Hotel di Mesir Kembali Dibuka, Pasca Lockdown Dilonggarkan

ilustrasi (foto: ahram.org)

MTN, Jakarta – Hotel-hotel di Mesir kembali dibuka, pasca lockdown dilonggarkan. Seperti apa?

Dilansir dari iNews, meski sudah kembali dibuka, hotel-hotel tersebut hanya menerima pengunjung sebesar 25 persen dan harus menyiapkan klinik serta dokter untuk mencegah penyebaran virus corona.

Pihak hotel juga diimbau untuk menerima wisatawan dari dalam negeri (domestik) saja, disertai dengan penerapan standar kesehatan seperti pemeriksaan suhu, menyediakan disinfektan dan menyiapkan ruangan khusus sebagai area karantina bagi mereka yang diduga terinfeksi virus corona.

Sebelum memasuki hotel, para pekerja wajib menjalani rapid test. Sementara untuk calon pengunjung harus memesan kamar terlebih dahulu secara online.

Sementara pada 1 Juni 2020, hotel akan mendapatkan tambahan kapasitas kunjungan sebesar 50 persen. Namun, acara seperti pernikahan, mengatur kegiatan hiburan, dan menyediakan makanan dengan prasmanan tidak diizinkan.

Perdana Menteri Mostafa Madbouly mengatakan, sektor pariwisata Mesir akan kembali normal secara bertahap setelah Ramadan. Hal ini terlihat dari mulai banyaknya pebisnis membuka kembali usaha saat Ramadhan kemarin.

Arab Saudi Longgarkan Lockdown, Maskapai Penerbangannya Akan Kembali Beroperasi

Saudi Arabian Airlines (foto: kabarpenumpang.com)

MTN, Jakarta – Kerajaan Arab Saudi longgarkan lockdown, maskapai penerbangan mereka akan kembali beroperasi pada akhir Mei ini. Seperti apa?

Dilansir dari Detik, perusahaan maskapai penerbangan Arab Saudi sedang bersiap untuk membuka kembali sejumlah penerbangan domestik mulai 31 Mei. Hal ini dilakukan usai kerajaan Saudi mulai melonggarkan pembatasan untuk mencegah penularan virus Corona.

Sebanyak 60 buah penerbangan akan dimulai kembali, setiap hari mulai tahap pertama pada Minggu (31/5). Kantor berita Arab Saudi melaporkan bahwa larangan melakukan perjalanan domestik, mengadakan salat di masjid-masjid, dan kehadiran di tempat kerja, baik di sektor pemerintah maupun swasta, akan dicabut mulai 31 Mei.

Sebelumnya, Arab Saudi menyatakan akan mengakhiri jam malam yang diberlakukan secara nasional untuk membatasi penyebaran virus Corona (COVID-19). Jam malam akan diakhiri mulai 21 Juni mendatang untuk seluruh wilayah Saudi, kecuali kota suci Mekah.

Aktivitas salat di seluruh masjid di luar Mekah juga akan diperbolehkan kembali mulai 31 Mei mendatang. Hal tersebut disampaikan oleh Kementerian Dalam Negeri Saudi dalam pengumuman via kantor berita Saudi Press Agency (SPA).

Jam malam di Saudi telah diberlakukan selama dua bulan terakhir. Saat Idul Fitri, otoritas Saudi memberlakukan jam malam penuh atau 24 jam di seluruh wilayahnya.

Kementerian Dalam Negeri Saudi menyatakan bahwa pembatasan akan mulai dilonggarkan secara bertahap pada pekan ini, dengan jam malam dilonggarkan antara pukul 06:00 pagi hingga pukul 15:00 sore, antara Kamis hingga Sabtu.

Mulai Minggu hingga tanggal 20 Juni mendatang, jam malam akan dilonggarkan hingga pukul 20.00 waktu setempat. Kemudian pada 21 Juni, seluruh jam malam akan dicabut sepenuhnya.

