatif mudah dilakukan yakni menyediakan restoran halal, kafe, dan sarana ibadah untuk mempermudah pelayanan. Juga sudah tersedia guide book untuk pelancong muslim online maupun offline.

Di Kota Bangkok, Thailand, yang terkenal dengan dunia hiburannya tetap tumbuh restoran halal dan hotel halal seperti Al Meroz, hotel bintang empat yang mempunyai slogan “the leading halal hotel”. Demikian juga Jepang, selain menyediakan restoran halal dan fasilitas ibadah bagi umat Islam di bandara, ada pula rest area yang menyediakan tempat ibadah serta makanan halal. Pemerintah Jepang juga sangat memperhatikan pelayanan bagi umat Islam. Di event internasional, Olympic Games yang sedianya diselenggarakan pada 2020 dan diundur menjadi 2021, Jepang akan menyediakan makanan halal, fasilitas ibadah bagi atlet muslim. Betapa hebatnya Pemerintah Jepang.

Lebih lengkap lagi pelayanan hotel-hotel di Turki. Di Antalya, misalnya, tidak hanya menyediakan makanan halal serta fasilitas ibadah, tetapi juga tersedianya kolam renang dan pantai yang terpisah untuk perempuan dan laki-laki sebagai pelayanan yang eksklusif. Di Prancis dan Inggris ada hotel mahal yang menyediakan makanan halal dan fasilitas lain by request untuk pelancong muslim tanpa mengubah jenis fasilitas yang ada di hotel.

Dapat disimpulkan bahwa wisata halal tidak memiliki kaitan dengan agama, hanya menjadi layanan tambahan bagi para wisatawan muslim yang berlibur ke destinasi wisata sehingga tidak mengubah tatanan adat, nilai budaya, apalagi agama di negara-negara tersebut.

Adapun wisata halal, menurut Sapta Nirwandar, adalah pelayanan tambahan, extended services, bagi pelancong muslim seperti penyediaan kebutuhan utama makanan halal, fasilitas ibadah, dan sebagainya di destinasi pariwisata, fasilitas perbelanjaan, museum, hotel, restoran, kafe, serta objek wisata.

Seorang pakar pemasaran dari Inggris, Jonathan AJ Wilson, mengatakan, “My new pragmatic definition for halal tourism: a God-conscious approach to offering Muslims equal access to facilities.”

“Pelayananlah yang menjadi kunci wisata halal (equal acces to facilities) bagi pelancong muslim sehingga memberikan kemudahan dan kenyamanan. Wisata halal bukan berarti mengubah suatu kawasan sesuai syariat Islam, melainkan destinasi tersebut memiliki fasilitas atau pelayanan yang ramah bagi wisatawan muslim,” pungkas Sapta Nirwandar.