Melihat Rencana Pembangunan Masjid Apung Ancol

Masjid Apung Ancol. (gambar: kastara.id)

MTN, Jakarta – Ancol bakal memiliki sebuah masjid yang bangunannya terapung di atas permukaan laut. Seperti apa rencana pembangunannya?

Pada awal November kemarin (9/11) telah dimulai peletakan batu pertama pembangunan Masjid Apung Ancol. Estimasi dana untuk pembangunan masjid ini adalah sebesar Rp50 miliar.

Nantinya masjid Masjid Apung Ancol tidak menggunakan pendingin ruangan (air conditioner), melainkan memanfaatkan tenaga angin saja.

“Kita nanti enggak ada AC, kita lewatkan angin ke atas sebagai efisiensi dari energi listrik. Dari air, dengan yang disampaikan oleh Pak JK, (air keluar, red.) dengan sensor, jadi air enggak keluar daur ulang total,” ujar Direktur Utama PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk, Teuku Sahir Syahali, seperti yang dilansir dari AntaraNews.

“Anggaran dari (Jaya, red.) Ancol, kurang lebih Rp50 miliar,” tambah Sahir.

Dirut PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk tersebut juga mengatakan kalau selain desain modern tampa kubah sebagaimana umumnya masjid, Masjid Apung akan memiliki teknologi terkini.

Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) dalam pembangunan Masjid Apung ia memastikan bahwa proses pembuangan limbah yang tidak terbuang langsung ke laut.

Hal itu, baik menyangkut limbah air hujan yang akan ditampung untuk penyiraman, sedangkan untuk limbah jenis lainnya, pihak Jaya Ancol akan menerapkan daur ulang.

Bahan bangunan dari Masjid Apung akan menggunakan material “stainless steel” dan kayu agar bangunan sejuk, serta terdapat beberapa sekat untuk jalur angin keluar-masuk.

Sahir mengatakan bahwa produksi air sebagian akan menggunakan SWRO (Sea Water Reverse Osmosis) yang dapat memproses air laut menjadi air tawar untuk keperluan masjid.

Proses pembangunan Masjid Apung Ancol direncanakan memakan waktu satu tahun mulai dari pelaksanaan pemancangannya. Lokasinya yang menjorok dari daratan menjadikan masjid itu bangunan unik dan satu-satunya di Jakarta.

Nantinya, area masjid memiliki luas 2.000 meter persegi mampu menampung hingga 2.500 orang jamaah.

Sebelumnya, desain Masjid Apung Ancol ini berdasarkan hasil sayembara. Para juara telah terpilih usai melewati proses seleksi dan penjurian sekitar dua bulan lamanya. Dua tim arsitek asal Bandung terpilih sebagai juara pertama dan kedua saat pengumuman di North Art Space, Kamis, 21 November 2019.

Seperti yang dilansir dari situs resmi Ancol, “Mandala Kisah” karya Aris Adhi Nugraha, Karlina Wahyuningtyas, dan Tyas Nugraheni sebagai yang terbaik dan berhak atas hadiah sebesar 60 juta rupiah. Sedangkan juara kedua diraih Aris Munandar dan Sandi Supriadi membawa pulang hadiah sebesar 20 juta rupiah. Istimewanya, dua juara ini berasal dari kota yang sama, yakni Bandung.

Tokopedia Luncurkan Layanan Perjalanan Umroh

MTN, Jakarta – Tokopedia luncurkan layanan agen perjalanan Umroh. Seperti apa layanannya?

Tokopedia Umroh adalah layanan terbaru dari Tokopedia yang fokus sebagai agen perjalanan Umroh.

Layanan ini diluncurkan pada Rabu (27/11), dan merupakan bagian dari ekosistem Tokopedia Salam; layanan syariah di Tokopedia, yang di dalamnya ada 700 ribu penjual dan lebih dari 21 juta buah produk ramah Muslim.

Seperti yang dilansir dari KR Asia, pihak Tokopedia mengklaim kalau mereka adalah marketplace online pertama di Indonesia yang menyediakan layanan perjalanan Umroh.

Garri Juanda, Kepala Tokopedia Salam, mengatakan kalau perusahaannya meluncurkan layanan tersebut dikarenakan permintaan yang tinggi dari konsumen akan agen Umroh online terpercaya.

“Kami melihat memang melihat ada peluang untuk para agen travel Umroh lokal untuk beralih ke sistem digital, dan kami menyediakan platform tersebut ke mereka,” ujar Juanda.

Saat ini sudah ada 20 agen perjalanan tersertifikasi yang telah bergabung dengan Tokopedia Umroh. Juanda mengatakan kalau jumlah tersebut akan terus bertambah, mengingat ada lebih dari 900 agen travel Umroh yang terdaftar di Departemen Agama.

Klik ke sini untuk melihat detail dari layanan Tokopedia Umroh.

Potensi Besar Industri Maskapai Penerbangan Syariah di Indonesia

ilustrasi (foto: middle east eye .net)

MTN, Jakarta – Indonesia sebagai negara dengan populasi penduduk beragama Islam terbesar di dunia tentu memiliki potensi besar untuk industri maskapai penerbangan syariah. Tapi seperti apa cara penerapannya?

Dilansir dari Tangerang Online, praktisi industri penerbangan, M Suriawan Wakan, pernah mengatakan kalau Indonesia memiliki potensi besar dalam membangun dan mengoperasikan penerbangan berbasis syariah.

“Potensi itu didukung oleh fakta bahwa ekonomi syariah tumbuh dengan baik, pada sisi lain marketnya terbuka lebar. Bahkan ada semacam captive market,” ujar Wakan.

Menurut Wakan, pembiayaan untuk membangun penerbangan syariah tersebut dapat dilakukan dengan melibatkan seluruh potensi partisipasi publik, lembaga-lembaga keuangan syariah dan institusi keagamaan seperti Muhammadiyah, NU, MUI, dan lain-lain.

“Modal awal sekitar Rp1 triliun untuk membeli lima pesawat dan menyewa lima pesawat lainnya, sebagai salah satu syarat mengurus Air Operator Certificate (AOC) ke Ditjen Perhubungan Udara. Dalam tempo singkat permodalan ini dapat dimobilisasi. Tinggal bentuk dulu lembaga sebagai operator, lalu mobilisasi dana publik dengan mendapat izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK),” terang Wakan.

Dengan saham dimiliki publik, lanjut Wakan, maka sangat terbuka peluang untuk pegawai maskapai, termasuk pilot dan kru kabin menjadi bagian pemilik perusahaan.

Lebih jauh Wakan menjelaskan, eksistensi maskapai penerbangan syariah ini dibutuhkan, mengingat masih sangat besar celah kebutuhan muslim yang belum dapat dipenuhi oleh maskapai penerbangan yang sudah ada di Indonesia.

“Contohnya, kru kabin berbusana muslimah, penumpang perempuan menutup aurat sesuai syariah, serta pelayanan bernuansa Islami, seperti berdoa bersama sebelum dan setelah terbang, dan sebagainya,” tutur Executive General Manager PT Angkasa Pura II Kantor Cabang Utama Bandara Soekarno-Hatta ini.

Sebelumnya pada tahun 2015 sebuah maskapai penerbangan syariah diluncurkan di Malaysia, yang bernama Rayani Airlines.

Rayani Airlines adalah maskapai syariah pertama Malaysia, dan keempat di Asia setelah Saudi Arabian Airlines, Iran Airways dan Royal Brunei.

Maskapai penerbangan syariah Malaysia tersebut memakai hukum-hukum Islam dalam setiap aktivitasnya.

Dilansir dari Phinemo, Direktur Utama Rayani Airlines saat itu, Jaafar Zamhari, menjelaskan bahwa alkohol dilarang di setiap penerbangan Rayani dan juga mereka menerapkan aturan berpakaian yang tegas. Kru kabin perempuan Rayani yang Muslim diwajibkan memakai hijab, sementara yang non-muslim memakai seragam yang sopan.