“Mulai Kamis (28/5), Kerajaan akan memasuki fase baru (penanganan pandemi Corona) dan akan secara bertahap kembali ke normal dengan didasarkan pada aturan social distancing,” ujar Menteri Dalam Negeri Saudi, Tawfiq Al-Rabiah, dalam pernyataannya.

Arab Saudi sejauh ini melaporkan sekitar 75 ribu kasus virus Corona, dengan nyaris 400 kematian.

Pada Maret lalu, Saudi menangguhkan aktivitas ibadah umroh karena kekhawatiran penyebaran virus Corona. Kementerian Dalam Negeri Saudi menyatakan bahwa penangguhan itu masih akan diberlakukan.

Otoritas Saudi belum mengumumkan apakah ibadah haji tahun ini, yang dijadwalkan pada akhir Juli, masih akan digelar. Namun pemerintah Saudi sebelumnya mengimbau umat muslim untuk sementara menunda persiapan ibadah haji.

Tengah Pandemi, Kota Mataram Tutup Objek Wisata Religi

MTN, Jakarta – Pemerintah Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, menutup sementara sejumlah objek wisata religi. Seperti apa?

Dilansir dari Antara, beberapa objek wisata religi yang ditutup terutama adalah dua makam yang dikeramatkan warga di Pulau Lombok, untuk menghindari adanya aktivitas ziarah makam saat Lebaran Topat 1441 Hijriah di tengah pandemi COVID-19.

“Tahun ini kami meniadakan kegiatan perayaan Lebaran Topat atau ketupat yang dirayakan seminggu setelah Lebaran Idul Fitri, yakni pada 8 Syawal, guna memutus mata rantai penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19),” kata Wali Kota Mataram H Ahyar Abduh di Mataram.

Dengan demikian, semua makam yang dikeramatkan terutama Makam Loang Baloq di Kecamatan Sekarbela dan Makam Bintaro di Kecamatan Ampenan, yang menjadi tujuan ziarah makam saat Lebaran Topat, ditutup.

“Kami juga menutup objek wisata di kawasan pantai yang menjadi pusat keramaian saat Lebaran Topat, serta melakukan rekayasa lalulintas guna mencegah keramaian, sesuai dengan protokol COVID-19,” katanya.

Peniadaan kegiatan Lebaran Topat ini, lanjut wali kota, telah dilakukan sosialisasi kepada camat dan lurah untuk diteruskan hingga tingkat lingkungan agar masyarakat bisa merayakan Lebaran Topat di rumah saja bersama keluarga.

“Karena itu, tim gugus juga akan melakukan pengawasan dengan menempatkan sejumlah aparat dari tim terpadu pada titik-titik yang berpotensi menjadi pusat keramaian saat Lebaran Topat,” katanya.

Dua makam yang menjadi pusat perayaan Lebaran Topat di Mataram adalah Makam Bintaro di Kecamatan Ampenan dan Makam Loang Baloq di Kecamatan Sekarbela yang merupakan makam seorang ulama besar yang berhasil menyebarkan agama Islam di Pulau Lombok.

Perayaan Lebaran Topat diawali dengan ziarah makam kemudian dirangkaikan dengan kegiatan selakaran, zikir, doa dan “ngurisan” atau cukur rambut bayi dan dilanjutkan dengan sejumlah acara adat salah satunya pemotongan “Topat Agung Kote Mentaram” sebagai tanda dimulainya perayaan Lebaran Topat.

Saat Lebaran Topat, hampir seluruh garis pantai Kota Mataram sepanjang 9 kilometer dipenuhi oleh masyarakat yang merayakan Lebaran Topat.

Kondisi serupa juga terjadi di kabupaten lainnya di Pulau Lombok, baik itu Lombok Barat, Lombok Utara, Lombok Tengah maupun Lombok Timur.

Masjid Al Aqsa Tutup Selama Bulan Ramadhan

MTN, Jakarta – Masjid Al Aqsa perpanjang masa penutupan selama Ramadhan ini. Seperti apa?

Dampak pandemi Corona, kompleks Masjid Al Aqsa akan memperpanjang penutupan hingga Ramadhan. Ulama setempat telah mengumumkan hal ini.

