Singapura Diprediksi Jadi Destinasi Wisata Halal Favorit Asia 2026

Singapura (foto: Liputan6)

MTN, Jakarta – Singapura diprediksi jadi destinasi wisata halal favorit Asia untuk tahun 2026. Seperti apa?

Dilansir dari Fimela, Wakil Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) memprediksi Singapura bisa jadi destinasi wisata halal favorit Asia untuk tahun 2026.

Wisata halal mulai mendapat perhatian dunia. Hal ini terlihat dari potensi wisata halal dunia yang diperkirakan mencapai 200 miliar US Dollar pada tahun 2020 dan meningkat 300 miliar US Dollar pada 2026. Asia Pasifik memiliki andil wisata halal yang cukup besar dan setiap tahun terus meningkat. Tiga negara yang agresif dalam mempromosikan destinasi ini adalah Indonesia, Malaysia, dan Thailand.

Menurut Wakil Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI), Panca Sarungu, saat ini Malaysia dan Indonesia bersaing cukup ketat di segmen pariwisata halal. Di satu sisi, Thailand tidak ingin ketinggalan karena melihat potensi ekonominya yang besar sehingga menjadi salah satu pemain wisata halal di Asia.

“Namun Singapura juga memiliki prospek yang cerah untuk wisata halal, dan bahkan pertumbuhannya bisa dua digit. Menurut saya, bukan hal yang sulit karena 5 persen penduduk negara ini adalah muslim atau melayu. Mereka sudah terbiasa menangani wisata halal,” kata Panca Sarungu.

Panca mencontohkan bahwa bandara Changi, Singapura pun sudah memisahkan makanan halal dan non halal di salah satu food court yang ada di sana. Fakta tersebut menunjukkan bahwa Singapura sudah mulai serius menggarap segmen ini. Langkah selanjutnya yang perlu disiapkan adalah pembentukan dewan pariwisata halal yang terdiri dari para ahli di bidang tersebut.

“Selain itu, harus ada tour operator atau pedoman maupun publikasi yang rutin mempromosikan wisata halal di Singapura,” tambah Ketua Umum DPP Masyarakat Sadar Wisata tersebut.

Senada dengan itu, pengamat dan pelaku industri pariwisata di Singapura, Tania Gromenko mengungkapkan bahwa wisata halal sedang tumbuh menggeliat di Singapura.

“Beberapa indikatornya terlihat dari mulai menjamurnya beberapa ikon halal yang dikeluarkan oleh Majelis Ugama Singapura. Selain itu, pemerintah pun telah serius meminta hotel untuk menyediakan petunjuk arah kiblat, fasilitas sholat, restoran bersertifikasi halal, hingga mushola,” pungkas pendiri Singapore Guidebook (SGB) tersebut.

Pemkot Bandung Berencana Bangun Kawasan Wisata Halal di Tamansari

ilustrasi (foto: Ketik News)

MTN, Bandung – Pemerintah Kota Bandung berencana membangun kawasan wisata halal di wilayah Tamansari. Seperti apa?

Dilansir dari IDN Times, pembangunan kawasan ini nantinya dikerjasamakan dengan pihak Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS).

Pelaksana Tugas Wali Kota Bandung, Yana Mulyana, mengatakan kalau zona wisata halal bukanlah perkara baru jika berkaca pada negara-negara lain. Sudah banyak negara menyediakan fasilitas seperti ini bagi wisatawan yang mencari makanan halal.

Makna halal di sini, jelas Yana, bukan berarti hanya untuk wisatawan muslim, tapi juga bisa dinikmati oleh seluruh masyarakat.

“Jangan sampai stigmanya itu Bandung cuma buat muslim nih? Bukan, halal itu bukan hanya untuk muslim saja, siapapun boleh datang ke zona wisata halal ini. Kita bisa coba di beberapa titik sentra pedagang kali lima (PKL) kuliner binaan kami,” terang Yana di siaran pers, akhir pekan lalu (18/2).

Dengan program ini, Yana Mulyana berharap perekonomian dan pariwisata Kota Bandung akan semakin pulih dengan cepat.

“Pasca COVID-19 ini kita bisa memulihkan perekonomian dengan cepat. Salah satunya dengan zona halal, dan itu bisa dimulai dari kuliner halal dulu,” ungkap Yana.

Untuk meyakinkan wisatawan dengan zona halal ini, perlu adanya bukti dari proses pembuatan hingga pengolahan makanannya.

