Aturan Haji 2020: Jamaah Dilarang Sentuh Ka’bah

foto: aljazeera.com

MTN, Jakarta – Di musim Haji 2020 masa pandemi Corona ini, pihak Kerajaan Arab Saudi menerapkan protokol dilarang menyentuh Ka’bah dan wajib jaga jarak saat Thawaf.

Dilansir dari Detik, di era New Normal, pemerintah Arab Saudi kian tegas perihal aturan bagi para jamaah haji. Ada banyak aturan baru yang harus jamaah ketahui.

Pemerintah Arab Saudi memutuskan untuk membatasi pelaksanaan Haji 2020 untuk mencegah penyebaran virus corona. Melalui Pusat Pencegahan Penyebaran Penyakit (CDC), Pemerintah Arab Saudi merilis aturan Haji 2020 sesuai protokol kesehatan, seperti dilarang menyentuh Kakbah.

Pelaksanaan Haji 2020 hanya diperuntukkan bagi 1.000 orang jamaah, orang Arab Saudi atau warga asing yang saat ini berdomisili di Arab Saudi. Ini merupakan kali pertama pelarangan haji bagi Muslim dari luar negeri, di zaman modern.

Selain dilarang menyentuh Kakbah, jamaah Haji 2020 juga diminta menjaga jarak satu dengan yang lain sekitar satu setengah meter selama salat berjamaah dan ritual tawaf, atau berkeliling Kakbah.

Akses ke lokasi Haji yang lain, seperti: Mina, Muzdalifah, dan Arafah akan dibatasi, hanya diperuntukan bagi pemilik izin haji pada 19 Juli hingga 2 Agustus 2020. Jemaah juga diwajibkan menggunakan masker sepanjang waktu.

Sementara itu, keputusan Haji terbatas dilakukan setelah pemerintah Arab Saudi melakukan beberapa pertimbangan. Sebelumnya, negara tersebut sempat menerapkan kebijakan lockdown hingga penutupan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.

Platform Digital & Konten Kreatif Diharapkan Bisa Tarik Kembali Wisatawan ke Indonesia

foto: Reuters

MTN, Jakarta – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif / Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf / Baparekraf) berharap platform digital & konten kreatif bisa tarik kembali wisatawan ke Indonesia.

Dilansir dari keterangan resminya, pihak Kemenparekraf / Baparekraf berharap pemanfaatan platform digital dan konten kreatif bisa menjadi sarana edukasi yang efektif untuk menarik kepercayaan wisatawan agar kembali berwisata di Indonesia.

“Gaining trust dan confidence adalah kunci dalam percepatan pemulihan sektor pariwisata namun hal ini tidak mudah, butuh upaya yang luar biasa dan kerja sama dari kita semua,” kata Nia Niscaya, Deputi Bidang Pemasaran Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Nia Niscaya, saat Webinar Workshop Konten Kreatif Travel Vlogger bersama travel vlogger Ariev Rahman dan Sutiknyo, Jumat (26/6).

Berdasarkan data dari social listening tools Sprinklr Analytic, selama periode 9-16 Juni 2020, ada peningkatan signifikan persepsi negara lain terhadap Indonesia terkait pandemi COVID-19 dari bulan-bulan sebelumnya yang minus dibawah angka nol, minggu ini mulai positif, variatif dan ada yang di atas 50 persen.

“Melalui webinar ini diharapkan dapat menginspirasi masyarakat untuk membuat konten kreatif vlogging, khususnya dalam mempromosikan keindahan dan keunikan pariwisata tanah air. Wisatawan nusantara diharapkan dapat menjadi pionir yang mempopulerkan normal baru pariwisata Indonesia berdasarkan protokol Cleanliness, Health, and Safety CHS yang tengah kami persiapkan,” ujar Nia.

