Seperti Apa Umroh Versi ‘New Normal’ Nantinya?

ilustrasi (foto oleh: Abdulgani Basheer / AFP)

MTN, Jakarta – Mau tak mau nantinya ibadah Umroh akan dilakukan dengan protokol New Normal. Seperti apa jadinya nanti?

Dilansir dari Detik, perjalanan haji dan umroh dihentikan sementara hingga pandemi COVID-19 mereda atau berakhir. Bersamaan dengan angka kesembuhan yang makin meningkat, persiapan menuju new normal dilakukan sejumlah negara.

Ketua Serikat Penyelenggara Umrah dan Haji Indonesia (Sapuhi), Syam Resfiadi, mengatakan kalau pelaksanaan umroh nantinya menyertakan prosedur pencegahan COVID-19. Kebersihan dan kesehatan diutamakan demi mencegah infeksi virus Corona.

“Tentunya, sesuai new normal internasional recommended dari WHO seperti masker, hand sanitizer, jaga jarak, dan bawa alat-alat perlengkapan sendiri. Prosedur umroh akan menyesuaikan diri, Insya Allah mudah,” ujar Syam.

Syam juga menyinggung pelaksanaan umroh bagi kelompok yang lebih berisiko terinfeksi virus corona. Misalnya orang lanjut usia atau lansia, anak-anak yang sistem imunnya belum cukup kuat, atau jamaah yang memiliki riwayat penyakit tertentu hingga lebih rentan mengalami COVID-19.

“Kemungkinan tidak boleh umroh. Tergantung kebijaksanaan Kerajaan Saudi Arabia,” kata Syam yang juga merupakan pimpinan salah satu biro travel umroh dan haji khusus.

Dengan adanya prosedur baru tersebut, bisa jadi ada peningkatan biaya umroh bagi para jamaah. Namun hal tersebut dikembalikan lagi pada kebijakan Saudi dan usaha pengendalian COVID-19.

Dikutip dari situs WHO, new normal disebut dalam statemen transisi menuju new normal selama pandemi COVID-19 harus dipandu prinsip kesehatan masyarakat. Prinsip transisi meliputi bukti pengendalian penularan COVID-19, kompetensi sistem dan fasilitas kesehatan, mampu menekan risiko di kerumunan orang serta tempat ramai, rumah lansia, fasilitas kesehatan mental.

Prinsip lainnya adalah usaha pencegahan di tempat kerja meliputi penerapan jaga jarak, rajin cuci tangan, dan etika saat napas, batuk, atau bersin. Risiko yang terbilang penting mampu dikendalikan serta adanya suara komunitas dalam usaha pencegahan. Jika prinsip belum terpenuhi maka New Normal sebaiknya dipertimbangkan kembali.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *