Kian Kuat Fondasi Sumbar di Industri Wisata Halal

ilustrasi (foto: hariansinggalang.co.id)

MTN, Jakarta – Posisi provinsi Sumatera Barat kian kini kian kuat dalam industri halal. Seperti apa?

Dilansir dari Antara, pihak Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) menilai Sumatera Barat merupakan provinsi yang memiliki potensi besar dalam pengembangan ekonomi dan keuangan syariah di Tanah Air.

“Dari sisi regulasi, sudah ada peraturan daerah tentang industri halal dan pariwisata halal, dan perda soal konversi bank pembangunan daerah menjadi syariah,” kata Direktur Infrastruktur Ekosistem Syariah Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah, Prof Sutan Emir Hidayat, pada webinar Festival Ekonomi Syariah regional Sumatera yang digelar oleh Bank Indonesia perwakilan Sumbar.

Untuk pembangunan pariwisata halal pemerintah daerah punya target menjadikan Sumbar sebagai daerah tujuan wisata utama berbasis halal dengan keunggulan alam, budaya dan kuliner.

Sementara untuk pengembangan fesyen, muslim Sumbar punya potensi untuk busana muslim dan orang dari Malaysia juga jadi konsumen produk busana muslim.

Sedangkan untuk sektor makanan dan produk halal rendang dapat menjadi unggulan serta pengelola rumah makan memenuhi sertifikasi halal.

Kemudian Sumbar juga sudah beberapa kali penghargaan tentang daerah tujuan wisata halal hingga world best halal destination dan world best halal culinary destination.

Pada 2016 Sumatera Barat juga meraih penghargaan dari The World Halal Tourism Award 2016 pada kategori World’s Best Halal Destination atau tujuan wisata halal terbaik dan World’s Best Halal Culinary Destination atau tujuan wisata kuliner halal terbaik.

Guru besar Fakultas Ekonomi Universitas Andalas (Unand) Padang, Prof Syafruddin Karimi, berpendapat kalau Indonesia adalah pelopor dan pemimpin dalam membangkitkan perekonomian halal di dunia.

Di daftar Top 10 Islamic Finance Indonesia masuk rangking lima, dan di daftar top 10 negara yang paling ramah wisata muslim, Indonesia masuk ke rangking empat setelah Malaysia, Uni Emirat Arab dan Turki.

“Artinya potensi ekonomi syariah global memberi peluang besar bagi Indonesia untuk menjadi pemain utama,” kata Syafruddin.

Ia melihat saat ini peran ekonomi syariah Indonesia sebagai sumber pertumbuhan ekonomi baru baru didukung oleh potensi besar prospek konsumsi masyarakat muslim global dan pemenuhan kebutuhan domestik di berbagai sektor industri halal.

Sri Mulyani: Industri Halal Miliki Potensi Besar Saat Pandemi

MTN, Jakarta – Industri halal menurut pemerintah memiliki potensi besar di saat pandemi Corona. Seperti apa?

Dilansir dari Rakyat Merdeka, pemerintah memandang ekspor produk halal memiliki potensi untuk ditingkatkan di tengah pandemi Covid-19. Sebab, permintaan pasar dunia terhadap produk halal malah meningkat.

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, untuk mendorong produk halal, Indonesia bisa memperluas pangsa pasar ke luar negara di luar anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI).

“Lingkup produk industri halal ini luas. Mulai bidang makanan, obat-obatan, lifestyle dan dipengaruhi juga oleh kebutuhan serta etika nilai dan ajaran Islam. Jadi prospeknya sangat besar,” kata Ani-sapaan akrab Sri Mulyani dalam diskusi melalui video virtual.

Ani mengatakan, industri halal saat ini punya potensi yang besar. Saat ini, setidaknya ada 1,8 miliar penduduk Muslim di seluruh dunia.

Jumlah tersebut, setara dengan 24 persen total penduduk dunia. Jumlah pengeluaran penduduk Muslim dunia itu sekitar 2,2 triliun dolar AS per tahun.

“Pengeluaran itu cukup besar, sekitar 5,2 persen per tahun,” ungkap Sri Mulyani.

Menkeu menuturkan, jika ekspor produk halal meningkat, hal itu akan memberikan kontribusi bagi perdagangan ekonomi Tanah Air secara keseluruhan. Termasuk ikut berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional di masa pandemi Corona saat ini.

