Ini Dia Panduan Lengkap Tentang Wisata Halal

ilustrasi (gambar: http://www.halalmui.org)

MTN, Jakarta – Hingga kini masih banyak persepsi salah mengenai wisata halal. Di sini kami coba memaparkannya kepada anda dengan jelas.

Dilansir dari situs LPPOM MUI, ini adalah panduan tentang konsep Wisata Halal, berdasarkan Fatwa DSN MUI Nomor 108/DSN-MUI/X/2016.

Prinsip Umum Penyelenggaraan Pariwisata Syariah:

  1. Penyelenggara wisata:
    Wajib terhindar dari kemusyrikan, kemaksiatan, kemafsadatan, tabdzir/israf, dan kemunkaran; serta menciptakan kemaslahatan dan kemanfaatan baik secara material maupun spiritual.
  2. Pihak hotel:
    a. Hotel tersebut tidak boleh menyediakan fasilitas akses pornografi dan tindakan asusila.
    b. Tidak boleh menyediakan fasilitas hiburan yang mengarah pada kemusyrikan, maksiat, pornografi dan/atau tindak asusila;
    c. Makanan dan minuman yang disediakan hotel syariah wajib telah mendapat sertifikat halal dari MUI.
    d. Menyediakan fasilitas, peralatan dan sarana yang memadai untuk pelaksanaan ibadah, termasuk fasilitas bersuci.
    e. Pengelola dan karyawan/karyawati hotel wajib mengenakan pakaian yang sesuai dengan syariah.
    f. Hotel syariah wajib memiliki pedoman dan/atau panduan mengenai prosedur pelayanan hotel guna menjamin terselenggaranya pelayanan hotel yang sesuai dengan prinsip syariah.

Kewajiban pihak destinasi wisata:
a. Destinasi wisata syariah wajib memiliki fasilitas ibadah yang layak pakai, mudah dijangkau dan memenuhi persyaratan syariah; makanan dan minuman halal yang terjamin kehalalannya dengan Sertifikat Halal MUI.
b. Destinasi wisata wajib terhindar dari kemusyrikan dan khurafat; maksiat, zina, pornografi, pornoaksi, minuman keras, narkoba dan judi; pertunjukan seni dan budaya serta atraksi yang bertentangan prinsip-prinsip syariah.

Fasilitas yang wajib ada berdasarkan CrescentRating (lembaga otoritas bidang wisata halal):

  1. Makanan halal
  2. Fasilitas salat
  3. Kamar mandi dengan air untuk wudhu
  4. Pelayanan saat bulan Ramadhan
  5. Pencantuman label non halal (jika ada makanan yang tidak halal)
  6. Fasilitas rekreasi yang privat (tidak bercampur baur secara bebas)

Kewajiban destinasi halal berdasarkan Global Muslim Travel Index (GMTI):

  1. Destinasi ramah keluarga
  2. Layanan dan fasilitas di destinasi yang ramah muslim
  3. Kesadaran halal dan pemasaran destinasi
  4. Keamanan umum bagi wisatawan muslim
  5. Jumlah kedatangan wisatawan muslim yang cukup ramai
  6. Pilihan makanan dan jaminan halalnya
  7. Akses ibadah yang mudah dan baik
  8. Fasilitas di bandara yang ramah muslim
  9. Opsi akomodasi yang memadai
  10. Kemudahan komunikasi
  11. Jangkauan dan kesadaran kebutuhan wisatawan muslim
  12. Konektivitas transportasi udara

Wisata Halal Itu Juga Termasuk Kebersihan Tempat dan Makanan Sehat

ilustrasi (gambar: Suarasurabaya.net)

MTN, Jakarta – Banyak orang mengira kalau konsep wisata halal itu hanya bicara tentang Islam, padahal cakupannya luas, termasuk kepada kebersihan tempat dan makanan sehat.

Dilansir dari NewsCom, konsep wisata halal itu tidak hanya berbicara tentang Islam, tetapi lebih kepada pelayanan dan tempat wisata yang bersih dan sehat, termasuk proses membuat makanan yang higienis.

