Strategi Bertahan di Tengah Pandemi untuk Industri Wisata Halal

foto: Suara Merdeka

MTN, Jakarta – Pandemi Corona merontokan segala sektor industri, tak terkecuali pariwisata. Namun ada strategi untuk industri wisata halal di tengah pandemi ini. Seperti apa?

Dilansir dari CendanaNews, Ketua Bidang Industri Halal dan Industri Kreatif DPP Ikatan Asosiasi Ekonomi Islam (IAEI), Riyanto Sofyan, memberikan strategi bertahan bagi wisata halal di tengah pandemi.

Riyanto Sofyan menyebut kalau untuk mampu bertahan tentunya para pelaku industri pariwisata halal harus menyiapkan berbagai strategi. Di antaranya adalah overhaul business model.

“Yakni, bongkar pasang bisnis model perlu dilakukan pelaku pariwisata,” ujar Riyanto Sofyan yang juga menjabat sebagai Ketua Umum di Perkumpulan Pariwisata Halal Indonesia (PPHI).

Riyanto menyebut, bahwa dalam bisnis pariwisata masih bisa berjalan meski dalam keadaan rugi. Namun bisnis pariwisata bisa dikatakan mati kalau arus kasnya macet.

Sehingga menurutnya lagi, dalam menjalankan bisnis pariwisata yang paling utama adalah manajemen arus kas.

“Caranya otomatis kita harus merestruktur biaya yang ada, karena saat ini, kalau kita meminta pinjaman tambahan tidak akan mungkin dapat,” tukasnya.

Riyanto menyarankan, agar skema kemitraan pelaku pariwisata harus dijalankan, sehingga mempunyai nafas yang lebih panjang meskipun arus kas yang terbatas.

Karena kondisi di lapangan menunjukkan, sebagian industri pariwisata ada yang beralih usaha. Contohnya, kata Riyanto, beralih usaha menjadi penjual sembako.

Adapun strategi lainnya, jelas dia, untuk pariwisata saat ini adalah pembuatan safe protocol, yaitu sesuatu yang memerlukan biaya tambahan tapi mesti dilakukan.

“Kita sebagai umat muslim harus tetap optimis agar industri pariwisata halal ini mampu bertahan di situasi pandemi Covid-19 ini,” ungkap Riyanto.

Apalagi menurutnya, pariwisata halal memiliki peluang yang besar untuk berkembang di Indonesia. Pasalnya, tren dan gaya hidup halal sudah melekat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia.

“Yang dijual industri pariwisata ialah pengalaman yang diperoleh dengan mengunjunginya langsung wahana wisata tersebut. Maka, inovasi dan kreativitas sangat sangat diperlukan di saat pandemi Covid-19, ini,” ujar Riyanto Sofyan.

Masjid yang Selamat dari Banjir Bandang Ini Berpotensi Tarik Wisata

Masjid Al-Istiqamah Radda (foto-foto: Sorot Makassar)

MTN, Jakarta – Banjir bandang besar yang terjadi di Luwu Utara, Sulawesi Selatan pada pekan lalu (13/7) hampir meluluhlantakan segalanya, kecuali sebuah masjid. Masjid apakah itu?

Masjid Al-Istiqamah Radda selamat dari banjir bandang dashyat yang melanda enam kecamatan di Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan. Bencana tersebut terjadi pada Senin malam (13/7).

Dilansir dari Sorot Makassar, puluhan personel TNI-AD dari Yonif 721/Makkasau Kompi Senapan C Palopo, pada Selasa (21/7), melakukan pembersihan masjid yang berada di tengah-tengah perkampungan Dusun Radda, Desa Radda yang tertimbun tanah akibat banjir bandang yang menerjang Luwu Utara.

Masjid Al Istiqamah Radda ketika bencana terjadi tertimbun lumpur hingga setinggi satu setengah meter.

Saat berlangsung pembersihan masjid, personel Yonif 721/Makkasau menemukan sebuah motor yang tertimbun lumpur.