Para penumpang akan mendapat hidangan yang semuanya dijamin halal. Rayani juga memiliki prosedur pembacaan doa sebelum keberangkatan di tiap penerbangan.

Sayang pada tahun 2016 Rayani Air ditutup karena persoalan profesionalitas dan manajerial.

Jangan Terkecoh, Ini Daftar 31 Nama Sebutan Daging Babi pada Makanan

MTN, Jakarta – Seringkali kita ketika memesan menu di restoran bingung karena banyak istilah asing pada makanan-makanannya. Agar tidak terkecoh, berikut adalah daftar nama sebutan daging babi pada makanan.

Dilansir dari VOA Islam, pendiri dari Halal Corner, Aisha Maharani, lewat akun Twitter-nya, @AishaMaharanie, mencatat ada 31 buah sebutan lain untuk bahan baku daging babi dan turunannya.

Istilah-istilah ini termasuk asing dan jarang didengar masyarakat Indonesia.

Berikut adalah daftar berbagai istilah daging babi:

  1. Pig: Babi muda dengan berat kurang dari 50 kg.
  2. Pork: Daging babi.
  3. Swine: Daging babi untuk seluruh jenis babi.
  4. Hog: Babi dewasa dengan berat melebihi 50 kg.
  5. Boar: Babi liar, babi hutan, atau celeng.
  6. Lard: Lemak babi, biasa digunakan sebagai minyak untuk masakan, kue, atau bahan sabun.
  7. Bacon: Daging hewan yang diasapi, terutama babi.
  8. Ham: Daging babi bagian paha.
  9. Sow: Babi betina dewasa (namun istilah ini jarang digunakan).
  10. Sow milk: Susu yang dihasilkan dari babi.
  11. Bak: Daging babi dalam bahasa Tiongkok. Misal: Bak Kut Teh, bakkwa.
  12. Char siu, cha siu, char siew: Mengacu hidangan kanton berupa daging barbeku.
  13. Cu Nyuk: Daging babi dalam bahasa Khek/Hakka.

Istilah ini digunakan dalam makanan siomay dan bubur.

  1. Rou: Babi dalam bahasa Mandarin, misalnya, hingshao rou, rou jia mo, tuotuorou, yuxiangrousi.
  2. Dwaeji: Daging babi dalam bahasa Korea, biasanya digunakan sebagai varian dalam bulgogi dan galb.
  3. Tonkatsu: Hidangan Jepang berupa irisan daging babi yang digoreng dengan tepung panir.
  4. Tonkotsu: Hidangan Jepang berupa ramen berkuah putih keruh, terbuat dari tulang, lemak, dan kolagen babi.
  5. Nuraniku: Sebutan daging babi dalam bahasa Jepang.
  6. Yakibuta: Hidangan Jepang mirip char siu, biasanya digunakan untuk toping ramen.
  7. Nibuta: Hidangan Jepang berupa pundak babi yang dimasak dengan sedikit kuah.
  8. B2: Sebutan untuk makanan yang berbahan daging babi di daerah Batak dan Yogyakarta.
  9. Khinzir: Nama untuk babi dalam bahasa Arab dan Melayu.

Istilah lain dari “Daging Babi”

  1. Charsiu
  2. Mu
  3. Chasu
  4. Cu (hewan babi)
  5. Nyuk/Yuk (Daging), jadi kalo “Cu Nyuk” itu artinya “Daging Babi”
  6. Cu-Rou (Dabing Babi)
  7. Cha
  8. Siu
  9. Baikwat (porkribs)

MUI Targetkan 50 Hotel Bersertifikat Halal di 2019

Ilustrasi (foto: sofyanhotel.com)

MTN, Jakarta – Beberapa tahun terakhir industri wisata syariah di Indonesia kian bergeliat. Pihak MUI pun pasang target agar hotel bersetifikat halal meningkat.