Pemerintah mencatat, saat ini ekspor produk halal Indonesia ke negara-negara OKI mencapai US$45 miliar atau setara dengan 12,5 persen dari total perdagangan Indonesia sebesar US$369 miliar pada 2018.

“Kami berharap pada tahun-tahun depan, pertumbuhan ekspor produk halal bisa terus dipertahankan meski Covid-19 mempengaruhi kinerja ekonomi dari negara-negara dunia. Ini tantangan yang tak mudah,” ujar Ani.

Mengenal Chechnya, Republik Islam di dalam Negara Federasi Rusia

MTN, Jakarta – Chechnya mungkin adalah salah satu negara yang unik, karena bentuknya adalah Republik dalam sebuah Negara Federasi. Seperti apa?

Chechnya adalah sebuah negara Republik yang berada di dalam Negara Federasi Rusia.

Dilansir dari TribunNews, negara dalam negara, mungkin adalah istilah yang tabu bagi banyak negara. Tapi tidak dengan Rusia. Ada 21 daerah di Federasi Rusia yang berstatus republik. Beberapa di antaranya dihuni oleh penduduk mayoritas Muslim. Di antaranya adalah: Bashkortostan, Adygea, Dagestan, Ingushetia, Kabardino-Balkaria, Karachay-Cherkessia, Tatarstan, dan tentu saja Checnya.

Selayaknya sebuah Republik, setiap daerah ini memiliki presiden, parlemen, bendera, lambang, lagu kenegaraan, serta bahasa resmi selain Bahasa Rusia.

Chechnya adalah yang paling terkenal di antara republik di dalam federasi Rusia.

Selain karena letaknya yang sangat strategis bagi Rusia, perang perjuangan kmerdekaan Chechnya sepanjang tahun 1994-1996, dan 1999-2000, membuat namanya terkenal ke seantero dunia.

Chechen (penduduk asli Chechnya) juga dianggap sebagai salah satu pejuang paling tangguh di dunia.

Republik Chechnya berbatasan dengan Stavropol Krai di barat laut, republik Dagestan di timur laut dan timur, Georgia di selatan, dan republik Ingushetia dan Ossetia Utara di barat.

Republik Chechnya berada di pegunungan Kaukasus Utara dengan ibu kotanya Grozny.

Grozny yang didirikan pada 1818 merupakan pos terdepan militer Rusia. inilah yang menjadi salah satu alasan bagi Rusia untuk tidak mau melepas Chechnya pasca kejatuhan Uni Soviet.

Grozny merupakan pusat industri terkemuka dan salah satu pusat produksi minyak milik Uni Soviet yang pertama. Selain aktivitas pengeboran minyak, Grozny kini juga dilalui oleh jejaring pipa minyak Rusia.

Setelah jatuhnya Uni Soviet, sekelompok pemberontak Chechnya menyatakan bahwa mereka adalah pemerintah yang sah. Dipelopori oleh Dzhokhar Dudayev, seorang Marsekal Udara Soviet, penduduk Chechnya mengumumkan parlemen baru, dan memproklamasikan kemerdekaan mereka sebagai Republik Chechnya Ichkeria.

Pemisahan diri Chechnya menyebabkan Rusia murka dan menyerbu Grozny pada tanggal 1 Desember 1994.

Perang pertama antara Rusia dengan Chechnya dari tahun 1994 sampai 1996 berakhirnya dengan kemerdekaan secara de facto Chechnya. Namun hingga 2004, kemerdekaan mereka tidak diakui negara mana pun.

Sejak deklarasi kemerdekaan pada 1994, Chechnya selalu diliputi konflik bersenjata di mana kelompok-kelompok pejuang Chechnya dan Rusia saling terlibat.

Menurut laporan, pejabat pro-Rusia mengaku bahwa sejak 1994 lebih dari 200.000 pemberontak dan warga sipil telah terbunuh, dan dalam jangka waktu yang sama lebih dari 20.000 anak-anak telah meninggal dan puluhan ribu lainnya menjadi yatim piatu.

