Strategi Bertahan di Tengah Pandemi untuk Industri Wisata Halal

foto: Suara Merdeka

MTN, Jakarta – Pandemi Corona merontokan segala sektor industri, tak terkecuali pariwisata. Namun ada strategi untuk industri wisata halal di tengah pandemi ini. Seperti apa?

Dilansir dari CendanaNews, Ketua Bidang Industri Halal dan Industri Kreatif DPP Ikatan Asosiasi Ekonomi Islam (IAEI), Riyanto Sofyan, memberikan strategi bertahan bagi wisata halal di tengah pandemi.

Riyanto Sofyan menyebut kalau untuk mampu bertahan tentunya para pelaku industri pariwisata halal harus menyiapkan berbagai strategi. Di antaranya adalah overhaul business model.

“Yakni, bongkar pasang bisnis model perlu dilakukan pelaku pariwisata,” ujar Riyanto Sofyan yang juga menjabat sebagai Ketua Umum di Perkumpulan Pariwisata Halal Indonesia (PPHI).

Riyanto menyebut, bahwa dalam bisnis pariwisata masih bisa berjalan meski dalam keadaan rugi. Namun bisnis pariwisata bisa dikatakan mati kalau arus kasnya macet.

Sehingga menurutnya lagi, dalam menjalankan bisnis pariwisata yang paling utama adalah manajemen arus kas.

“Caranya otomatis kita harus merestruktur biaya yang ada, karena saat ini, kalau kita meminta pinjaman tambahan tidak akan mungkin dapat,” tukasnya.

Riyanto menyarankan, agar skema kemitraan pelaku pariwisata harus dijalankan, sehingga mempunyai nafas yang lebih panjang meskipun arus kas yang terbatas.

Karena kondisi di lapangan menunjukkan, sebagian industri pariwisata ada yang beralih usaha. Contohnya, kata Riyanto, beralih usaha menjadi penjual sembako.

Adapun strategi lainnya, jelas dia, untuk pariwisata saat ini adalah pembuatan safe protocol, yaitu sesuatu yang memerlukan biaya tambahan tapi mesti dilakukan.

“Kita sebagai umat muslim harus tetap optimis agar industri pariwisata halal ini mampu bertahan di situasi pandemi Covid-19 ini,” ungkap Riyanto.

Apalagi menurutnya, pariwisata halal memiliki peluang yang besar untuk berkembang di Indonesia. Pasalnya, tren dan gaya hidup halal sudah melekat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia.

“Yang dijual industri pariwisata ialah pengalaman yang diperoleh dengan mengunjunginya langsung wahana wisata tersebut. Maka, inovasi dan kreativitas sangat sangat diperlukan di saat pandemi Covid-19, ini,” ujar Riyanto Sofyan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *