Riau Siapkan Kawasan Wisata Kuliner Halal

ilustrasi (foto: menara.co.id)

MTN, Pekanbaru – Pemprov Riau kini tengah menyiapkan kawasan wisata kuliner halal yang aman dan sehat. Seperti apa?

Dilansir dari Antara, pemerintah Provinsi Riau kini tengah mempersiapkan Riau Garden menjadi kawasan kuliner halal, aman dan sehat, yang memiliki nuansa berbeda, dengan wisata yang sudah ada sebelumnya di Kota Pekanbaru.

“(para) Pemiliknya sudah setuju, nanti akan dibuat kuliner halal, aman dan sehat,” kata Gubernur Riau, Syamsuar, di Pekanbaru, Minggu (29/10).

Orang nomor satu di Riau itu menyampaikan bahwa sebelumnya kawasan kuliner halal, aman dan sehat juga sudah dibuat di Jalan Sumatera dan Arifin Achmad. Komite Nasional dan Keuangan Syariah juga langsung mengecek kondisi di lapangan.

Akan tetapi mereka menilai tidak memungkinkan untuk diterapkan sebagai kawasan halal aman dan sehat. Untuk makan dipilih Riau Garden yang berada di Jl HR Soebrantas.

“Jadi artinya Riau Garden ini yang pas, sehingga kami setuju kalau Riau Garden ini kami jadikan sebagai tempat kuliner halal, aman dan sehat,” katanya lagi.

Dari segi fasilitas, objek wisata Riau Garden sangat lengkap. Parkir yang luas, dilengkapi Anjungan Tunai Mandiri (ATM), tempat bermain anak-anak, kuliner, fasilitas di sabel, ruang asi, dan produk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Selain itu, Riau Garden juga menyediakan tempat pertemuan untuk rapat, seminar bahkan menyelenggarakan acara ulang tahun hingga resepsi perkawinan. Memiliki lahan yang terbilang luas, tentunya bermacam event bisa digelar di sini.

Dan yang lebih menarik, di Riau Garden pengunjung akan dimanjakan dengan tempat swafoto cantik yang instagramable, dan ke depannya akan dipadukan dengan agrowisata.

“Riau Garden yang nantinya kami jadikan sebagai tempat kuliner halal, aman dan sehat merupakan program Komite Nasional Keuangan Syariah yang dipimpin oleh Wakil Presiden,” pungkas Syamsuar.

Agen-Agen Perjalanan di Sumut Sudah Terlatih Layani Wisata Halal

Danau Toba (foto: okezone.com)

MTN, Medan – Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia/Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita), mengatakan bahwa agen-agen perjalanan di Sumatera Utara sudah terlatih layani wisata halal. Seperti apa?

Dilansir dari Republika, Ketua DPD Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia/Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita) Sumatra Utara, Solahuddin Nasution, memastikan agen-agen perjalanan anggotanya terlatih melayani wisata halal.

“Biro perjalanan dapat memenuhi semua kebutuhan wisatawan, baik ibadah maupun makanan halal,” ujar dia di Medan, Minggu, tengah bulan ini (12/9).

Menurut Solahuddin, aspek kehalalan penting bagi wisatawan Muslim yang melakukan perjalanan ke daerah atau tempat yang jumlah pemeluk agama Islam-nya sedikit.

Di Sumut, kata dia, agen-agen perjalanan sudah berpengalaman dalam menciptakan kenyamanan bagi semua pihak.

Meski demikian, Solahuddin mengemukakan pentingnya Provinsi Sumut menafsirkan kembali definisi dari wisata halal.

Wisata halal, katanya, seharusnya tidak bersifat kaku dan diartikan secara sempit.

Oleh sebab itu, Solahuddin lebih memilih menggunakan istilah “muslim friendly tourism” alias pariwisata yang ramah umat Muslim.