MUI melalui Dewan Syariah Nasional (DSN-MUI) akan meningkatkan jumlah hotel lokal bertifikasi halal.

Untuk menunjang kegiatan wisata syariah di Indonesia, semuanya masih hotel berbintang tiga, dan jumlahnya baru ada lima,” ungkap Ketua Bidang Industri Bisnis dan Ekonomi Syariah DSN MUI, Bukhori Muslim, di Jakarta (19/9/2019).

Lima hotel yang sudah mengantong sertifikat halal per September 2019 adalah: Hotel Syariah Solo, Sofyan Betawi Menteng Jakarta, Sofyan Tebet, dan dua hotel di Aceh.

Tahun ini, DSN ingin jumlah hotel yang sudah mengantongi sertifikasi halal menjadi sepuluh kali lipat dari jumlah yang sekarang. “Target 2019 ada 50 hotel lokal yang akan mendapat sertifikat halal,” ujarnya.

Wewenang sertifikasi hotel Syariah ini, ada di tangan DSN MUI. Menurut Bukhori, DSN MUI siap melakukan sertifikasi hotel sesuai prosedur dan standard yang berlaku. Proses sertifikasi pun hanya memakan waktu empat belas hari jika semua persyaratan terpenuhi.

“Syarat-syarat administrasinya bisa dilihat di website DSN MUI,” jelas Bukhori.

Beberapa syarat tersebut antara lain adalah: surat permohonan, kelengkapan profil usaha, komitmen, pengelolaan dana sesuai Syariah, bukti keterlibatan di asosiasi bidang usaha, dan lampiran sertifikasi halal restoran.

Sebelumnya Sekretaris Jenderal Jakarta Tourism Forum (JTF), Jeffrey Rantung, mengatakan sertifikasi halal ini penting untuk mempercepat pengembangan wisata halal di Indonesia, khususnya di Jakarta.

“Secara global, memang tujuan kami mengambil bagian dari 135 juta segmentasi halal dunia. Pada tahun ini Indonesia baru mendapatkan 3,5 juta,” ujar Jeffrey dalam acara Forum Group Discussion (FGD), Hotel Halal Kitchen & Restaurant, Rabu (4/9/2019).

Jeffrey menjelaskan, dorongan sertifikasi halal ini terutama dilakukan di bagian layanan dapur dan restoran hotel. Komponen ini dinilai paling penting karena menjadi salah satu hal yang sering ditanyakan dan dipertimbangkan oleh wisatawan Muslim, khususnya dari mancanegara.

NTB, Destinasi Wisata Halal Terbaik Nasional 2019

Islamic Center Hubbul Wathan NTB (foto: contractorkubahmasjid.com)

MTN, Jakarta – Nusa Tenggara Barat (NTB) terpilih sebagai destinasi wisata halal terbaik nasional untuk tahun 2019 versi Muslim Travel Index (IMTI) 2019. Seperti apa?

Nusa Tenggara Barat (disingkat NTB) ialah sebuah provinsi di Indonesia yang berada pada bagian barat Kepulauan Nusa Tenggara. Provinsi ini beribu kota di Mataram dan memiliki 10 Kabupaten dan Kota.

Pada awal kemerdekaan Indonesia, wilayah ini termasuk dalam wilayah Provinsi Sunda Kecil yang beribu kota di Singaraja. Kemudian, wilayah Provinsi Sunda Kecil dibagi menjadi tiga provinsi: Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Dua pulau terbesar di provinsi ini adalah Lombok yang terletak di barat dan Sumbawa yang terletak di timur.

Sebagian besar dari penduduk Lombok berasal dari suku Sasak, sementara masyarakat Bima (suku Mbojo) dan Sumbawa merupakan kelompok etnis terbesar di Pulau Sumbawa. Mayoritas penduduk Nusa Tenggara Barat beragama Islam, yaitu sekitar (94%).

