Inilah Perbedaan antara Wisata Halal dengan Wisata Religi

ilustrasi (foto: readers.id)

MTN, Jakarta – Sebenarnya ada perbedaan antara wisata halal dengan wisata religi. Apakah itu?

Dilansir dari CNN Indonesia, Wakil Presiden Ma’ruf Amin ketika berada di Istana Kepresidenan Yogyakarta, menjelaskan perbedaan antara wisata halal dengan wisata religi.

Menurut Ma’ruf, ketika wisatawan mengunjungi masjid bersejarah, itu merupakan bentuk wisata religi, bukan wisata halal. Sementara wisata halal adalah saat wisatawan menyambangi seluruh destinasi wisata yang memiliki layanan dan fasilitas halal.

Wapres menuturkan, yang dimaksud destinasi dengan layanan halal adalah apabila terdapat tempat ibadah atau ada restoran halal. Wapres menekankan, perlu ada persamaan persepsi tentang perbedaan keduanya; istilah wisata halal dan wisata religi.

Ma’ruf berharap tidak terjadi kesalahpahaman di tengah masyarakat mengenai dua jenis wisata itu. “Jadi sebenarnya wisata halal itu layanan yang halal di wisata itu. Itu yang barangkali persepsinya yang keliru,” ucap Ma’ruf di Istana Kepresidenan Yogyakarta, Sabtu (4/2).

Menurut dia, ada orang yang menganggap itu berarti mengubah definisi dari wisata halal menjadi religi, namun dia menyatakan, hal itu hanya perlu diluruskan.

“Perlu diluruskan (persepsi tentang wisata halal), sehingga kita justru dengan melakukan layanan halal itu menarik banyak wisatawan-wisatawan muslim. Karena itu, maka Jepang, Korea, Cina, Taiwan juga melakukan itu,” jelasnya.

Wisatawan muslim ketika berada di negara yang penduduknya bukan mayoritas muslim, membutuhkan tempat untuk melaksanakan ibadah dan juga makanan yang terjamin kehalalannya.

Fasilitas dan layanan halal di sebuah destinasi atau tempat wisata itu bagian dari bentuk wisata halal, sehingga wisatawan muslim tidak perlu khawatir ketika makan dan beribadah.

Menparekraf: Wisata Religi Jadi Pilihan Utama saat Ramadan

ilustrasi (gambar: pikiran-rakyat.com)

MTN, Jakarta – Menparekraf memprediksi kalau objek wisata reliji bakal ramai dikunjungi selama bulan ramadan tahun ini.

Dilansir dari Okezone, menyambut bulan suci Ramadan 1443 Hijriah, sejumlah destinasi wisata religi diprediksi akan dipadati oleh para wisatawan. Begitu yang dikatakan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Salahuddin Uno.

“Wisata religi atau wisata halal, apalagi kita akan memasuki Ramadan akan menjadi pilihan utama,” ujar Sandiaga, dalam Weekly Press Briefing secara virtual, Senin (28/03).

Sandiaga melanjutkan, khususnya Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), yang telah memiliki prestasi sebagai salah satu destinasi wisata halal terbaik. Serta menyandang sebagai best honeymoon destination in the world.

Oleh karena itu, kata Sandiaga, pihaknya akan terus berupaya mendorong potensi wisata religi atau halal di Indonesia ini. Di mana penduduk Indonesia merupakan mayoritas muslim, sehingga bisa lebih nyaman ketika melancong ke berbagai daerah di seluruh penjuru Nusantara.

“Tentunya ini akan terus kita dorong, karena potensi pasarnya besar, dan ini konsepnya extension of service yaitu perluasan dari pelayanan untuk para wisatawan,” terangnya.

Menurut Sandiaga, ada tiga hal yang menunjang adanya wisata religi ini. Pertama, Good to Have yakni disediakannya seperti makanan halal, tempat ibadah di sejumlah tempat wisata. Khususnya untuk menyambut G20, di mana fasilitas tersebut dapat semakin memperlengkap penyambutan forum kerja sama multilateral itu.