Dilansir dari Detik Travel, saat Ramadhan tiba, untuk sementara umat Islam tak bisa beribadah di masjid Al Aqsa, Yerusalem.

Masjid Al Aqsa akan ditutup untuk jama’ah muslim selama bulan Ramadhan. Hal ini disebabkan oleh wabah pandemi virus Corona yang belum kunjung berakhir.

Dewan wakaf Islam di Yerussalem, mengatakan keputusan untuk menutup Masjid Al Aqsa pada bulan Ramadhan ini menyakitkan. Seharusnya di bulan suci ini umat islam dapat melakukan segala kegiatan ibadah bersama di dalam masjid.

Dewan Wakaf mengatakan keputusan ini sejalan dengan fatwa/pendapat para ulama dan juga usulan medis. Untuk menjaga kesehatan dan keselamatan, umat islam dianjurkan untuk melakukan segala kegiatan ibadah di dalam rumah.

“(Muslim harus) melakukan salat di rumah mereka selama bulan Ramadhan untuk menjaga kesehatan mereka,” kata dewan.

Suara Adzan akan tetap terus dikumandangkan lima kali sehari. Salat Tarawih dan Idul Fitri pun tetap dilaksanakan namun hanya untuk imam masjid, staf wakaf dan penjaga Al Aqsa.

Sebelumnya, Al Aqsa memang sudah ditutup sejak 23 Maret 2020, namun kebijakan ini diperpanjang hingga waktu yang belum ditentukan.

Menjalankan Ibadah Ramadhan di tengah Pandemi Corona

ilustrasi (gambar: farmasi.ugm.ac.id)

MTN, Jakarta – Muslim di seluruh dunia hari ini (24/4) serentak memasuki bulan Ramadhan di tengah pandemi Corona, dengan larangan pemerintah untuk ibadah berjamaah dan mudik.

Dilansir dari AFP, Muslim di seluruh dunia mulai menunaikan ibadah Ramadhan di tengah pandemi Corona, dengan larangan pemerintah untuk ibadah berjamaah dan mudik. Namun di beberapa negara himbauan tersebut tidak dilakukan, sehingga menimbulkan ketakutan akan naiknya angka infeksi.

Bulan puasa tahun ini di Asia, Timur Tengah dan Afrika Utara, diberlakukan larangan sholat berjamaah di masjid, bertemu kerabat dan teman untuk buka puasa.

Pembatasan telah meredam semangat di Indonesia, dunia negara mayoritas Muslim terbesar, karena organisasi keagamaan nasional setempat telah meminta umat untuk tetap tinggal di rumah.

“Ramadhan kali ini sangat berbeda – hanya saja tidak meriah,” kata Ibu rumah tangga bernama Fitria Famela.

“Saya kecewa karena saya tidak bisa pergi ke masjid, tetapi apa yang bisa kita lakukan? Dunia berbeda sekarang,” tambahnya.

Mohamad Shukri Mohamad, ulama Islam terkemuka di kalangan konservatif negara bagian Malaysia, Kelantan, berencana untuk melewatkan ibadah berjamaah di masjid.

“Ini adalah pertama kalinya dalam hidup saya tidak dapat ibadah berjamaah masjid, ” katanya kepada AFP.

“Tapi kita harus menerimanya dan mematuhi aturan jarak sosial untuk lindungi hidup kita,”

Malaysia yang mayoritas Muslim telah memperpanjang lockdown hingga pertengahan bulan Mei nanti untuk masjid, sekolah, dan sebagian besar tempat bisnis.

Pos-pos pemeriksaan polisi juga disiapkan untuk menangkap para pelanggar aturan.

Bahkan pasar kaget Ramadhan di Malaysia yang populer, tempat Muslim membeli makanan lezat setempat sebelumnya untuk berbuka puasa, telah dilarang.

Sebaliknya, orang Malaysia hanya bisa memesan dari apa yang disebut “e-bazaar”, di mana orang memesan barang secara online dan mengirimkannya ke rumah mereka.