Pulau Lombok dikenal dengan julukan Pulau 1000 Masjid. Julukan ini disematkan karena pulau kecil seluas 5.435 km2 ini memiliki 4.500 lebih masjid yang tersebar di 598 desa dan kelurahan di pulau Lombok.

Berikut adalah tujuh masjid termegah di pulau Lombok yang patut anda kunjungi:

  1. Islamic Center Hubbul Wathan NTB
  2. Masjid Nurul Bilad
  3. Masjid Al Akbar Masbagik, Lombok Timut
  4. Masjid Darussalam Kopang, Lombok Tengah
  5. Masjid Agung Praya, Lombok Tengah
  6. Masjid Jamiq Al Mujahidin Selong, Lombok Timur
  7. Masjid Jamiq Baitur Rahman Kediri

Objek-objek Wisata di Nusa Tenggara Barat secara keseluruhan:

  • Pantai Sengginggi dan Gili Trawangan (Lombok Barat)
  • Pulau Senggigi, Kepulauan Gili (Meno, Air, Nangu), Taman Narmada, Hutan Wisata Suranadi (Lombok Barat).
  • Mataram, Ibukota Lombok. Lokasi yang cocok untuk mempelajari budaya asli Lombok (Lombok Tengah).
  • Desa Suka Rara yang jadi pusat pengrajin tenun, Desa Sade, Kota Tua Ampenan, Museum Nusa Tenggara Barat, Makam Loang Baloq yang menjadi lokasi wisata ziarah, dan Pura Suci (Lombok Tengah).
  • Lokasi bulan madu terbaik dunia di Kecamatan Sembalun yang terdiri dari enam desa (Lombok Timur).
  • Gunung Rinjani, Pantai Pink, dan Pantai Tebing (Lombok Timur).

Kemenpar dan MUI Pererat Kerja Sama untuk Wisata Halal

Acara “The International Halal Tourism Conference 2019”. Foto: Kemenpar

MTN, Jakarta – Kementrian Pariwisata dan (Kemenpar) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) diharapkan dapat memperkuat sinergi mereka untuk kembangkan wisata halal.

Kementerian Pariwisata dan MUI diharapkan mempererat sinergi dalam mengembangkan industri wisata halal ke depannya di Indonesia.

“Segala sesuatu yang berkaitan dengan halal atau syariah, seperti keuangan halal dan ekonomi halal sudah menjadi sistem nasional. Karena itu, MUI juga memiliki kepentingan mengembangkan Halal Tourism. MUI bersama Kemenpar dapat mendorong wisata halal berkembang di Indonesia sehingga dapat mendongkrak pekonomian rakyat,” ujar Ma’ruf Amin, Ketua Umum MUI sekaligus Wakil Presiden Indonesia, di acara “The International Halal Tourism Conference” Golden Palace Hotel, Mataram, NTB, Kamis (10/10/2019).

Dilansir dari keterangan resmi pihak Kemenpar, Ketua umum MUI ini juga berharap, fasilitas penunjang wisata halal, seperti restoran halal dan travel halal juga ikut berkembang untuk memenuhi kebutuhan wisatawan yang datang ke destinasi tersebut.

Sebelumnya Indonesia terpilih sebagai Destinasi Wisata Halal Terbaik Dunia pada ajang Global Muslim Travel Index (GMTI) 2019, menggungguli 130 destinasi lainnya di seluruh dunia.

Sebagai destinasi wisata halal terbaik dunia, Indonesia tercatat mengalami peningkatan secara berjenjang dari ranking enam pada 2015, ranking empat pada 2016, ranking tiga pada 2017, ranking dua pada 2018, sampai akhirnya Indonesia menduduki peringkat pertama GMTI pada 2019.

Di dalam negeri, Indonesia Muslim Travel Index (IMTI) 2019 menempatkan Lombok pada peringkat pertama sebagai Destinasi Wisata Halal Unggulan Indonesia. Lombok diikuti daerah lain seperti Aceh, Riau, Kepulauan Riau, Jakarta, dan Sumatera Barat.