“Ada orang yang juga bertanya-tanya ini makanannya halal, tapi cara pengolahan atau sembelihnya halal juga enggak? Nah, kita harus pastikan itu juga ke wisatawan. Misal, sop kaki kambing, kita harus tunjukkan kalau penyembelihannya juga halal, bisa melalui RPH atau tempat yang memang tersertifikasi halal,” ungkap Yana.

Untuk lokasinya, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Bandung, Kenny Dewi Kaniasari mengatakan, kawasan Tamansari tepatnya di area Gelap Nyawang akan menjadi zona wisata halal yang terintegrasi.

“Gelap Nyawang jadi vocal point karena di sekitarnya banyak sekali potensi wisata yang bisa jadi jalur wisata. Selain itu, dekat juga dengan Masjid Salman ITB, dan beberapa tempat belanja lainnya,” tutur Kenny.

Sebab, beberapa kriteria yang menjadikan sebuah lokasi bisa dipilih sebagai zona wisata halal jika dekat dengan tempat ibadah, wisata, tempat pendidikan, area belanja, dan rumah sakit. Semua poin ini terdapat di Tamansari.

Konsep wisata halal Kota Bandung sudah mendapatkan persetujuan dan MoU bersama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparkraf) pada tahun 2019.

“Tim penyusunan mengenai konsep wisata halal Kota Bandung ini sudah ada Surat Keputusannya(SK), didukung oleh Kemenparkraf. Bahkan, pada 2019 kemarin, kami juga telah menandatangani MoU wisata halal bersama Kemenparkraf,” imbuhnya.

Alquran Berbahan Daun Lontar Berumur 200 Tahun di Semarang

Alquran daun lontar usia 200 tahun di Semarang (foto: Rappler / Fariz Ardianto)

MTN, Jakarta – Di Semarang ada Alquran berbahan dasar daun lontar yang sudah berusia 200 tahun. Seperti apa?

Dilansir dari iNews, di Pondok Pesantren Multazam, Semarang, Jawa Tengah, ada Alquran kuno berbahan daun lontar yang sudah berusia 200 tahun.

Usia Alquran di Pondok Pesantren Multazam, Semarang, Jawa Tengah (Jateng) ini telah berusia lebih dari 200 tahun. Kondisinya pun masih sangat terawat.

Sehari-sehari Alquran ini disimpan dalam lemari kaca agar tak lembab atau terpapar debu.

Aroma daun lontar masih tercium saat kitab suci itu dibentangkan. Deretan huruf arab terangkai indah menyusun surat-surat hingga lengkap 30 juz. Huruf demi huruf pun masih terlihat jelas meski ditulis tanpa harokat. Penulisan Alquran itu memanfaatkan semua bagian pohon lontar; mulai dari daun, pelepah hingga lidinya.

Pelepah digunakan untuk sampul, sementara lidi dimanfaatkan sebagai alat menulis yang dicelupkan pada tinta. Sementara untuk menggabungkan antar daun dan lembar halaman memakai benang. Tebal Alquran itu terdiri atas 22 lembar daun lontar, yang setiap halamannya ditulis bolak-balik dengan huruf arab.

Perawatan Alquran berukuran dua meter dengan lebar 1,5 meter ini dilakukan setiap bulan Ramadan. Setiap lembar daun lontar dibersihkan menggunakan air perasan daun pandan dengan cara dikuas. Selain membersihkan debu, air perasan pandan juga untuk menjaga daun lontar tetap terlihat segar.

Alquran daun lontar ini ditulis oleh Sayyid Abdurrahman, ulama besar asal Pulau Madura. Sebelumnya, Alquran tersebut dirawat enam generasi keturunan dan murid Sayyid Abdurrahman. Hingga tahun 2015, Alquran itu diamanatkan wali santri kepada Ponpes Multazam untuk dirawat.

“Wali santri kami diamahani oleh ibu Nyai dari pondok yang sekian angkatan ternyata mimpi untuk diserahkan ke Ponpes Multazam agar dijaga,” ujar pengasuh Ponpes Multazam, KH Khamami.

Pada masa pandemi Covid-19, ratusan santri ponpes telah dipulangkan ke rumah masing-masing. Kini hanya tersisa sekira lima santri yang enggan pulang, karena masih ingin menimba ilmu agama sekaligus menghabiskan bulan Ramadan di ponpes.