Di negara tetangga Indonesia, terjadi kekhawatiran akan lonjakan kasus virus Corona, karena jutaan orang bepergian ke kota asal dan desa mereka pada akhir Ramadhan nanti, sehingga memaksa pemerintah setempat untuk mengeluarkan larangan.

Pemerintah Indonesia juga telah mengumumkan tindakan keras terhadap semua orang yang melakukan perjalanan udara dan laut.

Warga Jakarta yang bernama Erik Febrian mengatakan ia mengandalkan komputer untuk tetap berhubungan dengan orang tuanya di luar kota, sampai ia bisa bertemu langsung dengan mereka pada akhir Ramadhan.

“Berkat teknologi saya dapat melakukan panggilan video ke orang tua saya setiap hari selama Ramadhan,” pungkasnya.

Industri Pariwisata Indonesia Akan Bangkit pada Tahun 2021

ilustrasi (foto: Phinemo)

MTN, Jakarta – Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan kalau dunia pariwisata Indonesia akan bangkit pada tahun 2021.

Dilansir dari Detik, Jokowi meyakini bakal ada lonjakan di sektor pariwisata pada tahun 2021. Ia juga optimistis wabah virus Corona (COVID-19) di Indonesia bisa selesai pada akhir 2020.

“Saya meyakini ini (pandemi Corona di Indonesia) hanya sampai akhir tahun. Tahun depan booming di pariwisata,” ujar Jokowi dalam pengantar rapat terbatas mitigasi dampak COVID-19 terhadap sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, Kamis (16/4).

Menurut Jokowi, setelah wabah COVID-19 hilang, dipastikan akan ada hasrat besar dari masyarakat untuk berlibur. Apalagi setelah semua orang berdiam diri di rumah dalam jangka waktu yang lama.

“Semua orang ingin menikmati kembali keindahan daerah yang ada pariwisatanya, sehingga optimisme itu yang harus diangkat,” ujar Jokowi.

Saat ini dampak COVID-19 sangat dirasakan oleh sektor pariwisata. Jokowi meminta adanya program mitigasi perlindungan sosial bagi pekerja di sektor pariwisata, serta realokasi anggaran di Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), untuk para pekerja di bidang pariwisata.

“Kemudian juga harus ada realokasi anggaran dari Kementerian Pariwisata (dan Ekonomi Kreatif), yang diarahkan dalam wujud semacam program padat karya tunai bagi pekerja-pekerja bergerak di bidang pariwisata,” kata Jokowi.

Bentuk Dukungan untuk Lawan Corona, Ratusan Masjid di Eropa Kumandangkan Azan

ilustrasi (gambar: bahrulmaghfiroh.com)

MTN, Jakarta – Dalam rangka bentuk dukungan solidaritas untuk lawan virus Corona, ratusan masjid di Jerman dan Belanda kumandangkan azan. Seperti apa?

Dilansir dari Republika, hampir 100 masjid di Jerman dan Belanda melantunkan azan pada hari Jumat pekan pertama April 2020, sebagai bentuk dukungan kepada umat Islam di negara mereka yang tengah dilanda pandemi virus corona.

Azan tersebut dilantunkan dari dua masjid yang berada di bawah naungan Islamic National View dan Asosiasi Muslim Turki (DITIB).

Seorang perwakilan dari DITIB, Fahrettin Alptekin, mengatakan kepada Anadolu Agency, bahwa azan dapat didengar di lebih dari 50 masjid lokal.

Menurut Alptekin, umumnya suara azan yang dikumandangkan melalui pengeras suara masjid dilarang di Jerman, kecuali jika ada acara khusus.

Jerman sendiri diketahui merupakan salah satu negara di Eropa yang terdampak Covid-19 cukup parah.

Sementara itu, di Belanda suara azan juga berkumandang secara luas melalui pengeras suara sebagai bentuk solidaritas untuk melawan pandemi virus corona.