Pada tahun 1999, pasukan Rusia kembali menyerbu Grozny, setelah beberapa kelompok pejuang Chechnya juga berupaya merebut wilayah Dagestan yang merupakan republik lainnya di dalam Federasi Rusia. Serbuan kedua kalinya dari pasukan Rusia ini membuat Grozny kembali hancur lebur. Dalam perang kedua kalinya ini, militer Rusia berhasil menguasai kembali Chechnya dan memasukkannya kembali sebagai republik otonom.

Saat ini, Chechnya dipimpin oleh Presiden Ramzan Kadyrov. Pria kelahiran 5 Oktober 1976 ini adalah Presiden Republik Chechnya sejak 15 Februari 2007. Kadyrov dilantik sebagai presiden Chechnya pada 6 April 2007 atas penunjukan Presiden Vladimir Putin.

Saat dilantik sebagai Presiden Republik Chechnya, Ramzan masih berusia 30 tahun. Hal ini menjadikannya sebagai presiden termuda di dunia.

Ramzan sendiri adalah mantan pemimpin pemberontak yang dikenal dekat dengan Kremlin. Ayahnya adalah Akhmad Kadyrov, mantan Presiden Chechnya yang dibunuh pada Mei 2004.

Di bawah kepemimpinan Ramzan, kehidupan di Chechnya kembali membaik. Chechnya kini menjadi salah satu republik berpenduduk mayoritas muslim yang maju di dalam Federasi Rusia.

Hampir 95% penduduk Chechnya adalah Islam dan rata-rata merupakan penganut madzhab Syafi’i yang kuat. Minuman keras dan rokok adalah sesuatu yang dilarang di wilayah Chechnya, termasuk di hotel-hotel berbintang.

Pada tahun 2016, akun Youtube RT Documentary, sebuah jaringan televisi berita internasional multibahasa yang berbasis di Rusia dan didanai oleh pemerintah Rusia, merilis sebuah video yang diberi judul “Chechnya: Republic of Contrasts. High fashion, celebrity parties & Sharia law”.

Dalam deskripsi itu dijelaskan pihak RT ketika menjelajahi Chechnya; sebuah republik kontras, dan melihat bagaimana orang-orang Chechnya mencapai keseimbangan antara tradisi dan modernitas.

Republik Chechnya Rusia telah mengalami kebangkitan setelah dua operasi militer dalam sejarah pasca-Soviet baru-baru ini.

Dalam video tersebut, RT menceritakan bahwa saat ini Chechnya menjadi rumah dari salah satu masjid terbesar dan terindah di Eropa.

Meski melarang keras minuman keras dan rokok, tapi Chechnya menampung selebriti internasional dan bahkan mencoba mode kelas atas.

“Kami menjelajahi republik yang kontras ini untuk melihat bagaimana orang-orang Chechnya mencapai keseimbangan antara tradisi dan modernitas,” tutur pihak RT Documentary.

Video itu merekam bagaimana anak-anak Chechnya belajar dan menghafal Alquran serta menekuni seni bela diri sejak kecil. Sementara para remaja putri juga memiliki tempat dan kesempatan untuk menekuni dunia fashion dan modelling, serta tarian.

Berikut video yang merekam dan mengulas keindahan Chechnya, republik Islam di dalam Federasi Rusia.

https://youtu.be/ELJxh5T9my4

Presiden Negeri Imam Bukhari Akan Pidato di Sidang PBB ke-75

Presiden Uzbekistan, Shavkat Mirziyoyev

MTN, Jakarta – Presiden Uzbekistan, Shavkat Mirziyoyev, besok (23/9) akan pidato di Sidang PBB ke-75.

Dilansir dari keterangan resmi pihak Kedubes Uzbekistan untuk Indonesia, pada tanggal 23 September nanti, Presiden Republik Uzbekistan, Shavkat Mirziyoyev akan mengambil bagian dalam debat politik umum tingkat tertinggi di sesi ke-75 Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Dalam pidatonya nanti, Presiden Mirziyoyev akan menyampaikan visinya kepada masyarakat internasional tentang isu-isu penting dan inisiatif agenda nasional, regional dan global.

Presiden Mirziyoyev juga akan mempresentasikan inisiatif penting tentang perdamaian dan keamanan, pembangunan berkelanjutan, hak asasi manusia, perubahan iklim, ketahanan pangan, pengentasan kemiskinan.