Ketika kondisi Covid19 mulai mereda dan kondusif, masyarakat diharapkan tetap saling mengingatkan untuk menegakkan protokol kesehatan. Belajar dari negara lain yang berhasil menangani Covid19 dengan baik, yang bangkit terlebih dahulu adalah wisatawan domestiknya. Begitu pula dengan Indonesia, jika kondisi sudah kondusif, wisatawan domestik akan menjadi harapan, sehingga Kemenparekraf membuat kampanye aktivasi #DiIndonesiaAja yang mengajak wisatawan domestik untuk berwisata di dalam negeri dengan tetap menegakkan protokol CHS.

Untuk membangun kepercayaan terhadap destinasi Indonesia, penerapan protokol CHS tengah dipersiapkan, didukung dengan acuan penerapan protokol kesehatan yang telah dikeluarkan Kementerian Kesehatan dan diturunkan kedalam panduan protokol kesehatan sektor Parekraf, yang antara lain dalam bentuk digital handbook dan pembuatan konten kreatif bekerja sama dengan hotel, rumah makan dan sektor Ekraf lainnya yang akan segera diluncurkan.

Penggunaan media sosial secara intensif untuk membagikan konten-konten edukasi seperti video animasi untuk mengingatkan kebiasaan baru yang harus dipraktikkan di era normal baru seperti pemakaian masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak dengan orang lain.

Arab Saudi Hanya Bolehkan Warga Lokal untuk Ibadah Haji 2020

foto: France 24

MTN, Jakarta – Arab Saudi hanya bolehkan warga lokal mereka untuk ibadah Haji tahun ini. Seperti apa?

Dilansir dari Detik, pemerintah Arab Saudi hanya akan membolehkan sekira 1.000 orang warga lokal untuk menjalankan ibadah haji tahun ini.

“Jumlah jemaah hanya akan berkisar 1.000 [orang], mungkin kurang, mungkin juga lebih sedikit,” ujar Menteri Urusan Haji Arab Saudi, Mohammad Benten.

“Jumlahnya tidak akan mencapai ratusan ribu atau ribuan [orang],” tambahnya.

Pemerintah Saudi mengatakan ibadah haji tahun 2020 dilaksanakan dengan menerapkan protokol kesehatan.

Biasanya, dalam situasi normal, ibadah haji diikuti oleh lebih dari dua juta orang.

Wabah Covid-19 juga telah memicu sejumlah negara untuk membatalkan pengiriman jemaah haji untuk tahun ini.

Kasus Covid-19 Melonjak, Masjid Terbesar Kota New Delhi Kembali Ditutup

Jama Masjid di kota New Delhi (foto: india.com)

Jakarta – Kasus Covid-19 melonjak, masjid terbesar di kota New Delhi, India kembali ditutup. Seperti apa?

Dilansir dari Detik, setelah sempat dibuka selama tiga hari, Masjid Utama di kota New Delhi ditutup kembali. Hal ini karena virus Corona di negara tersebut semakin meningkat.

Masjid Jama yang dibangun pada abad ke-17 di New Delhi, India, sempat dibuka Senin (8/6) saat pemerintah melonggarkan larangan pertemuan keagamaan. Namun, pihak berwenang memperingatkan bahwa infeksi virus Corona bisa melonjak dalam beberapa pekan ke depan.

Demi menjaga jemaah agar tak terpapar virus Corona, pengelola memutuskan untuk kembali menutup masjid mulai Jumat (12/6).

Menurut Ketua Ulama, Syed Ahmed Bukhari, ibadah publik (di masjid Jama) akan dihentikan mulai Jumat hingga 30 Juni mendatang, mengingat situasi yang juga semakin memburuk di kota New Delhi.

Hingga Jumat (12/6), kasus Corona di India telah mencapai 297 ribu dengan 147 ribu pasien sembuh dan 8.498 orang meninggal dunia.

Sedangkan di New Delhi sendiri, kasus Corona mencapai 34.687 jiwa, 12.731 sembuh, dan 1.085 orang meninggal dunia.