Asisten Staf Khusus Wakil Presiden Republik Indonesia Bidang Ekonomi dan Keuangan, Guntur Subagja Mahardika, S.Sos., M.Si., mengonfirmasi hal tersebut di acara diskusi Wisata Halal dan Momentum Kebangkitan Pariwisata Indonesia.

“Wisata halal merupakan solusi dari pandemi Covid-19. Halal itu berbicara tentang kebersihan, kesehatan, tentang makanan yang sehat dan tempat yang bersih,” tutur Guntur Subagja.

Inovasi wisata halal yang diterapkan di NTB, lanjut Guntur, berfungsi lebih dari sekedar pemantik untuk mempercepat pemulihan pariwisata. Konsep ini tidak hanya berbicara tentang Islam, tetapi lebih kepada layanan dan tempat yang mengedepankan kebersihan.

Menurut Ketua Center for Strategic Policy Studies (CSPS) ini, wisatawan yang datang ke suatu daerah akan ditawarkan pilihan, apakah ingin menikmati konsep wisata konvensional atau konsep wisata halal. Jadi semuanya berdasarkan permintaan wisatawan.

“Halal tourism bukan dikotomi antara Muslim dan Non-Muslim, tetapi tentang pilihan konsep pelayanan dan gaya hidup wisatawan yang sedang berkembang. Apalagi Indonesia merupakan negara muslim terbesar, ini adalah opportunities (kesempatan),” paparnya.

Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Insan Tani dan Nelayan Indoensia (INTANI) itu juga menjelaskan data tentang negara-negara eksportir produk halal terbesar di dunia pada tahun 2019. Data tersebut dilansir dari laporan Global Islami Economic Report (GIER) Tahun 2019.

“Berdasarkan laporan GIER tahun 2019, negara-negara eksportir produk halal terbesar di dunia justru bukan negara berpenduduk mayoritas Muslim. Brazil merupakan eksportir produk halal nomor satu di dunia dengan nilai US$5,5 miliar dollar,” ungkapnya.

Sedangkan posisi nomor dua, ucapnya, ditempati oleh Australia dengan nilai ekspor US$2,4 miliar. Lalu bagaimana dengan Indonesia?

“Sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, kita hanya menjadi konsumen produk halal terbesar kedua di dunia setelah Kerajaan Arab Saudi,” jelas Guntur Subagja.

“Inilah saatnya Indonesia mengambil peluang dari konsep wisata halal. Wisata halal merupakan solusi pariwisata di masa pandemi Covid-19” tutup Guntur.

Narasumber lainnya dalam acara ini ialah Jubir Dr. H. Sandiaga Salahuddin Uno, B.B.A., M.B.A., Bidang Pariwisata, Taufan Rahmadi. Sedangkan moderator sekaligus pembawa acara ini ialah Dadang Hidayat dari KICKNEWS Today.

Tonton video acaranya di bawah ini.

Indonesia Perlu Mengejar Kinerja Industri Wisata Syariah

Ilustrasi (gambar: crescentrating.com)

MTN, Jakarta – Pihak Bank Indonesia mengatakan kalau Indonesia perlu mengejar kinerja industri syariah, yang di dalamnya juga ada industri pariwisata. Seperti apa?

Dilansir dari Rakyat Merdeka, pihak Bank Indonesia (BI) meyakini kalau Indonesia memiliki potensi besar menjadi pemain global di sektor keuangan syariah.

Karena itu, Bank Sentral terus melakukan pengembangan pasar ekonomi dan keuangan syariah, khususnya ke negara non Muslim.

“Sejak 2015, BI, pemerintah, dan instansi terkait sudah meningkatkan pengembangan ekonomi dan keuangan syariah. Kita terus memperluas cakupannya, di antaranya pasar modal, mo bilisasi zakat dan wakaf produktif,” kata Gubernur BI, Perry Warjiyo.

Perry melanjutkan, kalau BI meningkatkan ekonomi syariah dalam membentuk rantai pasok halal bersinergi dengan pemerintah dan dunia usaha.