Kedua adalah Nice to Have, yakni yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan pariwisata berbasis halal.

Kemudian ketiga yaitu Must to Have, artinya selain menyediakan tempat ibadah juga makanan-makanan yang dijual harus bersertifikasi halal.

“Masjid Istiqlal Berpotensi jadi Pusat Kebudayaan dan Wisata Religi”

Masjid Istiqlal (foto: kubahmasjid.com)

MTN, Jakarta — Pihak Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia (Kemenparekraf) menyatakan kalau Masjid Istiqlal berpotensi untuk dijadikan pusat kebudayaan dan wisata reliji.

Dilansir dari CendanaNews, di Indonesia terdapat 100 unit masjid yang menjadi destinasi wisata religi. Di antara masjid tersebut, Masjid Istiqlal mempunyai potensi sebagai pusat kebudayaan Islam.

Analis Kebijakan Madya Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Rinto Taufik Simbolon, mengatakan terdapat 100 masjid di Indonesia yang dijadikan destinasi wisata oleh Kemenparekraf.

Namun sayangnya menurut dia, belum ada yang menjadikan masjid sebagai pusat kebudayaan. Padahal konsep wisata religi di Indonesia itu sesuai dengan peraturan pemerintah (PP) melalui Dipernas Nomor 50 tahun 2011 tentang pengelompokan daya tarik wisata.

“Masjid dan persilangan budaya yang merupakan hasil cipta karsa manusia. Dan penyebaran agama Islam di Indonesia tidak lepas dari peran persilangan antara budaya yang memunculkan berbagai ragam tradisi,” ungkap Rinto, pada webinar tentang wisata religi di Jakarta, Minggu (17/1).

Dalam kaitannya wisata religi, Rinto menegaskan bahwa Masjid Istiqlal mempunyai potensi pengembangan wisata religi dalam kemasan ‘new Istiqlal’.

“Kami harapkan Masjid Istiqlal melakukan langkah untuk menjadi pusat kebudayaan. Karena masjid adalah tempat persilangan budaya dan sarana silaturahim,” imbuhnya.

Dalam pengembangannya, Rinto mengatakan kalau platform wisata religi Masjid Istiqlal harus didukung media sosial (medsos) untuk menarik perhatian wisatawan muslim domestik maupun mancanegara.

Terpenting lagi adalah interaksi yang menjadikan kunjungan masyarakat luas baik secara fisik maupun melalui media.

Karena menurut Rinto, pengelolaan konten di media dengan baik sangat diperlukan mengingat 95,4 persen akses informasi masyarakat diperoleh melalui media mobile (handphone). Dimana rata-rata durasi penggunaan internet di Indonesia mencapai 8 jam perhari.

Dalam medsos itu ditayangkan berbagai atraksi kegiatan wisata religi yang menarik. Tentu kemudahan akses informasi dan fasilitas penunjang harus menjadi platform medsos Masjid Istiqlal.

“Memanfaatkan medsos sebagai sarana promosi wisata religi adalah langkah yang tepat yang dilakukan Masjid Istiqlal,” ujarnya.

Dia menegaskan, masjid Istiqlal memiliki peluang untuk membentuk Istiqlal Indonesia Halal Center (IIHC) dalam rangka mendukung program pemerintah yang menginginkan Indonesia menjadi pusat halal dunia.

Lebih lanjut disampaikan, bahwa terdapat korelasi yang sangat signifikan antara wisata religi dan pemanfaatan medsos sebagai media promosi dan komunikasi kepada masyarakat.

Pemerintah akan terus membantu pengembangan wisata religi di Indonesia dalam berbagai tradisi sejarahnya. “Tentu secara khusus pengembangan Masjid Istiqlal sebagai ikon destinasi wisata religi global atau internasional,” pungkasnya.