Strategi Pariwisata Indonesia Agar Bisa Bangkit Pasca Corona

ilustrasi (foto: matamatapolitik.com)

MTN, Jakarta – Wabah global virus Corona memang berdampak buruk bagi pariwisata dunia dan Indonesia khususnya. Tapi apa saja strategi agar pariwisata lokal bisa bangkit jika wabah Covid-19 telah berlalu?

Dilansir dari Republika, Taufan Rahmadi, salah satu pelaku di industri pariwisata, yang juga pendiri dari komunitas Temannya Wisatawan, mengusulkan tujuh kebijakan yang perlu diambil oleh pemerintah agar bisa memulihkan industri pariwisata jika wabah Corona telah berlalu.

Tujuh kebijakan yang perlu diambil oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, untuk meminimalisir dampak negatif terhadap Pariwisata Indonesia dari mewabahnya virus corona. Tujuh rekomendasi ini didasarkan pada dampak yang sudah terjadi, baik dalam skala global atau nasional.

Dampak secara global

Berdasarkan data World Travel and Tourism Council, WTTC, dampak yang nyata pada sektor perjalanan dan pariwisata akibat wabah Corona adalah berpotensi mengakibatkan 50 juta orang di seluruh dunia kehilangan pekerjaan.

Dampak secara nasional

a. Sektor Pariwisata

Perhimpunan Hotel & Restoran Indonesia (PHRI), memprediksi potensi kerugian industri pariwisata Indonesia akibat wabah virus corona COVID-19 mencapai 1,5 milliar dolar AS atau setara dengan Rp 21 triliun.

b. Sektor Ekraf UMKM

Berdasarkan data yang diolah P2E LIPI, dampak penurunan pariwisata terhadap UMKM yang bergerak di usaha makanan dan minuman (mamin) mikro mencapai 27%. Sedangkan, dampak terhadap usaha kecil makanan minuman sebesar 1,77% dan usaha menengah di angka 0,07%.

Pengaruh virus corona terhadap unit usaha kerajinan dari kayu dan rotan, usaha mikro akan berada di angka 17,03%. Untuk usaha kecil di sektor kerajinan kayu dan rotan 1,77% dan usaha menengah 0,01%. Sementara itu, konsumsi rumah tangga juga akan terkoreksi antara 0,5% hingga 0,8%.

Padahal, UMKM memegang peranan penting dalam struktur perekonomian Indonesia. Berdasarkan data Bank Indonesia, pada 2016 sektor UMKM mendominasi 99,9% unit bisnis di Indonesia. Dari angka tersebut, jenis usaha mikro paling banyak menyerap tenaga kerja hingga 87%.

Tingkat kecepatan dan ketepatan dari berbagai negara seperti Singapura, Malaysia ataupun New Zealand di dalam menerapkan kebijakan – kebijakan pemulihan pariwisatanya di dalam menghadapi pendemi ini dijadikan pula sebagai tolak ukur di dalam menyusun rekomendasi ini.

Sebagai contoh, Singapura telah mengeluarkan kebijakan sertifikasi SG Clean , kebijakan ini ditujukan untuk meningkatkan standard kebersihan publik ditengah wabah virus corona, SG Clean ini diperuntukkan untuk sektor bisnis pariwisata, ritel, dan layanan makanan, dan untuk mendapatkan sertifikasi ini harus memenuhi persyaratan tertentu yang sangat ketat dari lembaga yang ditunjuk.

Dan ternyata kebijakan ini terbukti mampu berangsur-angsur meningkatkan kepercayaan dari pelanggan/wisatawan terhadap kualitas layanan kebersihan yang diberikan selama mereka berwisata.

Oleh karena itu dengan memperhatikan hal-hal tersebut diatas, TW menggaris bawahi kebijakan-kebijakan pariwisata yang perlu untuk diperkuat, antara lain:

01. Dukungan kepada Industri dan pelaku parekraf

Tentang dukungan kepada industri/pelaku parekraf berupa: pembebasan biaya BPJS, pengurangan biaya listrik, air, sewa, keringanan restribusi pajak pemda, relaksasi peminjaman bank, dst

Adalah penting untuk segera disosialisasikan terkait petunjuk teknis serta penetapan waktu yang pasti dari kapan kebijakan ini mulai berlaku.