Hal terseut juga termasuk melakukan edukasi dan literasi melalui kampanye dalam Festival Ekonomi Syariah yang beberapa waktu lalu diadakan BI.

Dia mengatakan, Indonesia perlu mengejar kinerja industri syariah. Di antaranya, dalam industri farmakosmetika, pariwisata, dan keuangan, yang saat ini berada di urutan keenam berdasarkan laporan State of Global Islamic 2020-2021.

Meski begitu, menurut Perry, beberapa industri halal Indonesia sudah masuk 10 besar. Di antaranya, untuk makanan halal berada di urutan keempat, dan fesyen di urutan ketiga.

Perry menerangkan, pengembangan ekonomi dan keuangan syariah saat ini tidak hanya terkait agama, melainkan sudah menjadi tren dunia.

Bahkan, negara yang penduduknya bukan mayoritas Muslim, kini malah menjadi pusat ekonomi syariah, contohnya seperti China sebagai eksportir baju Muslim terbesar di dunia.

Begitu juga Korea Selatan (Korsel) yang kini menjadi produsen kosmetika halal terbesar dan destinasi wisata halal.

Kemudian, Jepang kini juga menjadi salah satu pusat industri halal dan pariwisata. Dan, negara tetangga, Thailand kini memiliki visi untuk melakukan pengembangan dapur halal dunia.

Perry berharap, Indonesia mampu menggenjot perkembangan keuangan dan ekonomi syariah. Terlebih, Indonesia memiliki potensi besar karena merupakan negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia.

“Dengan arahan Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Maruf Amin, kami membentuk Komite Nasional Ekonomi Keuangan Syariah,” katanya.

Melalui pembentukan komite tersebut, lanjutnya, perkembangan pasar keuangan dan ekonomi syariah bisa ditingkatkan.

“Ini akan menjadi motor penggerak kita untuk mencapai target, agar bisa menjadi pemain di pasar keuangan dan ekonomi syariah di kancah global,” tutup Perry.

Sumbar Segera Sosialisasikan Perda Wisata Halal

ilustrasi (foto: infoopas.com)

MTN, Jakarta – Sejak diresmikan pada bulan Juni 2020 lalu, kini pihak pemerintah kota Padang mulai gencar sosialisasikan Peraturan Daerah nomer 1 tahun 2020 tentang wisata halal.

Dilansir dari FixPadang, Kepala Dinas Pariwisata Sumbar Novrial, meyebut kalau Perda wisata halal tersebut sudah disahkan pada Juni 2020, karena itu harus segera disosialisasikan pada seluruh pemangku kepentingan, salah satunya pemerintah kabupaten/kota yang memiliki kewenangan kepariwisataan.

“Setelah proses sosialisasi selesai, seluruh pemangku kepentingan diharapkan bisa memahami konsep wisata halal dan tidak terjebak pada pengertian yang sempit,” katanya.

Wisata halal yang dimaksud adalah seperangkat layanan tambahan bagi turis muslim agar bisa berwisata dengan nyaman, dan bisa menjalankan kewajiban beribadah, serta mendapatkan akses kuliner yang higienis dan halal.

Dengan adanya perda wisata halal diharapkan wisatawan akan lebih memilih Sumbar sebagai tempat menghabiskan waktu liburan.

Novrial mengatakan kalau konsep wisata halal itu hingga saat ini masih terus berkembang sehingga tetap dibutuhkan masukan dan saran dari berbgai pihak.

Sementara Kepala Bidang Pengembangan Destinasi dan Daya Tarik Pariwisata Sumbar, Doni Hendra, mengatakan kalau sosialisasi Perda wisata halal digelar dilakukan di Kabupaten Tanah Datar dengan peserta dari pihak pemerintah kabupaten, kota dan pelaku usaha pariwisata.

Doni mengatakan kegiatan sosialisasi tahun 2020 dilaksanakan sebanyak tiga kali mulai dari wilayah Tanah Datar dan sekitarnya, kemudian dilanjutkan di Pesisir Selatan, lalu terakhir di Bukittinggi dan sekitarnya.

