Pemkot Malang Gelar Halal Tourism Bazar Muslim Friendly

Halal Tourism Bazar Muslim Friendly di Malang (foto: nusadaily.com)

MTN, Jakarta – Dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional tahun 2022, Pemkot Malang menggelar Halal Tourism Bazar Muslim Friendly di sepanjang Jalan Gajahmada Kota Malang. Seperti apa?

Dilansir dari MaduTV, Wali Kota Malang Sutiaji bersama sejumlah tokoh membuka bazar tersebut dengan pemotongan pita secara simbolis, Senin (24/10/2022).

Wali Kota Malang Sutiaji menyampaikan bahwa selain memperingati Hari Santri Nasional, bazar halal ini juga menjadi salah satu program dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) hingga 2024.

Indonesia saat ini telah menjadi destinasi wisata halal dunia. Sehingga, terdapat banyak potensi yang dapat ditangkap untuk kemajuan berbagai sektor.

Pelan tapi pasti, saat ini pemerintah sangat giat untuk menangkap potensi itu. Salah satunya dengan menggelar Halal Tourism Bazar Muslim Friendly.

Halal Center (HC) yang ada di sejumlah perguruan tinggi dan pondok pesantren juga dapat meningkatkan pengawasan.

Selain itu, HC yang ada diharapkan dengan mekanisme yang ada, dapat memfasilitasi pelaku-pelaku pada sektor UMKM untuk mendongkrak kualitas produk mereka lebih mendunia.

Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Malang, KH Isroqunnajah mengharapkan penyelenggaraan Halal Tourism Bazar Muslim Friendly ini dapat berjalan dengan baik dan lancar. Hal ini tentunya agar dapat membawa kebermanfaatan bagi umat.

Dalam Halal Tourism Bazar Muslim Friendly, banyak melibatkan pelaku UMKM dari pondok pesantren maupun pelaku pariwisata di Kota Malang, seperti hotel, resto dan yang lainnya.

Halal Tourism Bazar Muslim Friendly, diikuti 21 pelaku wisata halal di Kota Malang maupun 15 stand pelaku UMKM.

Halal Tourism Bazar Muslim Friendly, dilaksanakan selam dua hari, mulai tanggal 24 Oktober 2022 hingga 25 Oktober 2022.

Perumda Air Minum Kota Malang Ini Jadi yang Pertama di Indonesia Dapat Sertifikasi Halal

perumda air minum kota Malang, Tugu Tirta

MTN, Jakarta – Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Air Minum Tugu Tirta Kota Malang menjadi yang pertama di Indonesia mendapatkan sertifikasi halal, setelah dilakukan audit untuk Sistem Jaminan Produk Halal (SJPH) oleh PT Sucofindo.

Dilansir dari JatimTimes, Direktur Utama Perumda Air Minum Tugu Tirta Kota Malang M Nor Muhlas menjelaskan, adanya sertifikasi halal melalui SJPH yang telah dilakukan oleh PT Sucofindo ini merupakan upaya dari Perumda Air Minum Tugu Tirta Kota Malang dalam memberikan pelayanan terbaik pada kualitas air yang sehat dan halal untuk dikonsumsi oleh masyarakat.

Menurut M Nor Muhlas, meskipun air yang dikonsumsi oleh masyarakat tidak terdapat unsur haram atau najis, tapi jika pendistribusiannya tidak benar, maka hal itu akan membuat masyarakat tidak mendapatkan air yang sehat dan halal.

Oleh karenanya, pihak Perumda Air Min Tugu Tirta Kota Malang menggandeng pihak eksternal dalam hal ini PT Sucofindo untuk melakukan audit SJPH terhadap kualitas hingga pendistribusian air yang dilakukan oleh Perumda Air Minum Tugu Tirta Kota Malang.

“Harapan kita, air itu ketika dikonsumsi oleh masyarakat, selain sehat juga halal,” ujar Muhlas, Selasa (30/8/2022).

Lebih lanjut, Muhlas juga menegaskan bahwa sertifikasi halal serta pendistribusian air kepada pelanggan yang diberikan untuk Perumda Air Minum Tugu Tirta Kota Malang ini merupakan yang pertama dan satu-satunya di Indonesia.

“Iya satu-satunya (mendapatkan sertifikasi halal, Red). Orang punya pikiran bahwa air minum itu halal, tapi itu juga perlu diuji. Salah satu komitmen kita, kita diuji oleh lembaga yang memiliki kewenangan, memiliki kapasitas untuk menguji air yang kita distribusikan ke pelanggan adalah benar-benar air yang halal,” terang Muhlas.