Sebelumnya Shavkat Mirziyoyev dalam pidatonya pada sesi ke-72 Sidang Umum PBB pada September 2017 di New York, telah mengusulkan Lima Inisiatif, yakni:

  • Pertama, mengatur pertemuan konsultatif para pemimpin Asia Tengah.
  • Kedua, adopsi resolusi tentang pencerahan dan toleransi beragama.
  • Ketiga, mengangkat masalah Laut Aral.
  • Keempat, untuk memecahkan masalah Afghanistan.
  • Kelima, memastikan pekerjaan perempuan.

Presiden Republik Uzbekistan Shavkat Mirziyoyev akan menyampaikan pidato pada Sidang ke-75 Sidang Umum PBB pada tanggal 23 September 2020 pukul 20:00 waktu Indonesia.

Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa ke-75 kali ini untuk pertama kalinya diadakan acara ini secara virtual, karena protokol kesehatan adalah sebuah kewajiban saat pandemi ini.

Lalu Sidang Umum PBB ke-75 ini akan ada tema besar, yakni pandemi Covid-19. Sebagian besar pembicara tentunya juga akan memperhatikan situasi terkini seputar virus Corona.

Korsel Promosikan Restoran Halal via Youtube

Bibimbap (foto: facebook.com/eid.halal.korean.food/)

MTN, Jakarta – Korea Selatan promosikan restoran-restoran halal di negaranya via seri video YouTube. Seperti apa?

Dilansir dari Republika, Korea Selatan terus berupaya meningkatkan daya tarik pengunjung Muslim agar mengunjungi negaranya.

Sebagai bagian dari Pekan Restoran Halal Korea 2020, Organisasi Pariwisata Korea (KTO) menyiarkan ‘Halal TV’ melalui saluran YouTube-nya dari tanggal 14 September sampai 16 November 2020. Siaran Halal TV digelar dalam rangka melanjutkan aktivitas promosinya.

Melalui seri video tersebut, KTO menampilkan banyak video, termasuk acara memasak hidangan halal dengan para koki selebriti, dan video-video yang memperkenalkan restoran halal di ibukota Seoul.

Sebelumnya, survei KTO tentang Perjalanan Wisatawan Muslim ke Korea mengungkapkan, banyak Muslim yang merasa tidak nyaman karena kurangnya restoran halal selama kunjungan mereka ke Korea.

Bulgogi (foto: facebook.com/eid.halal.korean.food/)

“Karenanya, organisasi pariwisata menyelenggarakan acara yang disebut ‘Pekan Restoran Halal Korea’ selama beberapa tahun terakhir untuk mengatasi masalah ini,” ungkap keterangan pihak KTO.

Tempat makan bersertifikat halal memang tidak bertebaran di mana-mana di Korea Selatan seperti halnya di negara minoritas Muslim seperti Singapura, yang memiliki sertifikasi tingkat nasional.

KTO telah memperkenalkan tiga kategori yang ramah Muslim lainnya untuk membantu pengunjung Muslim.

Kategori itu di antaranya, Sertifikasi Mandiri (di mana semua makanan disertifikasi halal oleh pemilik restoran Muslim sendiri), Ramah Muslim (di mana beberapa hidangan halal ditawarkan), dan Bebas Daging Babi.

Tonton videonya di bawah ini.

Kota Banjarmasin Coba Kembangkan Industri Wisata Halal

Banjarmasin (foto: gomuslim.co.id)

MTN, Jakarta – Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, coba kembangkan industri wisata halal. Seperti apa?

Sebagai kota yang mayoritas warganya beragama Islam, Pemkot Banjarmasin coba kembangkan industri wisata berbasis muslim.

Dilansir dari Warta Niaga, saat ini, melalui pihak Legislatif, sedang digodok Perda terkait wisata Halal untuk terus mengembangkan destinasi wisata di Kota Seribu Sungai tersebut.

Walikota Banjarmasin, H Ibnu Sina, mengatakan bahwa kota Banjarmasin sangat perlu menegaskan diri sebagai kawasan wisata halal karena penduduknya yang mayoritas muslim.

Wisata halal ini difokuskan untuk menarik wisatawan dari kawasan Timur Tengah dan negara-negara muslim lainnya yang ingin berkunjung ke Banjarmasin.