“Pariwisata jenis itu tengah dikembangkan di negara-negara, seperti Korea Selatan dan Jepang. ‘Muslim friendly’ artinya dapat memenuhi harapan turis Muslim ketika berkunjung ke daerah wisata minoritas Muslim. Jadi, semua hal untuk wisata itu bisa didiskusikan, termasuk rencana perjalanannya,” kata Solahuddin.

Sebelumnya, Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif (Disbudparekraf) Sumatera Utara Zumri Sulthony menyampaikan Duta Besar Malaysia untuk Indonesia Dato’ Syed Mohamad Hasrin bin Tengku Hussin menyoroti wisata halal di Danau Toba saat bertemu Wakil Gubernur Sumatra Utara Musa Rajekshah di Medan, 25 Agustus 2023.

Dubes Malaysia, dia mengatakan, menyebut bahwa warga dari “Negeri Jiran” –sebutan untuk Malaysia– akan senang jika kebutuhan halal mereka, terutama makanan, di kawasan Danau Toba dapat terfasilitasi.

Selama ini, kata dia, wilayah Danau Toba sudah akrab dengan kehalalan, tetapi hal tersebut masih perlu ditingkatkan.

“Kita bukan ingin menghilangkan kebiasaan yang sudah ada. Justru yang sudah ada diperbaiki kualitasnya sambil menyadari bahwa wisatawan luar negeri juga membutuhkan objek wisata yang bersahabat dengan kehalalan,” pungkasnya.

Wisata Halal Dapat Bantu Wisatawan Muslim Dekatkan Diri Kepada Allah

MTN, Yogyakarta – Ketua Divisi Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah mengatakan bahwa wisata halal dapat bantu wisatawan muslim dekatkan diri kepada Allah SWT.

Dilansir dari situs resmi Muhammadyah, Ketua Divisi Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Ruslan Fariadi, mengatakan bahwa salah satu nilai tambah yang paling penting dari konsep wisata halal adalah bahwa ini dapat membantu wisatawan Muslim untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah.

Hal tersebut dikatakan oleh Ruslan di acara Seminar Tuntunan Wisata Islami Majelis Tarjih dan Tajdid PDM Kota Yogyakarta pada Sabtu pekan lalu (23/9) di Panti Asuhan Yogyakarta Muhammadiyah Lowanu.

“Dalam wisata ini, tidak hanya aspek rekreasi yang menjadi target, tetapi juga harus ada aspek iqra’, yaitu membaca ayat-ayat kauniyah (ayat-ayat yang menggambarkan ciptaan Allah),” ujar Ruslan.

Dengan mengunjungi tempat-tempat yang indah dan alam yang menakjubkan, wisatawan Muslim dapat merenungkan kebesaran Allah dan mengapresiasi keindahan ciptaan-Nya. Ini adalah pengalaman yang mendalam yang dapat membantu mereka merasakan koneksi spiritual yang lebih kuat.

Pariwisata telah mengalami transformasi yang signifikan dari kebutuhan tersier menjadi kebutuhan primer dalam kehidupan modern. Konsep wisata halal menawarkan solusi yang menghormati aturan Islam dan bahkan dapat membantu wisatawan mendekatkan diri kepada Allah.

Namun, pengaturan yang bijak dan kerjasama antara pihak terkait adalah kunci untuk menjalankan konsep ini dengan sukses. Dengan demikian, pariwisata halal menjadi langkah menuju keberlanjutan yang menghormati nilai-nilai agama dalam industri pariwisata yang terus berkembang.

PPP Dorong Perlunya Perda untuk Pengembangan Wisata Halal

foto: ppp.or.id

MTN, Jakarta – Partai Persatuan Pembangunan dorong perlunya peraturan daerah untuk pengembangan wisata halal. Seperti apa?

Dilansir dari Detik, anggota Komisi X DPR RI Fraksi PPP, Illiza Sa’aduddin Jamal, mendorong adanya peraturan daerah sebagai acuan pengembangan wisata halal. Hal ini agar upaya pengembangan tersebut sesuai dengan karakteristik daerah masing-masing.