Selain itu, menurutnya, seiring dengan semangat dari Pemerintah Kota Malang untuk mewujudkan Kota Wisata Halal, maka Perumda Air Minum Tugu Tirta Kota Malang juga berkomitmen untuk memberikan layanan air yang memenuhi syarat SJPH.

Sebagai informasi, tim auditor PT Sucofindo telah melakukan audit SJPH terhadap Perumda Air Minum Tugu Tirta Kota Malang mulai Rabu (29/6/2022) hingga Jumat (1/7/2022).

Di mana terdapat beberapa serangkaian pekerjaan audit SJPH untuk layanan distribusi air Perumda Air Minum Tugu Tirta Kota Malang. Mulai dari verifikasi dokumen bahan; verifikasi alat dan proses; verifikasi fasilitas produksi; verifikasi dokumen kemampuan telusur dan audit internal; hingga verifikasi dokumen kajian ulang manajemen.

Melalui serangkaian proses itu, akhirnya Perumda Air Minum Tugu Tirta Kota Malang menerima sertifikat halal untuk layanan distribusi air. Sertifikat halal diserahkan langsung oleh Kepala Cabang PT Sucofindo Cabang Utama Surabaya Edi Sugiarto kepada Direktur Utama Perumda Air Minum Tugu Tirta Kota Malang M Nor Muhlas didampingi Direktur Administrasi dan Keuangan Syaifuddin Zuhri, serta Direktur Teknik Ari Mukti.

Keinginan Kuat Kota Malang jadi Pusat Wisata Halal

ilustrasi (foto: akun YouTube BE Image Cinema)

MTN, Jakarta – Wali Kota Malang melihat kalau kotanya memiliki keinginan kuat untuk jadi pusat wisata halal. Seperti apa?

Dilansir dari Detik, Wali Kota Sutiaji melihat besarnya potensi pariwisata halal di Indonesia perlu ditangkap baik oleh Kota Malang. Dia ingin Kota Malang bisa menjadi Center of Halal Tourism.

Hal ini sebagaimana tercantum dalam enam konsep The Future of Malang pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Malang tahun 2018-2023.

“Ini (wisata halal) adalah pasar yang luar biasa, dan Kota Malang termasuk menjadi kota miniatur Indonesia, harus mengambil peran itu,” kata Sutiaji kepada wartawan, pekan lalu (10/3).

Sutiaji menjelaskan, pariwisata halal di Kota Malang dapat menjadi daya saing tersendiri untuk membangun konsep pariwisata yang unik.

“Kota Malang menggerakkan kampung-kampung tematik, wisata heritage, wisata kuliner, ini yang kita kuatkan. Maka agar orang berdiam diri (betah) di Kota Malang, maka itu tadi, instrumen data variabel yang berkaitan dengan itu semua harus kita kuatkan,” jelasnya.

“Wisata halal merujuk pada seluruh layanan tambahan dan amenitas, atraksi dan aksesibilitas yang memberikan bagaimana kenyamanan wisatawan yang datang di Kota Malang,” sambung Sutiaji.

Sejalan dengan itu, menurut Sutiaji, memberikan jaminan produk halal memiliki peran strategis dalam menguatkan Kota Malang sebagai Center of Halal Tourism tersebut.

Terlebih, hal itu dapat menjadi implementasi dari Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal.

“Kami hadir untuk memberikan yang terbaik, jaminan kepada warganya, supaya masyarakat ada keyakinan,” tegas Sutiaji.

Sertifikasi halal, lanjut Sutiaji, bersifat memperjelas kategori produk sehingga konsumen bisa mengetahui dan lebih yakin produk mana yang halal dan tidak halal. Sutiaji menambahkan, Malang Center of Tourism sendiri telah digarap Pemerintah Kota Malang sejak 2017 lalu.

Pihaknya pun melakukan sejumlah upaya. Misalnya dengan menggandeng berbagai pihak termasuk perguruan tinggi, untuk memberikan pendampingan pada para pelaku pariwisata, hingga penguatan terus dilakukan sampai saat ini.

“Capaian sertifikasi halal tahun 2020, terdapat 9 hotel, 1 rumah potong hewan, serta 72 restoran dan UMKM. Yang lainnya sedang dalam proses,” imbuhnya.

Terakhir, Sutiaji menjelaskan, dalam RPJMN yang ditentukan Presiden Joko Widodo di tahun 2024, Indonesia menjadi destinasi wisata halal dunia nomor satu.