Danton Kompi Senapan C Palopo Yonif 721/Makkasau, Letda Inf. Risal yang memimpin langsung di lapangan mengatakan semoga masjid ini segera dapat digunakan beribadah

Masjid Al Istiqamah berlokasi di desa Radda, kecamatan Baebunta, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan. Kode pos: 92961.

Diharapkan ke depannya pasca bencana ini Masjid Al-Istiqamah bisa berpotensi tarik banyak wisatawan Muslim.

Aturan Haji 2020: Jamaah Dilarang Sentuh Ka’bah

foto: aljazeera.com

MTN, Jakarta – Di musim Haji 2020 masa pandemi Corona ini, pihak Kerajaan Arab Saudi menerapkan protokol dilarang menyentuh Ka’bah dan wajib jaga jarak saat Thawaf.

Dilansir dari Detik, di era New Normal, pemerintah Arab Saudi kian tegas perihal aturan bagi para jamaah haji. Ada banyak aturan baru yang harus jamaah ketahui.

Pemerintah Arab Saudi memutuskan untuk membatasi pelaksanaan Haji 2020 untuk mencegah penyebaran virus corona. Melalui Pusat Pencegahan Penyebaran Penyakit (CDC), Pemerintah Arab Saudi merilis aturan Haji 2020 sesuai protokol kesehatan, seperti dilarang menyentuh Kakbah.

Pelaksanaan Haji 2020 hanya diperuntukkan bagi 1.000 orang jamaah, orang Arab Saudi atau warga asing yang saat ini berdomisili di Arab Saudi. Ini merupakan kali pertama pelarangan haji bagi Muslim dari luar negeri, di zaman modern.

Selain dilarang menyentuh Kakbah, jamaah Haji 2020 juga diminta menjaga jarak satu dengan yang lain sekitar satu setengah meter selama salat berjamaah dan ritual tawaf, atau berkeliling Kakbah.

Akses ke lokasi Haji yang lain, seperti: Mina, Muzdalifah, dan Arafah akan dibatasi, hanya diperuntukan bagi pemilik izin haji pada 19 Juli hingga 2 Agustus 2020. Jemaah juga diwajibkan menggunakan masker sepanjang waktu.

Sementara itu, keputusan Haji terbatas dilakukan setelah pemerintah Arab Saudi melakukan beberapa pertimbangan. Sebelumnya, negara tersebut sempat menerapkan kebijakan lockdown hingga penutupan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.

Arab Saudi Hanya Bolehkan Warga Lokal untuk Ibadah Haji 2020

foto: France 24

MTN, Jakarta – Arab Saudi hanya bolehkan warga lokal mereka untuk ibadah Haji tahun ini. Seperti apa?

Dilansir dari Detik, pemerintah Arab Saudi hanya akan membolehkan sekira 1.000 orang warga lokal untuk menjalankan ibadah haji tahun ini.

“Jumlah jemaah hanya akan berkisar 1.000 [orang], mungkin kurang, mungkin juga lebih sedikit,” ujar Menteri Urusan Haji Arab Saudi, Mohammad Benten.

“Jumlahnya tidak akan mencapai ratusan ribu atau ribuan [orang],” tambahnya.

Pemerintah Saudi mengatakan ibadah haji tahun 2020 dilaksanakan dengan menerapkan protokol kesehatan.

Biasanya, dalam situasi normal, ibadah haji diikuti oleh lebih dari dua juta orang.

Wabah Covid-19 juga telah memicu sejumlah negara untuk membatalkan pengiriman jemaah haji untuk tahun ini.

Masjid-masjid Inggris Tawarkan Tur Virtual Selama Pandemi Covid-19

MTN, Jakarta – Selama lockdown pandemi Covid-19, masjid-masjid di Inggris tawarkan tur virtual. Seperti apa?

Dilansir dari Detik, masjid-masjid di Inggris pada masa pandemi Corona ini menawarkan tur virtual selama lockdown Covid-19, melalui inisiasi Visit My Mosque.

Visit My Mosque day adalah inisiasi nasional yang difasilitasi oleh Muslim Council of Britain (MCB), mendorong masjid-masjid di seluruh Inggris untuk mengadakan hari-hari terbuka masjid untuk umum.

