Agen-Agen Perjalanan di Sumut Sudah Terlatih Layani Wisata Halal

Danau Toba (foto: okezone.com)

MTN, Medan – Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia/Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita), mengatakan bahwa agen-agen perjalanan di Sumatera Utara sudah terlatih layani wisata halal. Seperti apa?

Dilansir dari Republika, Ketua DPD Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia/Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita) Sumatra Utara, Solahuddin Nasution, memastikan agen-agen perjalanan anggotanya terlatih melayani wisata halal.

“Biro perjalanan dapat memenuhi semua kebutuhan wisatawan, baik ibadah maupun makanan halal,” ujar dia di Medan, Minggu, tengah bulan ini (12/9).

Menurut Solahuddin, aspek kehalalan penting bagi wisatawan Muslim yang melakukan perjalanan ke daerah atau tempat yang jumlah pemeluk agama Islam-nya sedikit.

Di Sumut, kata dia, agen-agen perjalanan sudah berpengalaman dalam menciptakan kenyamanan bagi semua pihak.

Meski demikian, Solahuddin mengemukakan pentingnya Provinsi Sumut menafsirkan kembali definisi dari wisata halal.

Wisata halal, katanya, seharusnya tidak bersifat kaku dan diartikan secara sempit.

Oleh sebab itu, Solahuddin lebih memilih menggunakan istilah “muslim friendly tourism” alias pariwisata yang ramah umat Muslim.

“Pariwisata jenis itu tengah dikembangkan di negara-negara, seperti Korea Selatan dan Jepang. ‘Muslim friendly’ artinya dapat memenuhi harapan turis Muslim ketika berkunjung ke daerah wisata minoritas Muslim. Jadi, semua hal untuk wisata itu bisa didiskusikan, termasuk rencana perjalanannya,” kata Solahuddin.

Sebelumnya, Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif (Disbudparekraf) Sumatera Utara Zumri Sulthony menyampaikan Duta Besar Malaysia untuk Indonesia Dato’ Syed Mohamad Hasrin bin Tengku Hussin menyoroti wisata halal di Danau Toba saat bertemu Wakil Gubernur Sumatra Utara Musa Rajekshah di Medan, 25 Agustus 2023.

Dubes Malaysia, dia mengatakan, menyebut bahwa warga dari “Negeri Jiran” –sebutan untuk Malaysia– akan senang jika kebutuhan halal mereka, terutama makanan, di kawasan Danau Toba dapat terfasilitasi.

Selama ini, kata dia, wilayah Danau Toba sudah akrab dengan kehalalan, tetapi hal tersebut masih perlu ditingkatkan.

“Kita bukan ingin menghilangkan kebiasaan yang sudah ada. Justru yang sudah ada diperbaiki kualitasnya sambil menyadari bahwa wisatawan luar negeri juga membutuhkan objek wisata yang bersahabat dengan kehalalan,” pungkasnya.

Wisata Halal di Sumatera Utara Perlu Diseriusi

ilustrasi (foto: TripZilla Indonesia)

MTN, Medan – Seminar Ekonomi Syariah Next Level yang digelar pada Sabtu (29/7) mengungkap bahwa wisata halal di Sumatera Utara perlu diseriusi. Seperti apa?

Dilansir dari rmolsumut.id, seminar Ekonomi Syariah Next Level yang digelar di Aula Universias Al Azhar Medan, pada Sabtu (29/7/2023) merupakan hasil gagasan Jaringan Media Siber (JMSI) Sumatera Utara (Sumut) yang berkolaborasi dengan Bank Sumut dan Universitas Al Azhar Medan.

Acara ini dihadiri oleh Direktur Utama Bank Sumut, Babay Farid Wajdi beserta jajarannya, Rektor Universitas Al Azhar Medan serta jajarannya, Pengurus JMSI Sumut, dan seluruh peserta diskusi.

Direktur Utama Bank Sumut Babay Farid Wajdi dalam kesempatan itu mengatakan, trend Islam di dunia mengalami peningkatan.

“Kalau dilihat dari persfektif Islam, tren Islam di dunia itu meningkat. Jika kita pergi ke bandara-bandara internasional dulu susah untuk salat. Sekarang di bandara bandara internasional di negara asing sudah ada musala,” ungkap Babay.

Tak hanya itu saja, ia juga mengungkapkan jika banyak negara yang mengembangkan Halal Tourism atau wisata halal. Contohnya Thailand dan juga Korea Selatan.

“Wisata halal di Sumut masih kurang. Saya kemarin ke Nias. Padahal potensi wisata di sana bagus. Tapi tidak didukung dengan kulinernya (kuliner halal). Itu yang perlu kita semua dorong. karena wisata halal itu bukan hanya milik kita di Sumut. Tapi Thailand dan negara lain juga. Sekarang wisata halal itu sudah mendunia. Kita di Sumut jangan sampai ketinggalan,” papar Babay Farid Wajdi.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Prof. DR. Andri Soemitra, MA bahwa saat ini ekonomi syariah atau yang lebih dikenal ekonomi Islam saat ini menjadi trend. Saat ini banyak negara yang tengah menerapkannya.

“Kalau di luar negeri mereka tidak tau syariah economic. Artinya begini, ekonomi syariah dan ekonomi Islam itu sama dan saat ini menjadi tren global. Seperti halal tourism Korea Selatan dan Thailand. Di korsel itu cari makanan halal itu tidak susah. Bahkan Thailand itu akan menjadi halal kitchen in the world. Padahal disana mayoritasnya bukan muslim,” terang Andri Soemitra.

Ekonomi syariah dijelaskan oleh Andri Soemitra, ada tiga, pertama sektor riil, finance and tourism. Sektor riil termasuk di dalamnya seperti jilbab halal, perangkat makanan halal, sepatu halal dan salon halal.

Pada industri finance atau industri keuangan ada perbankan ada non bank. Ada bank syariah disitu serta ada asuransi syariah. Selain itu ada juga pegadaian syariah dan pasar saham syariah.

“Jadi apa yang ada di industri keuangan konvensional sekarang ada versi syariah. Bahkan ini duluan digaungkan di Indonesia. Sistem eknomi syariah ini adalah sistem keuangan yang tidak hanya bisa menghasilkan uang. Tapi juga bisa mengembangkan sektor-sektor positif. Menghindari unsur yang dilarang. Bahkan yang non muslim juga ikut didalamny, karena tidak hanya untuk orang Islam saja,” tandas Andri Soemitra.