Kota Malang Mulai Kembangkan Wisata Halal

ilustrasi (foto: bisniswisata.co.id)

MTN, Jakarta – Kota Malang mulai kembangkan wisata halal di wilayah mereka. Seperti apa?

Dilansir dari ValidNews, beberapa tahun belakangan istilah wisata halal menjadi salah satu perbincangan. Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan destinasi-destinasi wisata halal. Kota Malang, Jawa Timur menjadi salah satu daerah yang terus melakukan pengembangan wisata halal.

Kepala Dinas Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata Kota Malang, Ida Ayu Made Wahyuni, menjelaskan kalau Kota Malang sudah mengembangkan pariwisata halal sejak tahun 2017 lalu. Saat itu Kota Malang menjadi salah satu pilot project wisata halal dari pemerintah pusat.

Seiring berjalannya waktu, data menunjukkan tren wisatawan ke terhadap wisata halal mengalami peningkatan. Pada tahun 2019, tercatat sebanyak 1.124 wisatawan asal Timur Tengah datang ke Provinsi Jawa Timur untuk berwisata.

“Di Malang ada 16.286 wisatawan mancanegara dan sebagian juga ada wisatawan asal Timur Tengah,” ujar Ida di webinar bertajuk “Perkembangan Pariwisata Halal Kota Malang”, Selasa (22/2).

Melihat tingginya antusiasme tersebut, Pemkot Malang membuat program The Future of Malang yang salah satu turunannya adalah Malang Halal. Saat ini sudah dilaksanakan kegiatan dalam upaya mewujudkan konsep Malang Halal dalam satu pengembangan destinasi wisata halal, event wisata halal, dan kuliner halal.

Selain itu, juga dilakukan penguatan kapasitas SDM pariwisata halal, berkolaborasi dengan hotel dan restoran serta melakukan dan membuat paket promosi wisata halal. Dalam pengembangan ini, Ida menjelaskan pihaknya bekerja sama dengan tim Halal Centre yang di dalamnya berisikan lima perguruan tinggi di Malang.

Adapun yang dimaksud dengan wisata halal ialah, bagaimana sebuah destinasi wisata memiliki keperluan bagi wisatawan muslim, seperti menyediakan sarana tempat ibadah dan kuliner halal. Dari 42 destinasi daya tarik wisata di Kota Malang, Ida menjelaskan, hampir seluruhnya sudah menyiapkan dua komponen tersebut dengan baik.

“Karena di kampung wisata (desa tematik) di Kota Malang tidak begitu luas sehingga kalau ada (wisatawan) mau mampir salat kan ada musala kampung. Dan jika tidak ada maka bisa diarahkan ke rumah-rumah (warga) karena biasanya ada tempat untuk ibadah. Kami akan arahkan ke situ,” ujarnya.

Untuk masalah kuliner, nantinya akan dilakukan sertifikasi oleh BPOM MUI untuk kuliner halal. “Sampai saat ini kita masih berproses yang pertama untuk hotel dan restoran besar kita sudah mengajukan 10 hotel dan restoran kita usulkan ke BPOM MUI provinsi untuk mengeluarkan sertifikasi halal,” tutup Ida Ayu Made Wahyuni.

Disporapar Kota Malang Dukung Penguatan Wisata Halal di Wilayahnya

ilustrasi (foto: inews.co.id)

MTN, Jakarta – Dukung penguatan wisata halal, pihak Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) kota Malang gelar sosialisasi. Seperti apa?

Dilansir dari Memontum, Pemerintah Kota (Pemkot) Malang melalui Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Kota Malang, menggelar sosialisasi Sistem Manajemen Halal Internal bagi industri kuliner, pekan lalu (06/10) di salah satu hotel kota Malang.

Kegiatan yang berkolaborasi dengan Kementrian Agama (Kemenag) Kota Malang, itu juga sebagai bentuk penguatan wisata halal. “Sekarang kita memang memberikan kegiatan sosialisasi untuk Sistem Manajemen Halal Internal tindak lanjut dari acara virtual kita beberapa minggu lalu,” terang Kepala Disporapar Kota Malang, Ida Ayu Made Wahyuni.

Dalam gelaran ini, juga disosialisasikan tentang program Sertifikasi Halal Gratis (Sehati) dari Kemenag. “Mumpung ada tim Satgas sertifikasi halal Kota Malang dan pusat serta program untuk memberikan sertifikat halal secara gratis, saya rasa ini harus dimanfaatkan. Apalagi untuk sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Karena UMKM binaan Disporapar juga banyak, selain yang dibina oleh Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Diskopindag),” terang Ida.