Karena hingga kini masih ditemukan dilapangan kebijakan yang sudah dicanangkan dipusat tapi belum tersosialisasi dan terimplementasi dengan baik di daerah.

02. Dukungan Anggaran

Tentang Dukungan Kemenparekraf (Realokasi Anggaran) yang terkait kerja sama dengan pihak hotel, pihak perusahaan transportasi wisata, pihak perusahaan makanan dan minuman.

Adalah perlu untuk dijelaskan kepada publik bentuk kerja sama yang akan dilakukan, apakah murni seperti layaknya pengadaan barang dan jasa (kontrak bisnis) atau murni bentuk kepedulian sosial dari para pemilik bisnis tersebut yang dilakukan sebagai bentuk sumbangsih untuk negeri yang sedang berada ditengah krisis ini.

03. Subsidi Pendidikan Pariwisata

Yang juga tidak boleh dilupakan adalah pentingnya subsidi kepada para pelajar/mahasiswa yang saat ini sedang menuntut ilmu di sekolah-sekolah tinggi pariwisata baik negeri ataupun swasta di Indonesia, di mana sebagaimana kita maklumi bahwa banyak dari pelajar/mahasiswa ini terancam tidak bisa melanjutkan pendidikannya dikarenakan usaha yang dimiliki orang tuanya jatuh dikarenakan dampak corona.

04. Penguatan SOP Mitigasi Pariwisata

Berkaca dari banyak kejadian bencana alam, force majeur yang terjadi di Indonesia seperti gempa bumi, gunung api meletus dan saat ini wabah penyakit, maka kebutuhan akan segera diperkuatnya SOP Mitigasi Pariwisata Indonesia yang mengacu pada standardisasi yang diberikan UNWTO dan WHO adalah sangat penting.

Langkah strategi dari Kemenparekraf di saat fase pemulihan adalah sangat krusial untuk disiapkan sejak dini, agar pada saat wabah ini mereda kemenparekraf sudah tidak lagi berbicara tentang merancang strategi pemulihan, tapi tinggal melaksanakannya.

05. Prioritas pada pembenahan destinasi

Terkait kenyamanan di destinasi wisata, Indonesia masih banyak memiliki PR yang harus dikerjakan, seperti misalnya issue kebersihan, keamanan, kesehatan, pelestarian lingkungan, regulasi daerah, layanan wisata halal dan lain sebagainya.

Ini tidak saja membutuhkan anggaran yang banyak tetapi juga pendampingan yang intensif, sehingga pembenahan destinasi yang dilakukan sesuai dengan standard global manajemen destinasi pariwisata yang berkelanjutan.

06. Meningkatkan peran pokdarwis di desa wisata sebagai tim gugus desa yang dibina oleh Kemenparekraf

Pokdarwis perannya seringkali dikesampingkan di dalam pengembangan pariwisata, padahal kelompok ini beranggotakan anak – anak muda kreatif yang peduli akan kemajuan pariwisata di desanya.

Peningkatan peran dari Pokdarwis yang tersebar di seluruh desa wisata diharapkan dapat menjadi agen perubah , motor penggerak masyarakat dalam membangun industri kreatif di desa, sekaligus menginisiasi gerakan bersama menjaga destinasi pariwisata.

07. Penguatan Regulasi masuknya Wisatawan Mancanegara

Mengambil pengalaman dari kasus corona, wisatawan dari negara/daerah yang sudah pernah atau rentan terkena wabah penyakit harus melalui seleksi yang sangat ketat untuk mendapatkan izin masuk/visa ke Indonesia.

Kebijakan bebas visa kunjungan dari negara-negara tersebut harus ditinjau kembali demi lebih berkualitasnya wisatawan mancanegara yang masuk berlibur ke Indonesia.