Muslim di Inggris rutin menggelar Visit My Mosque Day selama lima tahun terakhir. Tapi, tahun ini acara tersebut dilaksanakan secara virtual karena adanya lockdown.

“Jika biasanya orang-orang mengunjungi masjid, tahun ini masjid yang mengunjungi mereka (secara virtual). Kemudian, ada juga aksi membagikan masakan, makanan panas, APD, dan banyak lagi,” ujar Sekretaris Jenderal dari Muslim Council of Britain, Harun Khan.

Khan menjelaskan kalau tur virtual masjid menjadi hal yang penting selama lockdown pandemi virus Corona.

“Peran komunitas yang paling penting adalah untuk mendukung kelompok masyarakat yang paling rentan selama tiga bulan ini, akibat lockdown virus Corona,” sambung dia.

Program tur virtual tersebut rencananya acara ini berlangsung pada akhir pekan selama 60 sampai 90 menit.

Acara serupa telah dilakukan sejak tahun 2015 dan diikuti oleh 20 masjid di Inggris. Sejauh ini tercatat lebih dari 250 masjid telah ikut serta, mulai tahun lalu.

Ingin mencoba tur virtual ke masjid-masjid di Inggris? Klik ke tautan berikut ini.

Haji 2020 Batal, 350 Agen Perjalanan Lokal Kena Dampaknya

ilustrasi (foto: al-monitor.com)

MTN, Jakarta – Pemerintah baru saja resmi membatalkan kegiatan Haji 2020. Pembatalan itu mengakibatkan 350 agen perjalanan lokal terkena dampaknya.

Dilansir dari Kompas, Ketua Dewan Pembina di Forum Silaturahmi Asosiasi Travel Haji dan Umrah (Sathu), Fuad H Mansyur, mengatakan sekira 350 unit agen travel haji dan umrah terkena dampak pembatalan pemberangkatan jamaah haji 2020.

“Ada sekitar 350 travel haji dan umrah yang terdampak. Travel-travel ini biasanya memberangkatkan haji khusus, sementara untuk haji reguler diberangkatkan oleh pemerintah,” ujar Fuad di keterangan resminya, Rabu (3/6/2020).

Dia menambahkan nilai perputaran uang pada haji khusus tersebut berkisar 200 hingga 300 juta Dolar AS. Agen perjalanan wisata lokal akan mengalami kerugian akibat pembatalan pemberangkatan tersebut. Hal itu dikarenakan pihak travel haji dan umrah sudah bekerja sama dengan perusahaan yang ada di Arab Saudi untuk jangka waktu hingga 10 tahun ke depan.

“Kami memaklumi keputusan pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama. Apalagi hingga saat ini Pemerintah Arab Saudi belum mengeluarkan pernyataannya terkait pelaksanaan ibadah haji 2020,” terang Fuad.

Dia meminta pemerintah dan asosiasi travel bertemu dan membahas pembatalan pemberangkatan jamaah haji serta dampak yang ditimbulkan.

“Sebelum pemberangkatan haji dibatalkan, travel haji dan umrah juga sudah terkena dampak dari pandemi Covid-19 ini, karena sejak 27 Februari pemberangkatan umrah juga ditangguhkan,” ujar Ketua Dewan Pembina di Forum Silaturahmi Asosiasi Travel Haji dan Umrah (Sathu) tersebut.

Sebelumnya, Menteri Agama Fachrul Razi mengatakan pemerintah memutuskan tidak memberangkatkan jamaah haji pada musim haji 2020/1441 H karena pandemi Covid-19.

Pembatalan pemberangkatan jamaah haji tersebut berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 494/2020.

Sesuai dengan amanat undang-undang, selain persyaratan ekonomi dan fisik, kesehatan dan keselamatan jamaah haji harus diutamakan mulai dari embarkasi, di Tanah Suci, hingga kembali ke Tanah Air.