“Virus Corona menyebar secara eksponensial di Delhi,” ujar Bukhari dalam sebuah pernyataan.

Masjid-masjid Inggris Tawarkan Tur Virtual Selama Pandemi Covid-19

MTN, Jakarta – Selama lockdown pandemi Covid-19, masjid-masjid di Inggris tawarkan tur virtual. Seperti apa?

Dilansir dari Detik, masjid-masjid di Inggris pada masa pandemi Corona ini menawarkan tur virtual selama lockdown Covid-19, melalui inisiasi Visit My Mosque.

Visit My Mosque day adalah inisiasi nasional yang difasilitasi oleh Muslim Council of Britain (MCB), mendorong masjid-masjid di seluruh Inggris untuk mengadakan hari-hari terbuka masjid untuk umum.

Muslim di Inggris rutin menggelar Visit My Mosque Day selama lima tahun terakhir. Tapi, tahun ini acara tersebut dilaksanakan secara virtual karena adanya lockdown.

“Jika biasanya orang-orang mengunjungi masjid, tahun ini masjid yang mengunjungi mereka (secara virtual). Kemudian, ada juga aksi membagikan masakan, makanan panas, APD, dan banyak lagi,” ujar Sekretaris Jenderal dari Muslim Council of Britain, Harun Khan.

Khan menjelaskan kalau tur virtual masjid menjadi hal yang penting selama lockdown pandemi virus Corona.

“Peran komunitas yang paling penting adalah untuk mendukung kelompok masyarakat yang paling rentan selama tiga bulan ini, akibat lockdown virus Corona,” sambung dia.

Program tur virtual tersebut rencananya acara ini berlangsung pada akhir pekan selama 60 sampai 90 menit.

Acara serupa telah dilakukan sejak tahun 2015 dan diikuti oleh 20 masjid di Inggris. Sejauh ini tercatat lebih dari 250 masjid telah ikut serta, mulai tahun lalu.

Ingin mencoba tur virtual ke masjid-masjid di Inggris? Klik ke tautan berikut ini.

Seperti Apa Umroh Versi ‘New Normal’ Nantinya?

ilustrasi (foto oleh: Abdulgani Basheer / AFP)

MTN, Jakarta – Mau tak mau nantinya ibadah Umroh akan dilakukan dengan protokol New Normal. Seperti apa jadinya nanti?

Dilansir dari Detik, perjalanan haji dan umroh dihentikan sementara hingga pandemi COVID-19 mereda atau berakhir. Bersamaan dengan angka kesembuhan yang makin meningkat, persiapan menuju new normal dilakukan sejumlah negara.

Ketua Serikat Penyelenggara Umrah dan Haji Indonesia (Sapuhi), Syam Resfiadi, mengatakan kalau pelaksanaan umroh nantinya menyertakan prosedur pencegahan COVID-19. Kebersihan dan kesehatan diutamakan demi mencegah infeksi virus Corona.

“Tentunya, sesuai new normal internasional recommended dari WHO seperti masker, hand sanitizer, jaga jarak, dan bawa alat-alat perlengkapan sendiri. Prosedur umroh akan menyesuaikan diri, Insya Allah mudah,” ujar Syam.

Syam juga menyinggung pelaksanaan umroh bagi kelompok yang lebih berisiko terinfeksi virus corona. Misalnya orang lanjut usia atau lansia, anak-anak yang sistem imunnya belum cukup kuat, atau jamaah yang memiliki riwayat penyakit tertentu hingga lebih rentan mengalami COVID-19.

“Kemungkinan tidak boleh umroh. Tergantung kebijaksanaan Kerajaan Saudi Arabia,” kata Syam yang juga merupakan pimpinan salah satu biro travel umroh dan haji khusus.

Dengan adanya prosedur baru tersebut, bisa jadi ada peningkatan biaya umroh bagi para jamaah. Namun hal tersebut dikembalikan lagi pada kebijakan Saudi dan usaha pengendalian COVID-19.