“Dengan menyiapkan regulasi tentang layanan wisata ramah muslim dan penyusunan standarisasi wisata halal Indonesia yang mengacu pada standar wisata halal dunia,” jelas Illiza, Sabtu (30/9).

Hal tersebut Illiza sampaikan saat menjadi pemateri pada acara seminar Fraksi PPP dengan tema ‘Peran Wisata Halal dalam Membangkitkan Sektor Pariwisata dan Ekonomi Kreatif’ beberapa waktu lalu.

Illiza menekankan bahwa Indonesia memiliki populasi muslim terbesar di dunia, yakni mencapai 229 juta orang. Besarnya populasi tersebut, maka Indonesia memiliki potensi untuk melakukan akselerasi pengembangan wisata halal dan muslim friendly.

“Salah satunya dengan pemanfaatan dana desa untuk pengembangan wisata halal di desa wisata. Karena berkembangnya wisata halal ini akan memberikan dampak terhadap perkembangan ekonomi masyarakat Indonesia,” ungkapnya.

Dalam meningkatkan produk wisata halal, dia mendorong pemerintah untuk melibatkan masyarakat. Khususnya dengan menggandeng komunitas dan ormas.

“Mendorong tumbuhnya industri kreatif untuk melahirkan produk-produk wisata halal. Masyarakat harus terlibat aktif dalam pengembangan wisata halal, sehingga masyarakat merasa memiliki,” kata Illiza.

Illiza menekankan pengembangan wisata juga harus dibarengi dengan penyediaan fasilitas ibadah yang layak dan memadai. Menurutnya hal ini penting guna memenuhi hak dasar para wisatawan muslim.

“Misalnya, tempat wudhu yang bersih dan terawat, tempat ibadahnya yang baik, luas dan terjangkau tidak berada di pojokan dan dekat toilet,” tuturnya.

Sementara itu, Sekretaris Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Oneng Setya Harini mengatakan pemerintah memberikan pelayanan terhadap kebutuhan wisatawan muslim. Layanan tersebut mencakup hotel halal, transportasi halal, makanan halal, paket wisata halal dan keuangan halal.

“Memastikan kesediaan pelayanan yang optimal dalam menyambut wisatawan Muslim di setiap destinasi wisata. Ketersediaan pilihan tempat makan halal, akses mudah ke tempat salat, dan akomodasi ramah muslim,” ungkap Illiza.

“Salah satu upaya pemerintah dalam mengembangkan wisata halal di Indonesia. Sertifikasi halal diberikan kepada pelaku usaha pariwisata yang memenuhi standar kompetensi dan pelayanan ramah muslim,” pungkasnya.

Desa di Kepri Ini Didorong jadi Destinasi Wisata Halal

desa Pengudang yang berlokasi di Teluk Sebong, kabupaten Bintan, provinsi Kepulauan Riau (foto: Indonesia Travel)

MTN, Jakarta – Sebuah desa di Kepulauan Riau ini didorong untuk jadi destinasi wisata halal. Desa apakah itu?

Dilansir dari Kemenag, desa Pengudang yang berlokasi di Teluk Sebong, kabupaten Bintan, provinsi Kepulauan Riau, didorong untuk jadi destinasi wisata halal.

Hal tersebut diketahui saat Forum group discussion (FGD) di Ruang Balai Desa Pengudang, Jumat (8/9), awal bulan ini.

Sekda Kabupaten Bintan, Ronny Kartika, yang hadir bersama Ketua DWP Bintan, Elyza Riani, serta praktisi Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Maritime Raja Ali Haji, Dr. Lily Viruly, S.STP, M.Si menjelaskan bahwa gagasan tersebut akan diimplementasikan serta dikaji secara lebih komprehensif.

“Pengembangan konsep wisata halal di Desa Pengudang tentu akan menawarkan konsep nuansa wisata baru. Nanti bisa di implementasikan melalui ketersediaan home stay rumah penduduk serta daya tarik kuliner tradisional lokal,” ujarnya saat membuka forum diskusi.