Narasumber yang dihadirkan adalah tim ahli pariwisata halal dalam hal ini diwakili oleh Dr. Sari Lenggogeni dan Prof Ansofino, dengan materi tentang konsep serta subtansi perda penyelenggaraan pariwisata halal Sumbar.

Sementara itu, tim Kemenag Sumbar berbicara tentang regulasi pusat dan tata kelola pengurusan sertifikasi halal oleh BPJH perwakilan Sumbar, sebagai fasilatator perizinan halal dalam bentuk usaha dan produknya.

“Indonesia Butuh Pusat Inkubasi Usaha Halal Berinfrastruktur Digital”

ilustrasi (gambar: alimuakhir.com)

MTN, Jakarta – Wakil Presiden RI, Ma’ruf Amin, mengatakan kalau Indonesia saat ini membutuhkan pusat inkubasi usaha halal yang berinfratruktur digital. Mengapa?

Dilansir dari NewsComID, Wapres RI mengatakan kalau Indonesia saat ini sedang kekurangan Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) seperti Baitul Maal wa Tamwil (BMT). Solusinya adalah dengan pengadaan pusat-pusat inkubasi untuk usaha halal yang berinfrastruktur digital.

Saat ini, terdapat lebih dari 4.000 BMT yang tersebar di seluruh Indonesia. Namun jumlah BMT masih sangat kurang dibandingkan dengan lebih dari 221 juta penduduk Muslim Indonesia.

Wakil Presiden (Wapres) Republik Indonesia (RI), Prof. Dr. (H.C.) Drs. KH. Ma’ruf Amin, mengonfirmasi hal tersebut saat memberikan kata sambutan selaku narasumber utama dalam Seminar Daring BMT Summit 2020, yang diselenggarakan secara virtual oleh Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat.

“Selain ditingkatkan mutunya, BMT juga perlu ditingkatkan jumlahnya, karena Indonesia sebagai negara dengan 221 juta penduduk muslim masih kekurangan lembaga mikro syariah,” tutur Wapres Prof. KH. Ma’ruf Amin pada Selasa (17/11).

Karena itu, lanjutnya, kita perlu membangun pusat-pusat pelatihan LKMS di berbagai daerah yang berfungsi sebagai pusat pembinaan dan pengembangan BMT.

Selain itu, Ketua Umum Dewan Pimpinan MUI Pusat Non-Aktif itu pun meyadari bahwa BMT memerlukan ketersediaan data yang memadai, khususnya data pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia.

“Tantangan dalam menyalurkan Bantuan Tunai Langsung (BTL) kepada pelaku UMKM ialah ketersediaan data yang memadai dan peningkatan mutu pelayanan BMT. Untuk itu, perlu dikembangkan pusat data BMT yang terintegrasi,” ujar Wapres Prof. KH. Ma’ruf Amin.

Menurutnya, keberlangsungan BMT tidak dapat dipisahkan dari kualitas pelaku UMKM. Karena itu, perlu upaya terpadu untuk meningkatkan kualitas pelaku UMKM.

“Salah satu yang perlu diupayakan adalah dengan membangun pusat-pusat inkubasi usaha halal di berbagai daerah sebagai pusat pembinaan dan penyemaian,” ujar Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu.

Selain itu, ungkapnya, perlu juga dibangun pusat-pusat bisnis syariah (Sharia Business Center) yang didukung oleh infrastruktur digital. Fasilitas ini penting sebagai sarana interaksi dan sarana transaksi antar pelaku bisnis syariah.

Wapres Prof. KH. Ma’ruf Amin pun berharap agar BMT Summit 2020 ini dapat menghasilkan rumusan kebijakan dan langkah-langkah strategis dalam menjadikan BMT sebagai salah satu sumber pembiayaan UMKM yang dapat diandalkan.

“Saya harap dalam kesempatan yang baik ini, seluruh peserta BMT Summit 2020 dapat berpartisipasi secara aktif. Tujuannya ialah memperoleh rumusan kebijakan dan langkah-langkah yang perlu diambil oleh pemerintah agar BMT dapat diandalkan sebagai salah sau sumber pembiayaan UMKM,” jelas Wapres Prof. KH. Ma’ruf Amin.