Dikutip dari situs WHO, new normal disebut dalam statemen transisi menuju new normal selama pandemi COVID-19 harus dipandu prinsip kesehatan masyarakat. Prinsip transisi meliputi bukti pengendalian penularan COVID-19, kompetensi sistem dan fasilitas kesehatan, mampu menekan risiko di kerumunan orang serta tempat ramai, rumah lansia, fasilitas kesehatan mental.

Prinsip lainnya adalah usaha pencegahan di tempat kerja meliputi penerapan jaga jarak, rajin cuci tangan, dan etika saat napas, batuk, atau bersin. Risiko yang terbilang penting mampu dikendalikan serta adanya suara komunitas dalam usaha pencegahan. Jika prinsip belum terpenuhi maka New Normal sebaiknya dipertimbangkan kembali.

Impian untuk Hadirkan Zona Pariwisata Bebas Covid-19

ilustrasi (foto: Daily Sabah)

MTN, Jakarta – Pandemi Corona telah mengubah semua tatanan kehidupan, termasuk industri pariwisata. Orang-orang pun mengimpikan zoba pariwisata bebas Covid-19. Seperti apa?

Mantan Kepala Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta, Tazbir Abdullah, menulis opini di KrJogja tentang wacana untuk hadirkan zona pariwisata bebas Covid-19.

Destinasi wisata saat ini dituntut untuk segera menyesuaikan dengan era Normal Baru (New Normal). Covid-19 telah memporak porandakan industri pariwisata diseluruh dunia. Dampak yang paling besar disebabkan pembatasan mobilitas manusia, karena ganasnya virus ini.

Perjalanan wisata berhenti. Organisasi pariwisata dunia menyebutnya sebagai krisis yang luar biasa (extraordinary crisis). Belum pernah ada krisis pariwisata seberat ini. Banyak negara berpengalaman menghadapi krisis yang disebabkan bencana alam, erupsi gunung berapi, gempa, perang, huru-hara, bahkan juga wabah virus sebelumnya; yang kemudian pariwisatanya dapat kembali normal tanpa perlu kondisi khusus. Baru kali ini ada tuntutan normal baru (new-normal) dengan standar protokol Covid-19.

Normal Baru menuntut perubahan perilaku masyarakat dunia (tentu saja termasuk wisatawan dan masyarakat di tiap destinasi wisata). Perubahan perilaku berkaitan dengan tanggung jawab setiap orang untuk menjaga keselamatan dirinya dan orang lain, dari kemungkinan terkena serangan virus yang mematikan ini. Kebersihan diri manusia dan lingkungan di destinasi wisata menjadi kata kunci.

Sesungguhnya bicara tentang kebersihan, pariwisata kita sudah punya rumusan Sapta Pesona (Aman, Tertib, Bersih, Sejuk, Indah, Ramah dan Kenangan) sebagai standar pelayanan di destinasi, namun sayangnya selama ini kita belum menjalankannya dengan baik, baru sebatas materi untuk penyuluhan sadar wisata dan tulisan di baliho serta spanduk saja.

Oleh karena itu, Normal Baru ini kita harapkan menjadi momentum agar Sapta Pesona dilaksanakan dengan serius, paling tidak tiga unsur penting nya yaitu aman,tertib dan bersih.

Memang harus diakui, di Indonesia kebersihan masih jadi masalah. Lembaga pemeringkat pariwisata internasional yang mengukur Index Daya Saing Pariwisata Dunia masih mencatat dua kelemahan pariwisata kita dibanding dengan negara lain, yaitu kebersihan dan keamanan. Semoga hikmah pandemi ini dapat menggugah kesadaran kita semua untuk memperbaiki kelemahan pariwisata tersebut.