Kepala Kemenag Kota Malang, Muhtar Hazawawi, menjelaskan bahwa pihaknya bersama stake holder terkait ingin melayani para pelaku usaha, khususnya terkait dengan sertifikasi halal. “Prinsipnya bagaimana percepatan sertifikasi halal untuk pelaku usaha di Kota Malang. Karena Kemenag sendiri mempunyai tanggung jawab besar melalui Badan Penyelenggaraan Jaminan Produk Halal (BPJPH) yang secara resmi mencetak produk halal,” papar Muhtar Hazawawi.

Selain itu, program Sehati yang saat ini memiliki 2000 kuota dari 3200 kuota tersebut, bisa dinikmati oleh pelaku UMKM yang ingin mendaftarkan sertifikasi halal. “Kita ingin itu (kuota tersebut) dimanfaatkan para pelaku usaha, sehingga mereka sudah tidak dibebani dengan biaya, jadi Rp 0. Tapi tentunya sesuai dengan ketentuan Kementerian Keuangan (Kemenkeu),” sambungnya.

Kemudahan lain yang ditawarkan program Sehati, yakni adalah sistem onlinenya yang tidak mewajibkan para pelaku usaha mendaftar ke kantor pusat atau Kemenag Kota Malang. “Jadi tinggal upload berkas online, cetaknya bisa di rumah masing-masing. Kalau semua lengkap, proses jadinya sekitar 1 sampai 1.5 bulan,” tambahnya.

Muhtar berharap, akan makin banyak pelaku usaha yang mendaftarkan produknya pada sertifikasi halal. “Kami berharap UMKM yang menjadi tulang punggung perekonomian di masa pandemi Covid-19 ini bisa berkembang. Melalui program Sehati kita juga berharap agar UMKM lebih memberikan rasa nyaman pada konsumen baik muslim atau non-muslim untuk bisa menikmati apa yang dihidangkan,” pungkas Muhtar.

Bortiks, Detektor Makanan Halal, untuk Mendukung Wisata Halal

ilustrasi (foto: Politeknik Negeri Malang )

MTN, Jakarta – Makanan halal adalah salah satu elemen penting dalam wisata halal. Beberapa mahasiswa asal kota Malang berhasil menciptakan alat detektor makanan halal. Seperti apa?

Dilansir dari Tempo, empat orang mahasiswa Politeknik Negeri Malang (Polinema) membuat alat detektor khusus untuk kandungan daging babi, boraks, formalin dan pewarna tekstil pada makanan.

Inovasi ini dilakukan via Program Kreativitas Mahasiswa Karsa Cipta (PKM-KC) di bawah bimbingan dosen Christyfani Sindhuwati. Pembuatan dan pengembangan alatnya dipusatkan di Laboratorium Kimia Dasar dan Analisa Instrumental Gedung AQ Polinema.

Keempat mahasiswa tersebut bernama: Nita Uswatun Chasanah Fauziah dan Putra Muara Siregar dari Program Studi Diploma III Teknik Kimia, Adian Ilham Ramadhan (Program Studi Diploma III Teknik Telekomunikasi) dan Pranda Prasetyo dari Program Studi Diploma IV Teknik Elektronika.

“Alat yang kami kembangkan kami beri nama Bortiks, singkatan dari babi boraks formalin pewarna tekstil. Alatnya kami buat sejak Mei lalu dan ditargetkan selesai September nanti. Bortiks kami buat untuk mendukung pengembangan halal tourism,” kata Nita selaku Ketua tim.

Menurut Nita, pembuatan Bortiks juga dilatarbelakangi kemunculan pandemi Covid-19. Pemerintah memberlakukan beberapa kebijakan yang membatasi kontak antarmanusia, semisal dengan membatasi jam operasional rumah-rumah makan. Kebijakan ini bisa memicu persaingan pasar yang sengit.

Dikhawatirkan sebagian pedagang melakukan kecurangan dengan menggunakan bahan pengawet berbahaya seperti boraks dan formalin, serta pewarna tekstil sintetik pada makanan demi tetap bertahan di tengah pandemi. Sebab, boraks dan formalin membuat makanan bisa bertahan lama. Sedangkan pewarna tekstil berharga murah tapi efektif untuk membuat warna makanan mencolok dan tampak segar.

Menurut Nita, pembuatan Bortiks juga bertujuan membantu masyarakat mengenali makanan yang mengandung bahan kimia berbahaya, yaitu bahan kimia yang dapat menyebabkan kanker mulut dan tenggorokan, serta gangguan kronis pada tubuh. “Penjual makanan tidak ingin dirugikan oleh kerusakan produk, yang memicu potensi adanya kecurangan dalam penjualan makanan dengan menggunakan pengawet berbahaya seperti boraks dan formalin,” jelasnya.

Christyfani Sindhuwati alias Titi, sang dosen pembimbing, mengatakan PKM-KC merupakan salah satu hajatan tahunan paling ditunggu-tunggu mahasiswa. Sebagai ajang penerapan hardskill dan softskill, selama pelaksanaan PKM para mahasiswa berlomba memeragakan kemampuan terbaik mereka.

“Saya berharap Nita dan kawan-kawan dapat memberikan performa terbaik dalam pengembangan Bortiks supaya lebih inovatif dan bermanfaat besar bagi masyarakat,” kata Titi. Kehadiran Bortiks juga diharapkan mendukung wisata halal di Indonesia.

Pemkot Malang Dorong Sertifikasi Halal untuk para Pelaku Industri Wisata Setempat

ilustrasi (gambar: jatimtimes.com)

MTN, Jakarta – Pemerintah Kota Malang berupaya untuk mendorong pelaku jasa usaha pariwisata setempat agar bisa mendapatkan sertifikasi halal.

Dilansir dari AntaraNews, Pemkot Malang berupaya untuk mendorong para pelaku jasa usaha pariwisata setempat agar bisa mendapatkan sertifikasi halal, dalam upaya menggenjot sektor unggulan tersebut agar kembali bangkit di tengah pandemi COVID-19.

Kepala Dinas Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata Kota Malang, Ida Ayu Made Wahyuni, mengatakan bahwa pada tahun 2021 ditargetkan ada sebanyak 50 hotel dan restoran di Kota Malang yang bisa mendapatkan sertifikasi halal.

“Masing-masing ada pengampunya (untuk proses sertifikasi halal), namun kami tetap membantu karena tim halal center ada di kami. Kami saling membantu untuk percepatan,” kata Ida di Kota Malang, Selasa (15/6).

Ida menjelaskan pelaksanaan proses sertifikasi halal bagi pelaku jasa pariwisata di Kota Malang, memang membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Oleh karena itu, pihaknya berupaya untuk mendorong percepatan untuk proses sertifikasi halal.

Ida menambahkan hingga saat ini sudah ada sebanyak 17 hotel, dan restoran yang telah mendapatkan sertifikasi halal tersebut, sementara untuk tujuh lainnya masih dalam proses. Selain itu, untuk pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) sudah ada 77 unit usaha yang tersertifikasi.

“Kemarin sudah ada 17 hotel dan restoran, sekarang ada tujuh lagi (masih dalam proses). Sementara UKM sudah ada 77 yang tersertifikasi,” kata Ida.

Menurut Ida, proses sertifikasi halal tersebut memang bukan hal yang mudah. Hal tersebut dikarenakan banyaknya faktor yang harus dipenuhi oleh para pelaku usaha agar bisa mendapatkan sertifikasi halal tersebut.

Ida mencontohkan untuk sebuah restoran, jika ingin mendapatkan sertifikasi halal, harus ada beberapa kriteria yang dipenuhi. Beberapa di antaranya adalah bahan makanan yang ada harus sudah sesuai ketentuan dalam pengurusan sertifikasi halal.

“Untuk restoran itu, terkadang ada berbagai bumbu yang harus didatangkan dari luar negeri. Ketika dicari padanannya, tidak ditemukan. Sehingga proses sertifikasi bisa lebih panjang,” kata Ida.

Meskipun demikian, pihaknya terus berupaya agar para pelaku usaha pariwisata khususnya sektor perhotelan, dan restoran di Kota Malang untuk bisa mendapatkan sertifikasi halal, melalui kerja sama dengan perguruan tinggi sebagai pendamping.

“Tetap kami dorong, kerja sama juga dengan Halal Center, dan sejumlah perguruan tinggi sebagai pendamping,” kata Ida.

Kota Malang memiliki potensi pariwisata perkotaan, yang dikemas dalam konsep kampung tematik, wisata heritage, serta wisata edukasi, dan inovasi. Selain itu, Kota Malang juga mulai mengembangkan konsep halal dalam sektor pariwisata.

Sektor pariwisata di Kota Malang, selama pandemi penyakit akibat virus Corona, terdampak cukup dalam. Tercatat, kunjungan wisatawan dalam negeri di Kota Malang selama pandemi COViD-19, anjlok 66 persen, dan untuk mancanegara mencapai 100 persen.