Wali Kota Banjarmasin, H Ibnu Sina juga menyatakan, konsep pariwisata halal saat ini sedang tren, khususnya wisata kuliner, dan Kalsel memiliki keberagaman kuliner yang bisa ditawarkan melalui label halal.

“Kalau bicara lebih luas lagi di kawasan Asia Pasifik, di mana negara yang tidak mayoritas muslim, misalnya Korea Selatan, kini sudah mulai menjadi kiblat wisata halal dan kita sebagai negara yang mayoritas penduduknya muslim harusnya bisa menerapkan hal itu,” jelasnya.

Korea kini tengah menggenjot industri wisata halal karena mereka mengincar segmen wisatawan dari Timur Tengah, dan Indonesia, khususnya Banjarmasin, yang juga menargetkan hal tersebut.

Semua perubahan menurut H Ibnu Sina harus segera dilakukan untuk mengangkat kembali wisata di Banjarmasin.

Wisata yang merupakan salah satu andalan negara ini untuk meningkatkan devisa negara dinilai harus perlu mengambil langkah konkrit supaya pariwisata bisa dihidupkan kembali paska pandemi selesai nanti.

Umma, Aplikasi untuk Selancar Pelajari Islam secara Online

MTN, Jakarta – Kini telah hadir sebuah aplikasi untuk belajar agama Islam secara online. Seperti apa?

Dilansir dari Detik, Umma adalah aplikasi buatan lokal untuk belajar agama secara online.

CEO dan Co-founder Umma, Indra Wiralaksmana, mengatakan kalau fitur belajar online di aplikasinya terdiri dari berbagai topik, mulai dari kelas baca Al-Quran dan kajiannya hingga kelas yang bersifat praktikal, seperti kelas tema memulai bisnis di tengah pandemi.

“Melalui uClass ini kami mengajak pengguna untuk bersama-sama menjadi pribadi muslim yang lebih baik, produktif dan yang paling penting menjadi muslim cerdas,” kata Indra dalam konferensi pers virtual, Selasa (8/9/2020).

Untuk mengakses fitur ini, pengguna Umma harus memperbarui aplikasi di ponselnya ke versi 2.8.3. Setelah itu fitur uClass bisa langsung diakses di kanal khusus lewat halaman depan aplikasi.

Pengguna bisa mengakses kelas-kelas yang ada dengan membayar sesuai harga kelas yang ditetapkan. Selama masa promosi ini Umma menawarkan promo uClass Pass, jadi pengguna cukup membayar Rp100.000 untuk mengakses semua kelas yang ada di uClass.

Materi kelas yang ditawarkan uClass hadir dari ustadz, ustadzah dan pemateri lainnya. Selain itu Umma juga bekerjasama dengan Rumah Tahfidz dan Rumah Siap Kerja untuk menyediakan materi belajar di uClass.

Materi belajar ini disampaikan dalam dua medium, yaitu live-streaming dan video rekaman yang bisa diakses oleh pengguna kapan saja.

Indra mengatakan fitur baru Umma ini akan memudahkan ustadz dan ustadzah untuk menjangkau lebih banyak jemaah dan tetap bisa berdakwah atau memberi kajian secara langsung di tengah pandemi.

“Jadi bayangkan kalau yang tadinya hanya berdakwah atau buka kelas di masjid di sekitar rumah sekarang bisa berbagi ilmu dengan jamaah umat yang lokasinya di ujung Indonesia sebelah timur,” ucap Indra.

“Kami akan terus berupaya, kami terus sempurnakan agar interaksi dua arah bisa se-smooth dan se-seamless mungkin jadi harapannya bisa membantu semuanya,” pungkasnya.

Unduh aplikasi Umma via Google Play di sini.

Diperlukan Adanya Badan Khusus Pengembangan Wisata Ramah Muslim

ilustrasi (foto: matakota.id)

MTN, Jakarta – Industri pariwisata ramah muslim di Indonesia menyimpan potensi ekonomi yang sangat besar, namun belum ada badan resmi yang menaungi sektor tersebut.

Dilansir dari MinaNews, Ketua Ikatan Cendikiawan Pariwisata Indonesia, Prof. Azril Azahari, PhD, memandang perlunya andil masyarakat dan didukung pemerintah untuk membentuk badan yang khusus dan berfokus menangani pengembangan WRM di Indonesia.