Di lain pihak, meskipun belum diketahui dengan pasti kapan Covid-19 akan berakhir, saat ini negara-negara atau destinasi yang mengandalkan pariwisata sebagai lokomotif ekonominya, sudah mulai mempersiapkan diri dengan program pemulihan (recovery) pariwisata menuju normal baru.

Pemerintah bersama industri pariwisatanya telah mengalokasikan biaya khusus untuk itu. Salah satu yang digagas adalah adanya zona-zona pariwisata yang aman dan bebas dari virus (Covid-19 Free Zone) sebagai tahap awal. Zona-zona inilah yang akan terlebih dahulu dipromosikan untuk menunjukkan bahwa suatu destinasi sudah siap dikunjungi dengan jaminan kesehatan, higinitas dan jaga jarak. Sebagai contoh, baru baru ini Thailand sudah berani menyatakan kesiapannya untuk menerima kembali kunjungan wisatawan; ini dalam rangka merespon hasil survey yang dilakukan di beberapa kota besar di China, di mana 54% responden menjawab bahwa jika covid-19 berakhir dalam tahun ini, mereka akan kembali berwisata keluar negeri.

Paralel dengan upaya pencegahan Covid-19, proses pemulihan pariwisata pun merupakan hal penting untuk dibicarakan. Secara bertahap perlu dipersiapkan obyek wisata zona bebas covid (covid free zone) di masing masing kabupaten/ kota sesuai dengan karakteristiknya,sehingga pada gilirannya nanti seluruh wilayah menjadi destinasi yang bersih dari Covid-19. Beberapa obyek wisata di DIY seperti candi, kraton, museum atau taman bertema (theme park) yang bersifat kawasan terbatas yang lebih mudah untuk dikontrol, selayaknya menjadi prioritas awal.

Kunci sukses nya ada pada dua hal yaitu; manajemen destinasi yang baik (tumpuannya pada pemda kabupaten/kota) dan pernyataan serta jaminan destinasi telah siap dikunjungi kembali karena telah menerapkan standar protokol yang ditentukan (tanggung jawab nya ada pada pemerintah provinsi) dengan segala konsekuensinya. Memang untuk mengembalikan kepercayaan (trust) bagi wisatawan (khususnya wisatawan asing), terhadap jaminan keamanan dan keselamatan jiwa wisatawan didestinasi maka pemerintahlah yang dipercaya, dalam hal ini pemerintah provinsi yang lebih kuat legitimasinya seperti yang dilakukan dibanyak negara lain.

Karena itu, sangat diperlukan kolaborasi yang baik antara pemda provinsi dan kabupaten/kota, serta instansi pemerintah terkait (dinas kesehatan), industri pariwisata serta masyarakat lokal seperti kelompok Sadar Wisata (dengan pelatihan khusus) untuk mempersiapkan ini semua. Semoga dalam waktu dekat, semua dapat merilis zona wisata bebas covid sebagai proses awal menuju pemulihan pariwisata.

Haji 2020 Batal, 350 Agen Perjalanan Lokal Kena Dampaknya

ilustrasi (foto: al-monitor.com)

MTN, Jakarta – Pemerintah baru saja resmi membatalkan kegiatan Haji 2020. Pembatalan itu mengakibatkan 350 agen perjalanan lokal terkena dampaknya.

Dilansir dari Kompas, Ketua Dewan Pembina di Forum Silaturahmi Asosiasi Travel Haji dan Umrah (Sathu), Fuad H Mansyur, mengatakan sekira 350 unit agen travel haji dan umrah terkena dampak pembatalan pemberangkatan jamaah haji 2020.

“Ada sekitar 350 travel haji dan umrah yang terdampak. Travel-travel ini biasanya memberangkatkan haji khusus, sementara untuk haji reguler diberangkatkan oleh pemerintah,” ujar Fuad di keterangan resminya, Rabu (3/6/2020).

