Demi Tekan Kasus Covid-19, Pati Tutup Sementara Objek Wisata Religi

MTN, Jakarta – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pati, Jawa Tengah, memutuskan untuk menutup sementara objek wisata alam dan wisata religi di wilayahnya, demi menekan angka kasus COVID-19.

“Penutupan dilakukan selama dua pekan sambil melihat perkembangan,” ujar Bupati Pati, Haryanto, yang mana periode penutupan sementara objek wisata berlaku sejak akhir pekan kemarin.

Dilansir dari Liputan6, sejak awal pandemi, kata Haryanto, Kabupaten Pati belum pernah menangani pasien COVID-19 sampai 88 orang. “Awalnya hanya ada 40 pasien COVID-19, berarti itu naik sampai 100 persen, sehingga lebih baik kami melakukan berbagai tindakan pencegahan,” tuturnya.

Di samping itu, pihaknya juga menyarankan agar segala pertemuan, termasuk halal bi halal, secara virtual. Itu dilakukan guna mencegah kerumunan yang nantinya berisiko menyebabkan klaster baru kasus COVID-19.

Sementara, penyelengaraan resepsi pernikahan memang tidak dilarang, hanya saja harus dilakukan dengan banyak pembatasan. Secara grafik, tingginya aktivitas masyarakat biasanya berbanding lurus dengan catatan kasus COVID-19 yang meningkat.

Pemkab Pati mencatat, dari total 21 kecamatan, laporan transmisi COVID-19 tertinggi ada di Kecamatan Pati. Di samping, perpanjangan PPKM Mikro juga berlaku di wilayah tersebut.

Tengah Pandemi, Kota Mataram Tutup Objek Wisata Religi

MTN, Jakarta – Pemerintah Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, menutup sementara sejumlah objek wisata religi. Seperti apa?

Dilansir dari Antara, beberapa objek wisata religi yang ditutup terutama adalah dua makam yang dikeramatkan warga di Pulau Lombok, untuk menghindari adanya aktivitas ziarah makam saat Lebaran Topat 1441 Hijriah di tengah pandemi COVID-19.

“Tahun ini kami meniadakan kegiatan perayaan Lebaran Topat atau ketupat yang dirayakan seminggu setelah Lebaran Idul Fitri, yakni pada 8 Syawal, guna memutus mata rantai penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19),” kata Wali Kota Mataram H Ahyar Abduh di Mataram.

Dengan demikian, semua makam yang dikeramatkan terutama Makam Loang Baloq di Kecamatan Sekarbela dan Makam Bintaro di Kecamatan Ampenan, yang menjadi tujuan ziarah makam saat Lebaran Topat, ditutup.

“Kami juga menutup objek wisata di kawasan pantai yang menjadi pusat keramaian saat Lebaran Topat, serta melakukan rekayasa lalulintas guna mencegah keramaian, sesuai dengan protokol COVID-19,” katanya.

Peniadaan kegiatan Lebaran Topat ini, lanjut wali kota, telah dilakukan sosialisasi kepada camat dan lurah untuk diteruskan hingga tingkat lingkungan agar masyarakat bisa merayakan Lebaran Topat di rumah saja bersama keluarga.

“Karena itu, tim gugus juga akan melakukan pengawasan dengan menempatkan sejumlah aparat dari tim terpadu pada titik-titik yang berpotensi menjadi pusat keramaian saat Lebaran Topat,” katanya.

Dua makam yang menjadi pusat perayaan Lebaran Topat di Mataram adalah Makam Bintaro di Kecamatan Ampenan dan Makam Loang Baloq di Kecamatan Sekarbela yang merupakan makam seorang ulama besar yang berhasil menyebarkan agama Islam di Pulau Lombok.

Perayaan Lebaran Topat diawali dengan ziarah makam kemudian dirangkaikan dengan kegiatan selakaran, zikir, doa dan “ngurisan” atau cukur rambut bayi dan dilanjutkan dengan sejumlah acara adat salah satunya pemotongan “Topat Agung Kote Mentaram” sebagai tanda dimulainya perayaan Lebaran Topat.

Saat Lebaran Topat, hampir seluruh garis pantai Kota Mataram sepanjang 9 kilometer dipenuhi oleh masyarakat yang merayakan Lebaran Topat.

Kondisi serupa juga terjadi di kabupaten lainnya di Pulau Lombok, baik itu Lombok Barat, Lombok Utara, Lombok Tengah maupun Lombok Timur.