Ibnu Batutah, Sang Penjelajah Legendaris Dunia Muslim

Ibnu Batutah
Ibnu Batutah

MTN, Jakarta – Di sejarah dunia jika menyebut nama tokoh-tokoh penjelajah/petualang terkemuka, pasti merujuk ke Marcopolo, Columbus atau James Cook. Jarang sekali yang menyebut nama Ibnu Batutah. Siapakah dia?

Ibnu Batutah / Ibn Battuta (1304 – 1369) adalah seorang cendikiawan muslim asal Maroko, dan penjelajah yang telah banyak bepergian keliling dunia pada abad pertengahan.

Dalam kurun waktu 30 tahun, Ibnu Batutah telah mengunjungi sebagian besar dunia Islam dan banyak negara non-Muslim, termasuk wilayah Asia Tengah, Asia Tenggara, India, dan China.

Di usia 21 tahun Ibnu Batutah telah menyambangi sekira 44 negara dengan jarak tempuh 120 ribu kilometer.

Ibnu Batutah merupakan ahli hukum dan sarjana. Batutah sempat ditunjuk sebagai hakim di Turki, India dan Maladewa. Posisi Batutah sebagai ahli hukum dan sarjana juga merupakan profesi turun-temurun di keluarganya.

Selama 30 tahun melakukan keliling dunia, Batutah banyak melakukan siar agama Islam. Di negara-negara yang penduduknya masih belum beragama Islam, dia melakukan perdagangan atau kerja sama di bidang lain dengan memasukkan unsur Islam meski tidak secara langsung.

Hampir 120.000 kilometer telah ditempuhnya selama rentang waktu 1325-1354 Masehi; tiga kali lebih panjang dari jarak yang telah ditempuh oleh Marco Polo.

Ibnu Batutah Pernah Mengunjungi Aceh

Ibnu Batutah pernah mengunjungi Sumatera, tepatnya Aceh. Batutah menceritakan kunjungannya bertemu dengan Sultan Jawa (Sultan Nusantara) dari Kerajaan Samudera Pasai, Sultan Malik Az-Zhahir.

Pada abad ke-14 Ibnu Batutah berlayar sepanjang pantai Arakan dan kemudian tiba di Aceh, tepatnya di Samudera Pasai.

Dalam kunjungannya ke Aceh, Batutah menulis Sumatra dengan nama Jawa. Karena saat itu yang terkenal di kalangan saudagar dunia adalah Menyan Jawi.

Namun, yang dimaksud Batutah adalah Sumatera. Pulau di mana Pasai berada. Dalam catatan itu, Ibnu Batutah sampai di pesisir Pasai setelah menempuh perjalanan laut selama 25 hari dari India.

Menurut Ross E. Dunn, sejarawan dari San Diego State University, dalam Petualangan Ibnu Battuta, itu hal yang umum digunakan pada zaman pertengahan. Misalnya, penjelajah Italia, Marco Polo menyebut Sumatra sebagai Jawa yang kecil.

“Pulau itu hijau dan subur”, Batutah menulis tanaman yang banyak tumbuh di Pasai adalah pohon kelapa, pinang, cengkeh, gaharu India, pohon nangka, mangga, jambu, jeruk manis, dan tebu.

Saat sampai di pelabuhan, masyarakat setempat menyambut Batutah dan rombongan dengan ramah. Rakyat di sana datang dengan membawa kelapa pisang, mangga, dan ikan, untuk ditukarkan dengan barang lain yang dibawa pedagang yang singgah.

Menurut Batutah, perwakilan dari panglima kesultanan juga mendatangi rombongannya. Pejabat itu menanyakan maksud kedatangan mereka. Setelah itu, rombongan Ibnu Batutah diizinkan mendarat di pantai. Menurut catatan Batutah, perkampungan itu berjarak sekitar empat mil dari kota raja.