“Saat ini momen tepat untuk membentuk badan khusus menangani pengembangan Wisata Ramah Muslim. MUI, utamanya dua ormas Islam besar seperti Muhamadiyah dan Nahdlatul Ulama diharapkan dapat menginisiasi pembentukan badan ini,” kata Azril.

Selain itu, lanjut Azril, pembentukan badan tersebut sangat penting untuk merumuskan standarisasi serta pemeringkatan bagi destinasi dan layanan Wisata Ramah Muslim, sehingga menjadikan basis untuk pengembangan WRM di Indonesia.

Azril berpendapat konsep Wisata Ramah Muslim yang merupakan ceruk pada wisatawan muslim dengan menyediakan extended services atau layanan tambahan yang diperlukan wisatawan muslim yang tidak terdapat pada wisata konvensional.

Menurutnya, banyak perdebatan persepsi mengenai istilah bahwa istilah Wisata Halal itu membuat akomodasi Islam, kemudian Wisata Muslim atau Wisata Syariah itu syariat-syariat Islam harus diberlakukan di semua tempat.

“Namun sebetulnya Wisata Ramah Muslim ini adalah ceruk pasar baru atau market segmen baru yang perlu kita ambil dengan memberikan kualitas layanan atau services yang dibutuhkan oleh wisatawan muslim. Hal paling penting adalah bagaimana kita memberikan pelayanan kepada wisatawan muslim yang datang supaya dia merasa nyaman,” ujar Azril.

Dia mengatakan, Wisata Ramah Muslim (WRM) yang juga dikenal Muslim Friendly Tourism (MFT) terkonsentrasi di negara-negara OKI secara alamiah dianggap memiliki keunggulan komparatif lingkungan yang lebih ramah terhadap wisatawan internasional muslim bahkan nonmuslim secara universal.

Dalam pengembangannya, WRM merupakan layanan tambahan yang memberikan atmosfir, perjalanan, akomodasi, atraksi, tujuan wisata berbagai barang dan jasa yang ditawarkan merupakan suatu kesatuan dengan ajaran Islam.

WRM tidak hanya berorientasi keuntungan, tapi juga Pemberdayaan masyarakat serta lingkungan hidup dan budaya lokal. Oleh karenanya, WRM merupakan industri pariwisata berbasis komunitas (Community Based Tourism), suatu skema usaha untuk pemberdayaan masyarakat melalui partisipasi masyarakat lokal.

Pengembangan layanan ini juga terkait dengan ekonomi kreatif dengan menggali budaya lokal yang akan menjadi sumber penciptaan produk kreatif dalam bentuk desain produk suvenir, fashion, furnitur, homestay dan produk-produk lainnya.

Motivasi utama wisatawan adalah karena alam dan budayanya yang merupakan basis WRM dalam mendukung pengembangan industri priwisata. Namun ceruk pasar WRM belum tergarap di Indonesia karena belum adanya lembaga khusus yang menangani hal ini.

Pelurusan Persepsi yang Salah dari Wacana Wisata Halal di Bali

ilustrasi (foto: percutiankebali.com)

MTN, Jakarta – Pihak SAHI (Silahturahmi Umrah dan Haji Indonesia) menyatakan kalau Bali perlu tempat wisata yang ramah muslim.

Dilansir dari NusantaraTV, Ketua DPP Silaturahmi Umrah dan Haji Indonesia (SAHI), Siti Ma’rifah, ketika mengunjungi DPW SAHI Bali, pada Selasa (25/8/2020) mengatakan kalau Bali perlu tempat wisata yang ramah muslim.

Putri Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin tersebut sempat menyinggung kalau ada persepsi yang salah dari wacana tempat wisata ramah muslim di Bali.

“Desa wisata halal di Bali jangan disalahartikan, hanya khusus orang Muslim, dan non-Muslim dilarang masuk atau harus memakai pakaian Muslim, bukan. Tetapi bagaimana Bali yang dianggap (nyaman) untuk turis non Muslim, juga bisa aman dan nyaman untuk turis beragama Islam, walaupun Islam di Bali minoritas,” ujar Siti.

Menurut Siti, halal selayaknya gaya hidup. Sehingga, tak ada yang perlu dikhawatirkan dari penerapannya.

“Jadi tidak perlu dikhawatirkan, jangan dianggap Islamisasi, jangan,” tutur Siti.