Kekurangan Anggaran, Warga Sumbang Pembangunan Masjid 99 Kubah

Masjid 99 Kubah (foto: datawisata.com)

MTN, Jakarta – Sejak tahun 2017 Masjid 99 Kubah diproyeksikan untuk jadi masjid termegah di Makassar. Namun pembangunannya mangkrak karena kekurangan anggaran. Warga pun berinisiatif untuk melakukan donasi agar pembangunannya tetap berlanjut.

Masjid yang berada di pinggir Pantai Losarinya, Kota Makassar ini dibangun sejak tahun 2017 oleh Pemerintah Sulawesi Selatan, namun hingga kini masjid tersebut belum bisa digunakan untuk beribadah oleh masyarakat. Pasalnya bangunan ini belum rampung akibat kekurangan anggaran. Warga sekitar pun berinisiatif untuk melakukan donasi agar pembangunannya tetap berlanjut.

Dilansir dari Suara.com, puluhan kubah kecil mengitari kubah utama dengan diameter paling besar yang berpusat di tengah bangunan masjid.

Warna-warna menyala macam kuning, merah, cokelat, dan putih berkelindan di kubah dan tubuh masjid cantik ini.

Saat malam menyergap, aneka warna tersebut kian hidup tatkala lampu sorot ditembakkan tepat ke arah kubah-kubahnya nan menawan.

Para pengunjung juga akan dimanjakan dengan atraksi air mancur yang terletak di depan masjid dan akan muncul selama 30 menit selepas Maghrib.

Konon untuk membangun deretan keelokan pada masjid yang sanggup menampung sekitar 10 ribu orang ini, dibutuhkan dana sekitar Rp 176 miliar. Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil didapuk sebagai sang arsitek.

Sementara itu, angka 99 yang tersemat di belakang nama masjid ini merupakan adaptasi dari jumlah Asmaul Husna.

Dilansir dari TravelingYuk, sampai Desember 2018, pembangunan Masjid 99 Kubah sudah mencapai angka 70%.

Tonton liputan donasi warga untuk Masjid 99 Kubah ini via saluran TAWAF TV di YouTube, melalui video di bawah ini.

Menjalankan Ibadah Ramadhan di tengah Pandemi Corona

ilustrasi (gambar: farmasi.ugm.ac.id)

MTN, Jakarta – Muslim di seluruh dunia hari ini (24/4) serentak memasuki bulan Ramadhan di tengah pandemi Corona, dengan larangan pemerintah untuk ibadah berjamaah dan mudik.

Dilansir dari AFP, Muslim di seluruh dunia mulai menunaikan ibadah Ramadhan di tengah pandemi Corona, dengan larangan pemerintah untuk ibadah berjamaah dan mudik. Namun di beberapa negara himbauan tersebut tidak dilakukan, sehingga menimbulkan ketakutan akan naiknya angka infeksi.

Bulan puasa tahun ini di Asia, Timur Tengah dan Afrika Utara, diberlakukan larangan sholat berjamaah di masjid, bertemu kerabat dan teman untuk buka puasa.

Pembatasan telah meredam semangat di Indonesia, dunia negara mayoritas Muslim terbesar, karena organisasi keagamaan nasional setempat telah meminta umat untuk tetap tinggal di rumah.

“Ramadhan kali ini sangat berbeda – hanya saja tidak meriah,” kata Ibu rumah tangga bernama Fitria Famela.

“Saya kecewa karena saya tidak bisa pergi ke masjid, tetapi apa yang bisa kita lakukan? Dunia berbeda sekarang,” tambahnya.

Mohamad Shukri Mohamad, ulama Islam terkemuka di kalangan konservatif negara bagian Malaysia, Kelantan, berencana untuk melewatkan ibadah berjamaah di masjid.

“Ini adalah pertama kalinya dalam hidup saya tidak dapat ibadah berjamaah masjid, ” katanya kepada AFP.

“Tapi kita harus menerimanya dan mematuhi aturan jarak sosial untuk lindungi hidup kita,”

Malaysia yang mayoritas Muslim telah memperpanjang lockdown hingga pertengahan bulan Mei nanti untuk masjid, sekolah, dan sebagian besar tempat bisnis.