Batutah juga mencatat bahwa Sultan Pasai, al-Malik az-Zahir, sangat ramah. Rombongan itu diterima dengan tangan terbuka. Bahkan, sang sultan meminjamkan beberapa ekor kuda untuk rombongan Batutah yang singgah itu.

Batutah juga terkesan dengan keyakinan Sultan al-Malik az-Zahir. Selain terbuka, Sultan juga pecinta teologi. Sultan merupakan penganut Islam yang taat dan memerangi segala perompakan. Sultan juga memberikan perlindungan kepada kaum non-muslim yang membayar ajak kepada kesultanan. Selain tegas, Sultan al-Malik juga digambarkan sebagai orang yang rendah hati.

Batutah berada di Pasai selama 15 hari. Tibalah saatnya mereka berpamitan. Rombongan ini tak bisa meneruskan perjalanan ke China karena kondisi cuaca yang buruk. Batutah dan rombongan pun berpamitan kepada Sultan.

Setelah kunjungannya di Aceh, ia meneruskan perjalanan ke Kanton lewat jalur Malaysia dan Kamboja. Setibanya di Cina, Ibnu Batutah terus berpetualang ke Peking. Lalu ia menuju Calicut dan meneruskan perjalanannya ke Iran, Irak, Suriah, Mesir, kemudian menunaikan haji di Mekah. Setelah ibadah hajinya yang terakhir, Ibnu Batutah kembali ke kampung halamannya.

Menulis Jurnal Perjalanan Ibnu Battuta

Seluruh catatan perjalanan dan pengalaman Ibnu Battuta selama pengembaraan ditulis ulang oleh Ibnu Jauzi seorang penyair dan penulis buku kesultanan Maroko.

Sultan Maroko saat itu bernama Sultan Abu Inan Faris, dan ia memerintahkan juru tulis Ibnu Jauzi untuk menulis kisah Ibnu Battuta. Battuta pertama kali berkenalan dengan juru tulis Ibnu Jauzi di Granada.

Ibnu Batutah diminta menceritakan apa saja yang dilakukan selama penjelajahannya, untuk dibuatkan laporan penjelajahan yang lengkap.

Ibnu Jauzi menuliskannya berdasarkan paparan lisan yang didiktekan langsung oleh Ibnu Battuta. Buku ini disusun selama dua tahun dan diberi judul “Tuhfat al-Nuzzar fi Ghara’ib al-Amsar wa-’Aja’ib al-Asfar” atau lebih dikenal dengan “Rihla Ibnu Battuta”.

Banyak kisah menarik yang diceritakan dalam buku catatan perjalanan Ibnu Bathuthah ini, terutama cerita-cerita tentang para sultan, para syaikh, sejarah sebuah negeri, falsafah kehidupan masyarakat setempat dan lain-lain.

Dunia Barat Telat Mengenal Kisah Ibnu Batutah

Kisah petualangan Ibnu Batutah sebelumnya hanya diketahui di lingkaran dunia muslim saja. Baru abad ke-19 kisah Batutah diketahui oleh dunia Barat, ketika seorang penjelajah Jerman yang bernama Ulrich Jasper Seetzen (1767-1811) mendapat kumpulan manuskrip di Timur Tengah, yang di dalamnya termasuk tulisan setebal 94 halaman karya Ibnu Jauzi yang mengisahkan tentang Ibnu Batutah.

Kemudian tiga kopi manuskrip lainnya juga didapatkan oleh penjelajah Swiss, Johann Burckhardt.

Pada kisaran dekade 1830-an, saat okupasi Perancis terhadap Aljazair, pihak Bibliothèque Nationale (BNF) di Paris mendapat lima manuskrip jurnal perjalanan Ibnu Batuta , yang dua di antaranya dalam kondisi lengkap, bertanggal 1356 dan memiliki tanda tangan (yang dipercaya) dari Ibnu Jauzi, sang penulis.

Pada tahun 1369, di usia 65 tahun, Ibnu Batutah meninggal dunia, setelah 12 tahun menyelesaikan memoir jurnalnya, Rihlah.