“BMT harus dapat diandalkan sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi UMKM. Semoga harapan ini dapat terwujud,” pungkas Wapres.

Inilah Empat Objek Wisata Halal yang sedang Ramai di Indonesia

ilustrasi (gambar: bizlaw.id)

MTN, Jakarta – Beberapa objek wisata kini sudah dibuka (dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat). Berikut adalah empat objek wisata halal yang sedang ramai diperbincangkan di Indonesia. Anda pun direkomendasikan untuk mengunjunginya.

Dilansir dari situs Direktori Wisata, berikut adalah empat destinasi wisata Indonesia berbasis syariah yang bisa kita kunjungi untuk mengisi liburan bersama keluarga dan kerabat.

Sumtera Barat (foto: Madani News)

Sumatera Barat

Provinsi Sumatera Barat terkenal dengan suguhan kuliner halalnya hingga mancanegara, seperti rendang, dan juga beberapa destinasi wisata halal yang menyajikan keindahan panorama alam. Selain itu sejak dulu kawasan ini memiliki tingkat kunjungan wisatawan yang cukup tinggi.

Tempat wisata di Sumatera Barat memiliki keunikan dan ciri khas, juga keramahan masyarakat lokalnya kepada setiap pengunjung. Wisatawan bisa mencoba dengan memilih dari 16 destinasi wisata Riau yang sedang trend di kalangan para wisatawan lokal dan mancangera.

Lombok (foto: Liputan Aceh)

Lombok

Bila Bali mendapatkan julukan Seribu Pura, maka Lombok dijuliki dengan Pulau Seribu Masjid. Di kota ini banyak ditemukan tempat bagi para wisatawan untuk mudah menunaikan sholat serta tempat penginapan yang menyediakan sarana ibadah.

Bahkan untuk setiap jenis makanan halal dengan harga murah pun tidak terlalu sulit untuk ditemukan di tempat wisata Lombok saat kita sedang berlibur di Pulau Lombok.

Dari wisata alam hingga budaya, cita rasa kuliner hingga beragam kesenian, dapat kita temukan dengan mudah di tempat-tempat wisata muslim di Lokmbok.

Salah satunya kita bisa mendatangi Desa Banyumulek yang dikenal sebagai sentral Kerjinan Gerbah di Pulau Lombok. Di desa wisata Lombok ini kita dapat mengenal lebih dekat pusat pembuatan gerbah, karena di sini warganya hampir semua sebagai pengrajin gerabah.

Aceh (foto: laduni.id)

Nanggroe Aceh Darussalam

Banyak potensi wisata Aceh yang menjadi salah satu tujuan wisata halal di Indonesia. Di tempat ini kita akan banyak menemukan sarana dan prasarana fasilitas bagi wisatawan muslim.

Di Kota Aceh kita dapat merasakan suasana religius sembari menikmati keindahan dan keanekaragaman kulinernya. Di Aceh hampir setiap lokasinya terdapat tempat ibadah serta makanan-makan yang telah dijamin kehalalannya oleh pemerintah.

Tidak hanya itu saja, kita juga bisa menikmati keindahan wisata pantai Aceh yang indah sangat luar biasa, salah satunya kita dapat mengunjung destinasi wisata di Pulau Weh, yang dikenal sebagai salah satu surga alam tersembunyi di ujung barat Indonesia.

Pulau Santen, Banyuwangi (foto: Banyuwangi Bagus)

Pulau Santen, Banyuwangi, Jawa Timur
Pulau Santen merupakan salah satu wisata baru yang menjadi handalan Banyuwangi yang berkonsep syariah. Tempat wisata syariah pulau Santen berlokasi di Karangrejo, Kecamatan Banyuwangi, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

Di tempat wisata Banyuwangi ini nilai-nilai ke-Islaman dijaga betul, salah satunya dengan memisahkan lokasi kunjungan bagi wisatawan perempuan dan kaum laki-laki. Dengan kondisi seperti itu para pengunjung dapat dengan santai menikmati keindahan pantai berhampar pasir, yang berlatarbelakang Selat Bali nan eksotis.