Pos-pos pemeriksaan polisi juga disiapkan untuk menangkap para pelanggar aturan.

Bahkan pasar kaget Ramadhan di Malaysia yang populer, tempat Muslim membeli makanan lezat setempat sebelumnya untuk berbuka puasa, telah dilarang.

Sebaliknya, orang Malaysia hanya bisa memesan dari apa yang disebut “e-bazaar”, di mana orang memesan barang secara online dan mengirimkannya ke rumah mereka.

Di negara tetangga Indonesia, terjadi kekhawatiran akan lonjakan kasus virus Corona, karena jutaan orang bepergian ke kota asal dan desa mereka pada akhir Ramadhan nanti, sehingga memaksa pemerintah setempat untuk mengeluarkan larangan.

Pemerintah Indonesia juga telah mengumumkan tindakan keras terhadap semua orang yang melakukan perjalanan udara dan laut.

Warga Jakarta yang bernama Erik Febrian mengatakan ia mengandalkan komputer untuk tetap berhubungan dengan orang tuanya di luar kota, sampai ia bisa bertemu langsung dengan mereka pada akhir Ramadhan.

“Berkat teknologi saya dapat melakukan panggilan video ke orang tua saya setiap hari selama Ramadhan,” pungkasnya.

Strategi Pariwisata Indonesia Agar Bisa Bangkit Pasca Corona

ilustrasi (foto: matamatapolitik.com)

MTN, Jakarta – Wabah global virus Corona memang berdampak buruk bagi pariwisata dunia dan Indonesia khususnya. Tapi apa saja strategi agar pariwisata lokal bisa bangkit jika wabah Covid-19 telah berlalu?

Dilansir dari Republika, Taufan Rahmadi, salah satu pelaku di industri pariwisata, yang juga pendiri dari komunitas Temannya Wisatawan, mengusulkan tujuh kebijakan yang perlu diambil oleh pemerintah agar bisa memulihkan industri pariwisata jika wabah Corona telah berlalu.

Tujuh kebijakan yang perlu diambil oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, untuk meminimalisir dampak negatif terhadap Pariwisata Indonesia dari mewabahnya virus corona. Tujuh rekomendasi ini didasarkan pada dampak yang sudah terjadi, baik dalam skala global atau nasional.

Dampak secara global

Berdasarkan data World Travel and Tourism Council, WTTC, dampak yang nyata pada sektor perjalanan dan pariwisata akibat wabah Corona adalah berpotensi mengakibatkan 50 juta orang di seluruh dunia kehilangan pekerjaan.

Dampak secara nasional

a. Sektor Pariwisata

Perhimpunan Hotel & Restoran Indonesia (PHRI), memprediksi potensi kerugian industri pariwisata Indonesia akibat wabah virus corona COVID-19 mencapai 1,5 milliar dolar AS atau setara dengan Rp 21 triliun.

b. Sektor Ekraf UMKM

Berdasarkan data yang diolah P2E LIPI, dampak penurunan pariwisata terhadap UMKM yang bergerak di usaha makanan dan minuman (mamin) mikro mencapai 27%. Sedangkan, dampak terhadap usaha kecil makanan minuman sebesar 1,77% dan usaha menengah di angka 0,07%.

Pengaruh virus corona terhadap unit usaha kerajinan dari kayu dan rotan, usaha mikro akan berada di angka 17,03%. Untuk usaha kecil di sektor kerajinan kayu dan rotan 1,77% dan usaha menengah 0,01%. Sementara itu, konsumsi rumah tangga juga akan terkoreksi antara 0,5% hingga 0,8%.

Padahal, UMKM memegang peranan penting dalam struktur perekonomian Indonesia. Berdasarkan data Bank Indonesia, pada 2016 sektor UMKM mendominasi 99,9% unit bisnis di Indonesia. Dari angka tersebut, jenis usaha mikro paling banyak menyerap tenaga kerja hingga 87%.