Dia menambahkan nilai perputaran uang pada haji khusus tersebut berkisar 200 hingga 300 juta Dolar AS. Agen perjalanan wisata lokal akan mengalami kerugian akibat pembatalan pemberangkatan tersebut. Hal itu dikarenakan pihak travel haji dan umrah sudah bekerja sama dengan perusahaan yang ada di Arab Saudi untuk jangka waktu hingga 10 tahun ke depan.

“Kami memaklumi keputusan pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama. Apalagi hingga saat ini Pemerintah Arab Saudi belum mengeluarkan pernyataannya terkait pelaksanaan ibadah haji 2020,” terang Fuad.

Dia meminta pemerintah dan asosiasi travel bertemu dan membahas pembatalan pemberangkatan jamaah haji serta dampak yang ditimbulkan.

“Sebelum pemberangkatan haji dibatalkan, travel haji dan umrah juga sudah terkena dampak dari pandemi Covid-19 ini, karena sejak 27 Februari pemberangkatan umrah juga ditangguhkan,” ujar Ketua Dewan Pembina di Forum Silaturahmi Asosiasi Travel Haji dan Umrah (Sathu) tersebut.

Sebelumnya, Menteri Agama Fachrul Razi mengatakan pemerintah memutuskan tidak memberangkatkan jamaah haji pada musim haji 2020/1441 H karena pandemi Covid-19.

Pembatalan pemberangkatan jamaah haji tersebut berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 494/2020.

Sesuai dengan amanat undang-undang, selain persyaratan ekonomi dan fisik, kesehatan dan keselamatan jamaah haji harus diutamakan mulai dari embarkasi, di Tanah Suci, hingga kembali ke Tanah Air.

Kekurangan Anggaran, Warga Sumbang Pembangunan Masjid 99 Kubah

Masjid 99 Kubah (foto: datawisata.com)

MTN, Jakarta – Sejak tahun 2017 Masjid 99 Kubah diproyeksikan untuk jadi masjid termegah di Makassar. Namun pembangunannya mangkrak karena kekurangan anggaran. Warga pun berinisiatif untuk melakukan donasi agar pembangunannya tetap berlanjut.

Masjid yang berada di pinggir Pantai Losarinya, Kota Makassar ini dibangun sejak tahun 2017 oleh Pemerintah Sulawesi Selatan, namun hingga kini masjid tersebut belum bisa digunakan untuk beribadah oleh masyarakat. Pasalnya bangunan ini belum rampung akibat kekurangan anggaran. Warga sekitar pun berinisiatif untuk melakukan donasi agar pembangunannya tetap berlanjut.

Dilansir dari Suara.com, puluhan kubah kecil mengitari kubah utama dengan diameter paling besar yang berpusat di tengah bangunan masjid.

Warna-warna menyala macam kuning, merah, cokelat, dan putih berkelindan di kubah dan tubuh masjid cantik ini.

Saat malam menyergap, aneka warna tersebut kian hidup tatkala lampu sorot ditembakkan tepat ke arah kubah-kubahnya nan menawan.

Para pengunjung juga akan dimanjakan dengan atraksi air mancur yang terletak di depan masjid dan akan muncul selama 30 menit selepas Maghrib.

Konon untuk membangun deretan keelokan pada masjid yang sanggup menampung sekitar 10 ribu orang ini, dibutuhkan dana sekitar Rp 176 miliar. Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil didapuk sebagai sang arsitek.

Sementara itu, angka 99 yang tersemat di belakang nama masjid ini merupakan adaptasi dari jumlah Asmaul Husna.

Dilansir dari TravelingYuk, sampai Desember 2018, pembangunan Masjid 99 Kubah sudah mencapai angka 70%.

Tonton liputan donasi warga untuk Masjid 99 Kubah ini via saluran TAWAF TV di YouTube, melalui video di bawah ini.