Di pantai ini juga disediakan beberapa fasilitas yang bisa dinikmati oleh pengunjung, seperti musholah, payung untuk berteduh di tepi pantai, hingga sarana serta fasilitas lainnya.

Azerbaijan Tata Kembali Masjid-masjid Rusak di Karabakh Setelah 28 Tahun di Genggaman Armenia

Armenia rusak 90% masjid di wilayah Karabakh (foto: /theislamicinformation.com)

MTN, Jakarta – Pada 8 November 2020, pihak Azerbaijan merebut kembali kota Shusha, Nagorno-Karabakh, setelah selama 28 tahun wilayah tersebut berada di cengkraman wilayah Armenia. Pihak Azerbaijan pun akan mulai memperbaiki masjid-masjid yang rusak selama perang.

Dilansir dari Jernih, sebanyak 67 masjid di Nagorno-Karabakh dan distrik yang berdekatan dengan Azerbaijan yang dihancurkan oleh pasukan Armenia dalam konflik Nagorno-Karabakh. Total ada 63 mesjid hancur seluruhnya dan empat masjid yang hancur sebagian,

Jumlah mesjid yang hancur tersebut dilaporkan oleh Azerbaijan National Academy of Sciences (ANAS) yang melakukan pendataan di bawah pengawasan UNESCO.

Pendataan dilakukan setelah pasukan Armenia menyerah pada 8 November 2020 dan menyerahkan semua kendali Nagorno-Karabakh kepada Azerbaijan. Pendataan tersebut dilakukan atas kerjasama Dana Internasional untuk Budaya dan Warisan Turki, ANAS dan Komisi Nasional Azerbaijan, UNESCO.

Ketua Persatuan Publik untuk Perlindungan Monumen Sejarah dan Budaya, melaporkan kalau ada sekitar 215 monumen sejarah dan budaya di kota Shusha yang telah rusak.

Faig Ismayilov, ketua Persatuan Publik untuk Perlindungan Monumen Sejarah dan Budaya di Wilayah Pendudukan Azerbaijan, mengatakan kalau pihak Institut Hukum dan Hak Asasi Manusia ANAS mencatat ada banyak monumen sejarah dan budaya yang rusak. Di antaranya: di kota Shusha 215 monumen, di kota Jabrayil dan kota Khojavend masing-masing 93, di kota Aghdam 140, kota Gubadly dan Fuzuli masing-masing 71, di kota Kalbajar 91, distrik Lachin 74, kota Zangilan 56, dan kota Khojaly ada 28 buah.

Kerusakan monumen akibat penjarahan benda-benda budaya yang bernilai sejarah warisan budaya Azerbaijan diperkirakan dijual oleh orang Armenia ke luar negeri. Nilainya diperkirakan mencapai miliaran dolar dan berpotensi digunakan untuk membiayai kegiatan perang.

Ismayilov menyebutkan Azerbaijan akan membangun dan memperbaiki kembali mesjid runtuh maupun yang rusak sebagian.

Perang Nagorno-Karabakh 2020 adalah konflik bersenjata yang sedang berlangsung antara pasukan bersenjata dari Azerbaijan dan Armenia di Nagorno-Karabakh, selama ketegangan terbaru dalam konflik Nagorno-Karabakh yang tak kunjung reda. Bentrokan dimulai pada pagi hari tanggal 27 September 2020 di sepanjang Garis Kontak Nagorno-Karabakh.

Perang Nagorno-Karabakh berlangsung semenjak tahun 1988. Pihak Armenia menyebutnya sebagai Perang Kemerdekaan Artsakh.

Nagorno-Karabakh (penduduk Armenia sering kali menyebut wilayah ini dengan nama Artsakh) adalah sebuah wilayah yang terletak di bagian selatan Kaukasus, tepatnya 270 km sebelah barat Baku, ibu kota Azerbaijan. Wilayah ini dihuni oleh mayoritas etnik Armenia, dan dikuasai oleh militer Armenia.