Dikatakannya juga bahwa konsep wisata halal merupakan konsep wisata yang moeslim friendly (ramah wisatawan muslim). Hal ini menurutnya sebuah branding yang pas untuk Desa Pengudang yang penduduknya mayoritas muslim.

“Desa Pengudang ini memiliki view pedesaan yang alami. Bahkan banyak wisatawan asing saat ini yang mau stay dari 2 hingga 8 hari namun menginginkan konsep wisata seperti menikmati kuliner tradisional setempat, atau sekedar bersepeda menikmati keindahan panorama desa,” tutupnya.

Taiwan Kenalkan Destinasi Wisata Halal “Slow Travel”

taman nasional Tri Mountain, Taiwan (foto: taiwan.net)

MTN, Bandung – Taiwan kenalkan destinasi wisata halal”slow travel”. Seperti apa?

Dilansir dari Viva, pihak Tri-Mountain National Scenic Area Headquarters memperkenalkan destinasi wisata di wilayah taman nasional Tri-Mountain Taiwan yang ramah Muslim kepada masyarakat Indonesia.

Dalam hal ini Taiwan menawarkan wisata dengan konsep ‘slow travel’ atau perjalanan yang santai dengan memadukan tiga aspel yakni antara lain pesona alam, kelezatan kuliner, serta kekayaan budaya yang ikonik.

Director of Tri-Mountain National Scenic Area Headquarters, Tourism Administration, Ministry of Transportation and Communications of Taiwan, Tsao Chung-Yu menyampaikan pesona Tri-Mountain.

“Kami melihat banyak wisatawan mancanegara ingin berkunjung ke destinasi wisata yang autentik berkonsep slow travel, dan Tri-Mountain adalah jawaban yang mereka cari,” ujar Tsao Chung-Yu saat ditemui di kawasan Menteng, Jakarta, Rabu (20/9) pekan lalu.

Chung-Yu menambahkan bahwa wisata ini juga ramah bagi wisatawan Muslim yang berasal dari Indonesia. Jadi, wisatawan Muslim tidak perlu merasa khawatir lantaran wisata ini memperhatikan aktivitas berwisata, kuliner hingga tempat ibadah.

“Kami fokus meningkatkan kualitas pariwisata yang ramah bagi wisatawan Indonesia. Mempertimbangkan wisatawan Muslim, kami juga menghadirkan halal tourism agar para wisatawan dapat menikmati liburan sambil beribadah dengan tenang,” sambungnya.

Salah satu upaya Biro Pariwisata Taiwan untuk meningkatkan kunjungan wisatawan Muslim adalah dengan melalui perencanaan strategis, termasuk mendorong pelaku usaha lokal Taiwan untuk menerapkan sertifikasi Halal.

“Mengenai makanan kuliner kita itu sudah melewati asosiasi halal, jadi untuk makanan-makanan yang halal atau kebiasaan-kebiasaan dari temen-temen Muslim itu kita sudah diberitahu. (Makanan) itu semua sudah punya sertifikat halal,” kata Chung-Yu.

“Begitu pun untuk sisi toiletnya, untuk Masjid tempat beribadah,” pungkasnya.

Meski tidak seluruh destinasi wisata ramah Muslim, namun sebagian besar memang banyak tempat-tempat yang ditawarkan agar wisatawan Indonesia, khususnya yang Muslim untuk berkunjung.

“Jadi lokasi ramah Muslim ini tidak di semua tempat wisata di Tri Mountain, tapi bisa dibilang mayoritas itu banyak sekali tempat-tempat yang sudah ramah Muslim,” pungkasnya.

Adapun, Area Pemandangan Nasional Tri-Mountain terdiri dari Gunung Kepala Singa (Lion’s Head Mountain), Lishan dan Baguashan, daerah administratif luas mencakup 5 kota dan kabupaten yaitu Hsinchu, Miaoli, Taichung, Changhua dan Nantou, luas keseluruhannya sekitar 77.521 hektar.