Siti pun mencontohkan Taiwan yang telah menyediakan hotel khusus Muslim. Ia menjelaskan, apabila suatu wilayah telah menegaskan posisinya sebagai kota atau daerah wisata, wilayah itu harus bisa menerima seluruh segmentasi masyarakat dari berbagai penjuru.

Siti menilai penting bagi Bali agar memiliki desa wisata halal. Sehingga turis dari Timur Tengah atau dari belahan dunia yang beragama Islam, semakin nyaman berwisata ke Bali, terlebih dalam urusan ibadah dan wisata kuliner.

“Saya lebih menyebutnya Moslem friendly, jadi Bali perlu memiliki tempat yang Moslem friendly,” kata dia.

Ini Dia Lima Tempat Wisata Religi di Makassar

Masjid Raya Makassar (foto: Kemenag RI)

MTN, Jakarta – Kota Makassar memiliki beberapa situs wisata religi. Ada lima situs yang bisa dijadikan pilihan jika anda berkunjung ke sana.

Dilansir dari TribunTravel, berikut ada lima situs wisata religi yang berada di kota Makassar.

Masjid Raya Makassar

Masjid yang berlokasi di Jalan Masjid Rata, Bontoala, Makassar, Sulawesi Selatan ini dibangun sejak 1984 dan memiliki bangunan yang megah serta menawan.

Masjid Raya Makassar dulunya pernah menjadi tuan rumah pertama Musabaqah Tilawatil Qur’an yang dibuka langsung oleh Presiden Soeharto.

Masjid indah di Makassar ini juga dilengkapi dengan dua kubah tinggi yang masing-masing setinggi 66,66 meter.

Masjid Amirul Mukminin (foto: Madani News)

Masjid Amirul Mukminin

Masjid ini berlokasi di Jalan Budidaya Raya, Bangkala, Manggala, Makassar, Sulawesi Selatan.

Masjid Amirul Mukminin terletak di kawasan pantai yang kerap disebut sebagai masjid terapung di Pantai Losari Makassar.

Masjid ini memiliki bangunan yang unik dengan interior megah. Tidak hanya sebagai tempat ibadah saja, Masjid Amirul Mukminin juga kerap dijadikan tempat wisata religi.

Masjid Al-Markaz Al-Islami (foto: Kemenag RI)

Masjid Al-Markaz Al-Islami

Masjid ini berlokasi di Jalan Masjid Raya Nomor 57, Timungan Lompoa, Bontoala, Makassar, Sulawesi Selatan.

Masjid yang pembangunannya dimulai pada 1994 ini menjadi pusat keagamaan Islam di Makassar.

Masjid Al-Markaz Al-Islami memiliki tiga lantai yang terbuat dari batu granit; menjadikan suasana di dalamnya semakin sejuk.

Masjid Muhammad Cheng Hoo (foto: screnshoot dari YouTube)

Masjid Muhammad Cheng Hoo

Masjid ini berlokasi di Jalan Danau Tj Bunga, Maccini Sombala, Tamalate, Makassar, Sulawesi Selatan.

Masjid Muhammad Cheng Hoo menyimpan sejumlah sejarah menarik terkait proses didirikannya. Dulunya, masjid dengan desain Tionghoa ini menjadi saksi dari bersatunya puluhan manusia beragaman etnik, budaya, dan ras.

Masjid Al Fatih Al Anshar (foto: Traveling Yuk)

Masjid Alfatih Al Anshar

Masjid ini berlokasi di Jalan Paccinang Raya Nomor 58-60, Tello Baru, Panakkukang, Makassar, Sulawesi Selatan.

Buat para wisatawan yang rindu dengan suasana Mekkah, bisa datang ke Masjid Alfatih Al Anshar.

Masjid ini tak seperti masjid pada umumnya yang memiliki kubah besar ataupun menara yang menjulang tinggi, tapi masjid ini memiliki keunikan tersendiri yang tak dimilki masjid lain.

Masjid Alfatih Al Anshar memiliki salah satu sudut yang dibentuk menyerupai bangunan suci di Kota Makkah, Ka’bah.

Pendirinya yaitu Mustamin Anshar, seorang konsultan keuangan pajak yang sangat mencintai masjid dan ka’bah.