Penduduk etnik Armenia setempat memproklamasikan kemerdekaan Republik Nagorno-Karabakh dari Azerbaijan pada 10 Desember 1991, tetapi kedaulatan republik tersebut tidak diakui oleh dunia internasional dan wilayah tersebut secara de jure dianggap sebagai bagian dari Azerbaijan.

Tonton video momen perayaan warga Azerbaijan ketika Nagorno-Karabakh kembali direbut dari tangan Armenia pada 8 November 2020, via saluran YouTube milik tvOneNews.

Potensi Wisata Muslim di Wilayah Azerbaijan yang baru Dibebaskan dari Genggaman Armenia

Masjid Agdam yang terbengkalai saat dikuasai oleh Armenia

MTN, Jakarta – Kini Azerbaijan memiliki potensi wisata baru, yakni masjid Agdam, yang sempat terbengkalai semenjak wilayah Azerbaijan tersebut dicaplok oleh pihak Armenia semenjak tahun 1993.

Dilansir dari Berita KBB, konflik berkepanjangan antara Armenia dan Azerbaijan kembali meletus pada September 2020 yang lalu.

Dua negara pecahan Uni Soviet tersebut telah berperang sejak tahun 1988. imbas perang juga berdampak pada rusaknya berbagai bangunan. Termasuk salah satunya adalah masjid bersejarah Agdam, distrik Agdam, Azerbaijan, yang malah diubah menjadi kandang babi oleh Armenia.

Masjid Agdam yang terbengkalai saat dikuasai oleh Armenia

Masjid Agdam Jami merupakan salah satu bangunan monumental keagamaan Qarabagh di abad ke-19. Masjid ini dibangun oleh arsitek Karbalayi Safikhan Qarabakhhi sejak 1868 hingga 1870 ketika Agdam menjadi pusat perdagangan penting di wilayah tersebut. Arsitektur Masjid Agdam memiliki semua fitur khas wilayah Qarabagh.

Diketahui bahwa kawasan dimana masjid tersebut diubah menjadi kandang babi telah diduduki oleh Armenia sejak 29 Oktober 1993. Namun pada 20 Oktober 2020, pasukan Azerbaijan berhasil membebaskan kawasan tersebut.

Kejadian masjid yang diubah menjadi kandang babi tersebut sempat viral di berbagai media sosial.

Di video yang sempat viral tersebut terlihat ketika tentara Azerbaijan memasuki masjid tersebut, mereka menemukan beberapa ekor babi.

Masjid Agdam yang terbengkalai saat dikuasai oleh Armenia

Sejak bentrokan baru meletus pada 27 September 2020, Armenia yang didukung oleh pihak Rusia terus melakukan serangan terhadap warga sipil dan pasukan Azerbaijan.

Sejak 10 Oktober, Armenia telah melanggar dua gencatan senjata kemanusiaan di Upper Karabakh, atau Nagorno-Karabakh, wilayah Azerbaijan yang diakui secara internasional.

Sekitar 20 persen wilayah Azerbaijan berada di bawah pendudukan ilegal Armenia selama hampir tiga dekade.

Saat Pandemi Turis Muslim Lebih Suka Wisata Alam

ilustrasi (foto: @ginanjar17 )

MTN, Jakarta – Studi terbaru mengungkap kalau turis muslim lebih menyukai wisata alam saat pandemi seperti sekarang ini.

Dilansir dari Detik, data survei terbaru dari Pear Anderson dan WEGO mengungkap kalau turis muslim lebih menyukai wisata alam saat pandemi.

“Tamasya untuk melihat pemandangan menjadi kegiatan utama bagi wisatawan Muslim Indonesia. Namun, wisata alam dan aktivitas petualangan juga dinilai populer dengan urutan ketiga untuk responden Muslim Indonesia,” tulis pihak Pear Anderson dan WEGO di keterangan resminya.

