Lombok Tengah Belajar Terapkan Wisata Halal saat Ramadan

Lombok (foto: Cheria Travel)

MTN, Jakarta – Wilayah Lombok Tengah mulai terapkan wisata halal saat bulan Ramadan ini. Seperti apa?

Dilansir dari GenPi, Kepala Dinas Pariwisata (Kadispar), Lendek Jayadi, mengimbau kepada para pemilik atau pengelola tempat hiburan malam di daerah pariwisata untuk ikut menjaga kekondusifan selama Ramadan 2023.

Lendek mengungkapkan Ramadan 2023 harus dijadikan sebagai pembelajaran menerapkan wisata halal.

Menurutnya, menjaga keamanan dan kenyamanan sejalan dengan pengembangan pariwisata halal yang saat ini digalakkan pemerintah.

“Ramadan ini bisa dijadikan pembelajaran dalam menerapkan wisata halal,” ujar Lendek, Kamis (30/3).

Pihaknya berpesan agar atraksi yang sifatnya negatif ditinggalkan dan fokus beribadah.

“Semua kegiatan yang tidak baik harus ditinggalkan,” tambah Lendek yang juga Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) wilayah Lombok Tengah itu.

Lendek mengungkapkan jajaran bahwa kepolisian dan satpol PP aktif melaksanakan patroli menyasar hiburan malam demi menciptakan keamanan dan kenyamanan.

Pihaknya menyebut pemerintah setempat juga telah mengeluarkan surat edaran untuk mengatur jadwal operasi berjualan makanan dan minuman serta tempat hiburan selama Ramadan.

Sambut Ramadhan, Objek Wisata Populer di Pasuruan Gelar Bazaar

Ngopibareng Pintu Langit (foto: Travels Promo)

MTN, Jakarta – Menyambut Ramadhan 2022, objek wisata populer di Pasuruan, Ngopibareng Pintulangit, menggelar bazar. Seperti apa?

Dilansir dari TribunNews, memasuki bulan Ramadhan 2022, lokasi wisata Ngopibareng PintuLangit di Ledug, Prigen, Pasuruan, Jawa-Timur, akan menggelar ‘Pesta Rakyat’.

Ini adalah sebuah festival dan bazaar Ramadhan yang rutin diselenggarakan di tengah gunung setiap harinya selama bulan suci tersebut.

“Ramadhan adalah momentum untuk mendekatkan diri dengan keluarga dan kerabat, dan itu bisa dilakukan di festival Ramadhan di PintuLangit kali ini,” kata Farid Irmawan, Manager Ngopibareng Pintulangit.

Ada beragam kegiatan, diantaranya adalah ngabuburit menikmati sunset di area Pintulangit diiringi live music religi.

Ada banyak bazaar makanan UMKM, area permainan anak, area piknik yang luas hingga spot foto cantik dengan dekorasi unik khusus bulan Ramadhan.

Ngabuburit sangat nikmat karena area wisata halal ini berada di perbukitan Prigen dengan ketinggian 800 meter di atas permukaan laut.

“Menjelang buka puasa, sambil menikmati sunset dan menunggu adzan magrib. Suasana yang tentu sangat ditunggu bagi umat muslim. Setelah berbuka, para pengunjung dapat melanjutkan ibadah tarawih dengan nyaman di dalam area wisata” kata Farid.

“Tujuan kegiatan ini untuk menjadikan area Pintulangit sebagai tempat yang nyaman dalam mendekatkan diri pada Allah dengan cara mengadakan kegiatan yang positif selama bulan Ramadhan,” ujar Farid.

Selama Festival Ramadhan ‘Pesta Rakyat’, tersedia bazaar food truck, bursa baju import, Pameran lukisan dan Parade musik religi di area Ngopibareng Pintulangit

Kegiatan selama Ramadhan di Pintulangit akan dimulai pukul 15.00-15.30 dengan tadarus Al Qur’an, kemudian 15.30-17.30 live music religi dan Ngabuburit, lantas pukul 17.30-18.15 buka puasa dan salat magrib berjamaah.

Selain itu pada pukul 18.15-18.45 ada tausiyah, kemudian pukul 18.45-19.45 salat isyak berjamaah dan tarawih, kemudian pada pukul 19.45-22.00 akan ditutup dengan musik religi.

Menjalankan Ibadah Ramadhan di tengah Pandemi Corona

ilustrasi (gambar: farmasi.ugm.ac.id)

MTN, Jakarta – Muslim di seluruh dunia hari ini (24/4) serentak memasuki bulan Ramadhan di tengah pandemi Corona, dengan larangan pemerintah untuk ibadah berjamaah dan mudik.

Dilansir dari AFP, Muslim di seluruh dunia mulai menunaikan ibadah Ramadhan di tengah pandemi Corona, dengan larangan pemerintah untuk ibadah berjamaah dan mudik. Namun di beberapa negara himbauan tersebut tidak dilakukan, sehingga menimbulkan ketakutan akan naiknya angka infeksi.

Bulan puasa tahun ini di Asia, Timur Tengah dan Afrika Utara, diberlakukan larangan sholat berjamaah di masjid, bertemu kerabat dan teman untuk buka puasa.

Pembatasan telah meredam semangat di Indonesia, dunia negara mayoritas Muslim terbesar, karena organisasi keagamaan nasional setempat telah meminta umat untuk tetap tinggal di rumah.

“Ramadhan kali ini sangat berbeda – hanya saja tidak meriah,” kata Ibu rumah tangga bernama Fitria Famela.

“Saya kecewa karena saya tidak bisa pergi ke masjid, tetapi apa yang bisa kita lakukan? Dunia berbeda sekarang,” tambahnya.

Mohamad Shukri Mohamad, ulama Islam terkemuka di kalangan konservatif negara bagian Malaysia, Kelantan, berencana untuk melewatkan ibadah berjamaah di masjid.

“Ini adalah pertama kalinya dalam hidup saya tidak dapat ibadah berjamaah masjid, ” katanya kepada AFP.

“Tapi kita harus menerimanya dan mematuhi aturan jarak sosial untuk lindungi hidup kita,”

Malaysia yang mayoritas Muslim telah memperpanjang lockdown hingga pertengahan bulan Mei nanti untuk masjid, sekolah, dan sebagian besar tempat bisnis.

Pos-pos pemeriksaan polisi juga disiapkan untuk menangkap para pelanggar aturan.

Bahkan pasar kaget Ramadhan di Malaysia yang populer, tempat Muslim membeli makanan lezat setempat sebelumnya untuk berbuka puasa, telah dilarang.

Sebaliknya, orang Malaysia hanya bisa memesan dari apa yang disebut “e-bazaar”, di mana orang memesan barang secara online dan mengirimkannya ke rumah mereka.

Di negara tetangga Indonesia, terjadi kekhawatiran akan lonjakan kasus virus Corona, karena jutaan orang bepergian ke kota asal dan desa mereka pada akhir Ramadhan nanti, sehingga memaksa pemerintah setempat untuk mengeluarkan larangan.

Pemerintah Indonesia juga telah mengumumkan tindakan keras terhadap semua orang yang melakukan perjalanan udara dan laut.

Warga Jakarta yang bernama Erik Febrian mengatakan ia mengandalkan komputer untuk tetap berhubungan dengan orang tuanya di luar kota, sampai ia bisa bertemu langsung dengan mereka pada akhir Ramadhan.

“Berkat teknologi saya dapat melakukan panggilan video ke orang tua saya setiap hari selama Ramadhan,” pungkasnya.