Wisata Jogja Akan Dibuka Lagi, Dispar Setempat Siapkan Prosedur ‘New Normal’

ilustrasi (foto: harianjogja.com)

MTN, Jakarta – Pariwisata Yogyakarta akan dibuka kembali, Dispar DIY siapkan prosedur New Normal. Seperti apa?

Dilansir dari Detik, Dinas Pariwisata (Dispar) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sedang menyiapkan standar operasional prosedur (SOP) industri pariwisata untuk kondisi new normal.

Sejumlah hotel di Yogyakarta akan kembali dibuka mulai bulan Juni 2020 nanti.

Yogyakarta memilih untuk menjalani new normal atau normal baru. Dispar DIY menggodok protokol kesehatan merujuk virus Corona.

“Nampaknya COVID-19 ini akan panjang, sesuai dengan pernyataan presiden, akan ada penyesuaian perilaku perubahan tatanan kehidupan yang akan berdampingan dengan Corona, dan pasti dunia pariwisata juga akan masuk tatanan kehidupan baru, tentunya mengacu pada protokol kesehatan, kebersihan, keamanan untuk wisatawan,” ujar Kepala Dispar DIY, Singgih Raharjo.

Singgih bilang protokol secara umum yang bisa diterapkan di destinasi wisata sudah dilakukan. Contohnya, memakai masker, mengukur suhu tubuh, dan menyediakan tempat cuci tangan atau hand sanitizer. Kini, mereka tinggal menggodok detail protokol kesehatan untuk memutus rantai penyebaran COVID-19 di area wisata.

“Kalau protokol secara umum itu sudah, kalau di pariwisata nanti didetailkan lagi. Contohnya kalau kemudian di hotel apakah pada saat tamu check out bagaimana cara membersihkannya. Tentunya dengan new normal ini akan dilakukan (disemprot) disinfektan dulu kemudian didiamkan satu hari satu malam dulu baru diisi kembali,” dia menjelaskan.

Dia pun masih akan membahas SOP baru dalam industri pariwisata ini dengan akademisi dan GIPI DIY.

“Kami selesaikan secepatnya, sekarang sudah ada draftnya, setelah Lebaran kita bahas serius dengan akademisi, pelaku tentunya untuk bisa menghasilkan SOP dengan baik dan itu bisa diterapkan,” kata dia.

Yogyakarta juga terus melakukan persiapan-persiapan di destinasi wisata. Meliputi, pembersihan destinasi wisata, perbaikan fasilitas, penambahan fasilitas kebersihan, penyediaan fasilitas cuci tangan, dan peningkatan SDM.

“Tahapannya kita siapkan, termasuk sekarang kita menyiapkan fasilitas cuci tangan dan kebersihan di destinasi wisata, bertahap, agar tidak ada klaster baru dari pariwisata. Tujuannya bisa berwisata dengan aman sesuai protokol, harus hati-hati (dalam membuat SOP),” ujar dia.

Salah satu yang bisa diterapkan menurut Singgih yakni membuat model reservasi untuk destinasi wisata. Sehingga, saat nanti destinasi wisata dibuka tetap ada jaga jarak sosial (social distancing).

“Makanya harus ada penyesuaian antara destinasi, pengelola kemudian wisatawan sehingga perlu ada manajemen pengunjung. Apakah kemudian nanti kita siapkan model reservasi supaya memastikan ada social distancing,” kata dia.

Terkait waktu pembukaan destinasi wisata, Singgih masih menunggu rekomendasi dari Gugus Tugas Penanganan COVID-19 DIY dan Pemda DIY. Saat ini pihaknya memastikan persiapan untuk pembukaan wisata berjalan lancar sehingga nantinya jika sudah dibuka semua destinasi wisata termasuk SDM siap menyambut wisatawan.

“Berkaitan dengan kapan dibukanya destinasi wisata tentunya akan melihat kesiapan baik SDM maupun destinasi. Kami juga masih melihat kondisi perkembangan Corona sembari menunggu rekomendasi dari gugus tugas,” kata dia.