Poltekpar Lombok Berharap Gaung Wisata Halal Digaungkan Kembali

Pantai Senggigi, Lombok (foto: Diskominfo Lombok Timur)

MTN, Mataram – Direktur Politeknik Pariwisata (Poltekpar) Negeri Lombok, Nusa Tenggara Barat, Ali Muhtasom, berharap momentum hari pariwisata dunia ke-43 tahun ini bisa menghidupkan kembali gaung pariwisata halal yang sudah ditetapkan Pemerintah Provinsi NTB.

“Kita akan kembangkan konsep pariwisata halal,” ujarnya pada acara forum Hari Pariwisata Dunia ke-43 tahun 2023 di Poltekpar Lombok dalam keterangan tertulis di Mataram, pekan lalu.

Ia mengatakan untuk menggaungkan pariwisata halal tersebut, tentu tugas Poltekpar Lombok kaitannya pada pembelajaran, mencetak SDM unggul bidang pariwisata.

“Kemudian penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat yang menginternalisasi-kan pariwisata halal,” tegas Ali Muhtasom.

Dilansir dari Antara, Ali menjelaskan untuk benar-benar mengembalikan pariwisata halal tersebut, pihaknya melalui bagian Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (P3M) sudah melakukan bimbingan teknis di Desa Pujut, Desa penyangga Destinasi Super Prioritas (DSP) KEK Mandalika, untuk memberikan pelatihan barista, homestay. Termasuk, bagaimana nanti memberikan pelayanan di perhelatan MotoGP.

“Kami akan terus berupaya menyukseskan perhelatan internasional yang ada di NTB,” katanya.

Sementara Kepala Dinas Pariwisata NTB, Jamaluddin Malady mengatakan berkaitan dengan pariwisata halal, sampai saat ini terus berjalan bersamaan dengan pariwisata olahraga atau sport tourism.

“Saya berharap semua hotel dan pelaku perjalanan di NTB, harus memiliki bekerja bersama. Tunjukkan bahwa NTB halal tourism, jelaskan ke wisatawan bahwa di hotel ada tanda dan arah kiblat, di siapkan sajadah dan mukena,” katanya

Selain itu pihaknya berjanji terus bekerja bersama dengan semua pihak untuk menyukseskan perhelatan MotoGP yang berlangsung bulan Oktober mendatang. Sebab menurutnya dengan memberikan pelayanan yang baik, maka wisatawan tentu akan senang berdatangan ke NTB.

Diketahui pada tahun 2019, Indonesia terpilih sebagai Destinasi Wisata Halal Terbaik Dunia di ajang Global Muslim Travel Index (GMTI) mengungguli 130 destinasi di dunia.

Sejumlah destinasi mendapat halal travel award di antaranya Lombok, NTB yang ditetapkan sebagai The World Best Halal Tourism Destination dan The World Best Halal Honeymoon Destination.

Wisata Halal Berkembang, Hotel RedDoorz Syariah Tumbuh 500% di 2023

foto: hotelmix.id

MTN, Jakarta – Industri wisata halal terus berkembang, pertumbuhan hotel RedDoorz Syariah pun naik hingga 500% di tahun 2023. Seperti apa?

Dilansir dari Kontan, RedDoorz terus menggenjot jumlah properti hotel berkonsep syariah mereka di Indonesia hingga 500% pada tahun 2023. Jumlah ini akan terus bertambah. Apalagi Indonesia kembali menjadi destinasi wisata halal terbaik di dunia.

RedDoorz mulai melihat tren wisata halal ini sejak tahun 2019 dengan menghadirkan 283 properti RedDoorz Syariah di beberapa kota telah ditetapkan sebagai destinasi utama wisata halal di Indonesia. Di tahun 2023 meningkat hingga hampir mencapai 2.000 properti dan akan terus bertambah seiring dengan pertumbuhan potensi wisata halal maupun wisata religi di Indonesia.

Sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim yang mencapai 241,7 juta jiwa, Indonesia pasar penting bagi industri wisata halal. “Upaya kami memperluas kemitraan melalui properti syariah sejalan dengan target meningkatkan skor Indonesia pada standar Global Muslim Travel Index tahun ini dengan memperkuat kehadiran akomodasi berkonsep syariah dan ramah muslim.” jelas Cut Nany Indriani, Head of Integrated Communication RedDoorz Indonesia, pekan lalu (21/9).

Wisata halal merupakan sebuah konsep layanan wisata untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan wisatawan muslim. Seperti tersedianya makanan halal, fasilitas untuk beribadah, hingga akomodasi penginapan yang mengedepankan prinsip-prinsip agama Islam. “Selain fasilitas yang ramah muslim, salah satu persyaratan utama bagi tamu yang ingin menginap di properti RedDoorz Syariah adalah dengan menunjukkan surat nikah yang sah bagi pasangan suami istri,” kata Cut Nany Indriani.

Ke depan, RedDoorz masih akan terus menumbuhkan jumlah properti syariah di beberapa kota lainnya. “Apalagi trennya saat ini hotel syariah bukan hanya dicari oleh wisatawan muslim, tapi juga wisatawan non-muslim karena kenyamanannya. Sehingga potensi pasarnya menjadi lebih tinggi,” tutup Cut Nany.

RedDoorz kini memiliki 3.200 jumlah properti yang tersebar di 257 kota di Indonesia. Selain menghadirkan hotel syariah, RedDoorz juga menghadirkan hotel multi-brand yang menyasar target wisatawan kelas menengah atas. Seperti SANS, Sunerra, UrbanView, dan The Lavana.

Pengembangan Wisata Halal Kabupaten Bandung Menuju Tingkat Dunia

Lembang, kabupaten Bandung Barat (foto: Pojok Jabar)

MTN, Jakarta – Wisata halal di kabupaten Bandung kini terus dikembangkan menuju tingkat dunia. Seperti apa?

Dilansir dari Detik, pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bandung mengklaim konsep wisata halal telah diterapkan di seluruh objek wisata di wilayahnya. Apalagi hal tersebut diperkuat dengan adanya peraturan daerah (Perda) no 6 tahun 2020.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Bandung, Wawan A Ridwan, mengatakan hampir seluruh industri pariwisata yang ada di Kabupaten Bandung sudah menerapkan wisata halal. Menurutnya hal tersebut harus dipertahankan.

“Ya saya kira sudah sekitar 90 persen (wisata halal). Tinggal beberapa kita harus memberikan pengawasan dan pembinaan. Jangan sampai ada hal-hal yang sifatnya terabaikan oleh pelaku industri pariwisata,” ujar Wawan, di acara FGD Pengembangan Wisata Halal yang diselenggarakan Pusat Litbang Kemenag di Hotel Grand Sunshine, pekan lalu (22/9).

Pihaknya menyebutkan akan terus melakukan sosialisasi terkait beberapa tempat wisata yang belum berlabel wisata halal. Kemudian akan terus memberikan pemahaman bagaimana regulasi, pembinaan dan pengawasan.

“Bagaimana wisata halal di kabupaten Bandung bisa berjalan sesuai dengan harapan, khususnya wisatawan muslim yang datang dari luar daerah, khususnya dari mancanegara,” katanya.

Wawan mengungkapkan setiap pengusaha industri pariwisata harus memperhatikan kenyamanan bagi wisatawan muslim. Hal tersebut telah masuk dalam Perda No 6 tahun 2020.

“Contoh paling dasar adalah sarana ibadah yang harus dimiliki oleh setiap industri pariwisata. Misalkan dari kebersihan, dari tempat wisatanya, tempat ibadahnya, harus menjadi ketetapan yang berlaku bagi semua,” jelasnya.

Menurutnya setiap daerah yang dianggap aman, nyaman, tertib, akan menjadi salah satu faktor wisata halal. Makanya hal tersebut harus perlu disosialisasikan.