Tingkat kecepatan dan ketepatan dari berbagai negara seperti Singapura, Malaysia ataupun New Zealand di dalam menerapkan kebijakan – kebijakan pemulihan pariwisatanya di dalam menghadapi pendemi ini dijadikan pula sebagai tolak ukur di dalam menyusun rekomendasi ini.

Sebagai contoh, Singapura telah mengeluarkan kebijakan sertifikasi SG Clean , kebijakan ini ditujukan untuk meningkatkan standard kebersihan publik ditengah wabah virus corona, SG Clean ini diperuntukkan untuk sektor bisnis pariwisata, ritel, dan layanan makanan, dan untuk mendapatkan sertifikasi ini harus memenuhi persyaratan tertentu yang sangat ketat dari lembaga yang ditunjuk.

Dan ternyata kebijakan ini terbukti mampu berangsur-angsur meningkatkan kepercayaan dari pelanggan/wisatawan terhadap kualitas layanan kebersihan yang diberikan selama mereka berwisata.

Oleh karena itu dengan memperhatikan hal-hal tersebut diatas, TW menggaris bawahi kebijakan-kebijakan pariwisata yang perlu untuk diperkuat, antara lain:

01. Dukungan kepada Industri dan pelaku parekraf

Tentang dukungan kepada industri/pelaku parekraf berupa: pembebasan biaya BPJS, pengurangan biaya listrik, air, sewa, keringanan restribusi pajak pemda, relaksasi peminjaman bank, dst

Adalah penting untuk segera disosialisasikan terkait petunjuk teknis serta penetapan waktu yang pasti dari kapan kebijakan ini mulai berlaku.

Karena hingga kini masih ditemukan dilapangan kebijakan yang sudah dicanangkan dipusat tapi belum tersosialisasi dan terimplementasi dengan baik di daerah.

02. Dukungan Anggaran

Tentang Dukungan Kemenparekraf (Realokasi Anggaran) yang terkait kerja sama dengan pihak hotel, pihak perusahaan transportasi wisata, pihak perusahaan makanan dan minuman.

Adalah perlu untuk dijelaskan kepada publik bentuk kerja sama yang akan dilakukan, apakah murni seperti layaknya pengadaan barang dan jasa (kontrak bisnis) atau murni bentuk kepedulian sosial dari para pemilik bisnis tersebut yang dilakukan sebagai bentuk sumbangsih untuk negeri yang sedang berada ditengah krisis ini.

03. Subsidi Pendidikan Pariwisata

Yang juga tidak boleh dilupakan adalah pentingnya subsidi kepada para pelajar/mahasiswa yang saat ini sedang menuntut ilmu di sekolah-sekolah tinggi pariwisata baik negeri ataupun swasta di Indonesia, di mana sebagaimana kita maklumi bahwa banyak dari pelajar/mahasiswa ini terancam tidak bisa melanjutkan pendidikannya dikarenakan usaha yang dimiliki orang tuanya jatuh dikarenakan dampak corona.

04. Penguatan SOP Mitigasi Pariwisata

Berkaca dari banyak kejadian bencana alam, force majeur yang terjadi di Indonesia seperti gempa bumi, gunung api meletus dan saat ini wabah penyakit, maka kebutuhan akan segera diperkuatnya SOP Mitigasi Pariwisata Indonesia yang mengacu pada standardisasi yang diberikan UNWTO dan WHO adalah sangat penting.

Langkah strategi dari Kemenparekraf di saat fase pemulihan adalah sangat krusial untuk disiapkan sejak dini, agar pada saat wabah ini mereda kemenparekraf sudah tidak lagi berbicara tentang merancang strategi pemulihan, tapi tinggal melaksanakannya.

05. Prioritas pada pembenahan destinasi

Terkait kenyamanan di destinasi wisata, Indonesia masih banyak memiliki PR yang harus dikerjakan, seperti misalnya issue kebersihan, keamanan, kesehatan, pelestarian lingkungan, regulasi daerah, layanan wisata halal dan lain sebagainya.

Ini tidak saja membutuhkan anggaran yang banyak tetapi juga pendampingan yang intensif, sehingga pembenahan destinasi yang dilakukan sesuai dengan standard global manajemen destinasi pariwisata yang berkelanjutan.

06. Meningkatkan peran pokdarwis di desa wisata sebagai tim gugus desa yang dibina oleh Kemenparekraf

Pokdarwis perannya seringkali dikesampingkan di dalam pengembangan pariwisata, padahal kelompok ini beranggotakan anak – anak muda kreatif yang peduli akan kemajuan pariwisata di desanya.

Peningkatan peran dari Pokdarwis yang tersebar di seluruh desa wisata diharapkan dapat menjadi agen perubah , motor penggerak masyarakat dalam membangun industri kreatif di desa, sekaligus menginisiasi gerakan bersama menjaga destinasi pariwisata.

07. Penguatan Regulasi masuknya Wisatawan Mancanegara

Mengambil pengalaman dari kasus corona, wisatawan dari negara/daerah yang sudah pernah atau rentan terkena wabah penyakit harus melalui seleksi yang sangat ketat untuk mendapatkan izin masuk/visa ke Indonesia.

Kebijakan bebas visa kunjungan dari negara-negara tersebut harus ditinjau kembali demi lebih berkualitasnya wisatawan mancanegara yang masuk berlibur ke Indonesia.

Tujuh rekomendasi di atas adalah wujud dari harapan agar Pariwisata Indonesia bisa segera bangkit di tengah pendemi ini,

Terobosan strategi dan kecepatan implementasi adalah kunci dari kemenangan kita dalam pertarungan melawan virus corona ini.

Wisata Halal Juga Picu Perkembangan Produk Halal

ilustrasi (gambar: Suara Islam)

MTN, Jakarta – Perkembangan wisata halal ternyata beriringan juga dengan produk-produk halal. Seperti apa?

Kesadaran masyarakat lokal akan produk halal terus meningkat sejalan dengan perkembangan industri wisata halal (halal tourism) yang kian menggeliat.

Demikian dikatakan oleh Chairman of Indonesian Islamic Travel Communication Forum (IITCF), H. Priyadi Abadi, M. Par, dalam acara diskusi “Grand Opening Adinda Azzahra” di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, awal Maret ini, seperti yang dilansir dari Mina News.

Mengutip data yang dipublikasikan MasterCard-CrescentRating pada tahun 2019 lalu, Priyadi mengatakan, grafik pertumbuhan jumlah wisatawan Muslim (di luar Haji dan Umroh) di dunia terus mengalami kenaikan.

“Tercatat pada 2014 jumlah wisatawan Muslim ada sekira 108 juta jiwa, di tahun 2016 naik menjadi 121 juta jiwa, dan pada 2018 lalu meningkat menjadi 140 juta jiwa. Pada 2020 ini diproyeksikan jumlah wisatawan Muslim dunia akan mencapai 160 juta jiwa,” ujar Priyadi.

Menurutnya, kontribusi sektor wisata halal terhadap perekonomian global pada 2020 ini diprediksi mencapai angka US$220 miliar.

Sementara pada tahun 2026 nanti, kontribusi sektor pariwisata halal diperkirakan melonjak hingga ke angka 35% atau US$300 miliar.

Ia menambahkan, wisatawan muslim secara global diprediksi akan mengalami kenaikan menjadi 230 juta jiwa, yang merepresentasikan lebih dari 10 persen total wisatawan global secara keseluruhan.

Sejauh ini potensinya telah digarap oleh negara-negara Muslim. Berdasarkan Global Muslim Travel Index (GMTI) 2019, Indonesia bersama Malaysia keluar sebagai juara destinasi wisata ramah Muslim (muslim friendly) di antara negara-negara Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dengan skor 78.

Di posisi berikutnya Turki, Arab Saudi, Uni Emirat Arab di peringkat tiga, keempat, dan kelima. Qatar (peringkat enam), Maroko (peringkat tujuh), Bahrain (peringkat delapan), Oman (peringkat delapan), dan Brunei (peringkat sepuluh).