Tujuh rekomendasi di atas adalah wujud dari harapan agar Pariwisata Indonesia bisa segera bangkit di tengah pendemi ini,

Terobosan strategi dan kecepatan implementasi adalah kunci dari kemenangan kita dalam pertarungan melawan virus corona ini.

Wisata Halal Dinilai Dapat Pulihkan Industri Pariwisata Pasca Wabah Corona Berakhir

ilustrasi (foto: qubiz.net)

MTN, Jakarta – Wabah virus Corona saat ini memang merontokkan segala sendi industri pariwisata global. Namun agen wisata asal Jakarta, Adinda Azzahra Group, meyakini kalau wisata halal dapat pulihkan industri pariwisata pasca wabah Corona berakhir nanti.

Dilansir dari Republika, wabah virus corona saat ini berdampak kepada berbagai sektor, termasuk pariwisata. Banyak perjalanan wisata yang dibatalkan dan minat masyarakat untuk berwisata pun menurun.

Meskipun begitu, rasa optimistis akan geliat wisata masih dimiliki oleh pelaku industri wisata. Direktur Utama Adinda Azzahra Group, Priyadi Abadi, optimistis kalau industri wisata akan membaik setelah pandemi virus corona ini selesai.

Menurut Priyadi pada awal Maret 2020 ini, pemulihan wisata akan semakin baik dengan menggunakan metode wisata halal.

Priyadi mengatakan kalau tren wisata halal juga semakin berkembang di berbagai negara. Oleh karena itu, ia yakin kalau wisata halal bisa menjadi lokomotif utama dalam memulihkan kembali geliat pariwisata.

Wisata Halal Juga Picu Perkembangan Produk Halal

ilustrasi (gambar: Suara Islam)

MTN, Jakarta – Perkembangan wisata halal ternyata beriringan juga dengan produk-produk halal. Seperti apa?

Kesadaran masyarakat lokal akan produk halal terus meningkat sejalan dengan perkembangan industri wisata halal (halal tourism) yang kian menggeliat.

Demikian dikatakan oleh Chairman of Indonesian Islamic Travel Communication Forum (IITCF), H. Priyadi Abadi, M. Par, dalam acara diskusi “Grand Opening Adinda Azzahra” di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, awal Maret ini, seperti yang dilansir dari Mina News.

Mengutip data yang dipublikasikan MasterCard-CrescentRating pada tahun 2019 lalu, Priyadi mengatakan, grafik pertumbuhan jumlah wisatawan Muslim (di luar Haji dan Umroh) di dunia terus mengalami kenaikan.

“Tercatat pada 2014 jumlah wisatawan Muslim ada sekira 108 juta jiwa, di tahun 2016 naik menjadi 121 juta jiwa, dan pada 2018 lalu meningkat menjadi 140 juta jiwa. Pada 2020 ini diproyeksikan jumlah wisatawan Muslim dunia akan mencapai 160 juta jiwa,” ujar Priyadi.

Menurutnya, kontribusi sektor wisata halal terhadap perekonomian global pada 2020 ini diprediksi mencapai angka US$220 miliar.

Sementara pada tahun 2026 nanti, kontribusi sektor pariwisata halal diperkirakan melonjak hingga ke angka 35% atau US$300 miliar.

Ia menambahkan, wisatawan muslim secara global diprediksi akan mengalami kenaikan menjadi 230 juta jiwa, yang merepresentasikan lebih dari 10 persen total wisatawan global secara keseluruhan.

Sejauh ini potensinya telah digarap oleh negara-negara Muslim. Berdasarkan Global Muslim Travel Index (GMTI) 2019, Indonesia bersama Malaysia keluar sebagai juara destinasi wisata ramah Muslim (muslim friendly) di antara negara-negara Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dengan skor 78.

Di posisi berikutnya Turki, Arab Saudi, Uni Emirat Arab di peringkat tiga, keempat, dan kelima. Qatar (peringkat enam), Maroko (peringkat tujuh), Bahrain (peringkat delapan), Oman (peringkat delapan), dan Brunei (peringkat sepuluh).