Di atas kegiatan tamasya, alam, serta petualangan, kegiatan mencicipi kuliner lokal adalah yang paling disukai wisatawan Indonesia dengan presentase sebanyak 19%. Khususnya di kalangan anak muda.

“Responden muslim Indonesia di kelompok usia 18-24 tahun dan 45-54 tahun memiliki kecenderungan lebih besar untuk mencicipi kuliner lokal dibandingkan kategori usia lainnya,” bunyi detilnya.

Saat bepergian, wisatawan muslim Indonesia akan memilih untuk bersantap di gerai bersertifikat halal (persentase 22,5%). Temuan ini sejalan dengan preferensi mereka saat memilih destinasi dan akomodasi.

Diketahui, wisatawan muslim Indonesia cenderung santai soal makanan. Sekitar 8,7% mengatakan bahwa mereka akan makan di restoran jenis apa saja.

Pilihan populer lainnya di kalangan responden adalah membawa makanan yang sudah disiapkan dari rumah (21,2% Indonesia).

Selain itu, Tempat wisata dengan fasilitas ramah muslim dinilai lebih menarik. Sekira 89,5% responden muslim Indonesia menyatakan lebih tertarik untuk mengunjungi suatu objek wisata jika tempat tersebut memiliki fasilitas ramah Muslim.

Sejarah Kaitan Masjid Jami Kaliyoso dengan Paku Buwono IV

Masjid Jami’ Kaliyoso Jogopaten

MTN, Jakarta – Masjid Jami Kaliyoso memiliki sejarah kaitan dengan Paku Buwono IV. Seperti apa?

Dilansir dari Detik, Masjid Jami’ Kaliyoso Jogopaten yang berada di Desa Kaliyoso, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen, merupakan sebuah masjid yang bersejarah karena masih ada hubungannya dengan Keraton Surakarta Hadiningrat.

Dikisahkan dahulu kala sekira tahun 1788 Masehi, Paku Buwono (PB) IV sedang berburu kijang bersama dengan beberapa pejabat keraton di sebuah hutan di selatan masjid atau dulu masih berbentuk surau.

Namun tiba-tiba PB IV menghilang tanpa bekas, hal tersebut membuat para pengikutnya merasa gusar. Berhari-hari pencarian terhadap PB IV tidak membuahkan hasil.

Sehingga pada suatu hari mereka bertemu dengan penduduk sekitar dan diberi tau bahwa di utara sungai ada seorang Kyai yang bisa dimintai pertolongan untuk menemukan PB IV yang hilang. Kyai tersebut bernama Kyai Abdul Jalal 1 atau Bagus Turmudi yang menyanggupi untuk membantu.

Namun bukan beliau yang akan mencari PB IV, melainkan tugas tersebut diserahkan kepada keponakannya, yaitu Bagus Murtojo atau Kyai Muhammad Qorib.

Akhirnya PB IV berhasil ditemukan dan dapat pulang kembali ke Keraton Surakarta. Sebagai rasa terima kasihnya, PB IV memberikan nama daerah surau tersebut dengan nama Kaliyoso.

Selain memberi nama Kaliyoso, PB IV juga memberikan tanah perdikan secukupnya untuk tempat pengembangan ajaran agama Islam. Beliau juga memberikan kenang-kenangan berupa sebuah mimbar dan pintu masjid serta beberapa pusaka keraton berupa keris dan tombak.

Semua itu masih ada sampai sekarang di Masjid Jami’ Kaliyoso Jogopaten. Adapun Bagus Murtojo atau Kyai Muhammad Qorib sendiri akhirnya diakui sebagai saudara angkat PB IV.

Pada tahun 2018 kompleks Masjid Jami’ Kaliyoso diresmikan menjadi Cagar Budaya Kabupaten Sragen karena peristiwa sejarahnya.

Selain itu, pada jaman dulu Kaliyoso juga menjadi pusat penyebaran agama Islam di wilayah Solo Utara.

Alamat Masjid Jami’ Kaliyoso Jogopaten: Jl. Jogo Paten, Kebayanan I, Jetis Karangpung, Kec. Kalijambe, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, 57275.