“Jangan bicara wisata halal dulu, sebelum aspek itu masuk. Termasuk berkaitan dukungan pemda dalam memberikan pembinaan, pengawasan, serta sosialisasi kepada masyarakat,” ucapnya.

Wawan tak menampikan masih banyak masyarakat yang menyepelekan wisata halal. Padahal, menurutnya, standar wisata halal telah diakui oleh kelas dunia.

“Mungkin aja ada persepsi lain, untuk kita dianggap bersih, belum tentu oleh wisatawan dunia dianggap bersih juga. Jadi edukasi kepada masyarakat pun terus dilakukan,” tuturnya.

Sementara itu, Kepala Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Kemenag RI, Arfi Hatim menuturkan terdapat berbagai faktor pendukung untuk menjadikan suatu kota wisata halal. Kata dia, wisata halal itu ada makanan halal, restoran halal, menyediakan tempat wudhu, membuat standar sebagainya.

“Memang banyak pihak terlibat di dalamnya sebagai ekosistem dari sisi regulasi perlu dikaji. Sampai sekarang belum ada yang secara khusus membahas tentang pariwisata halal atau ramah muslim. UU No 10 tahun 2019 tentang kepariwisataan dan ada UU soal jaminan produk halal,” kata Arfi.

Arfi mengungkapkan dalam pariwisata harus ada destinasi, industri, promosi, dan kelembagaan. Menurutnya hal tersebut harus terus didorong.

“Empat hal ini yang harus di-breakdown lebih lanjut pergub dan perda sudah dibuat cuma perlu ada yang mendorong lagi supaya di nasional ada pariwisata halal,” bebernya.

Dia menambahkan di Kabupaten Bandung telah mempunyai perda mengenai hal tersebut. Makanya hal tersebut harus dikolaborasikan.

“Di Kabupaten Bandung ada perda ini sedang dielaborasi. Mudah mudahan ada langkah konkrit implementasi dari perda ini,” pungkasnya.

Sertifikasi Halal Diharap Meningkatkan Hubungan Perdagangan dan Wisata RI-RRC

foto: voi.id

MTN, Jakarta – Wakil Presiden RI, KH Ma’ruf Amin, apresiasi LPPOM MUI buka kantor perwakilan di China. Seperti apa?

Dilansir dari Mui.or.id, Ma’ruf Amin mengatakan bahwa standar halal Indonesia telah terpercaya dan menjadi rujukan dunia. Bahkan, standar halal ini telah diterapkan menjadi sistem jaminan halal di dunia dan diakui oleh 50 Lembaga Sertifikasi Halal (LSH) di dunia.

Hal di atas diutarakan Wakil Presiden (Wapres) RI, KH Ma’ruf Amin, di Kantor Perwakilan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM) MUI Shanghai Al Amin Co. Ltd., Shanghai, Tiongkok, pekan lalu (18/09).

“LPPOM MUI membuat kantor perwakilan di beberapa negara, termasuk Shanghai. Hal ini akan mempermudah para pengusaha di luar negeri untuk mendapatkan sertifikasi halal, ” terang Wapres.

Sebagai Kantor Perwakilan LPPOM MUI, Shanghai Al Amin telah memfasilitasi perusahaan-perusahaan China untuk mendapatkan sertifikat halal dari Indonesia. Kiai Ma’ruf juga mengajak LPPOM MUI untuk terus mengampanyekan kepada para pengusaha di Tiongkok agar berinvestasi di Indonesia.

“Kerja sama antara Indonesia dan Tiongkok di sektor halal diharapkan akan terjalin semakin kuat dan berkelanjutan untuk mendukung perkembangan industri halal di masa depan. Dengan demikian, hal tersebut akan membawa kemaslahatan, tidak hanya bagi kedua negara, Indonesia dan Tiongkok, tetapi juga masyarakat dunia secara keseluruhan,” ungkap Ma’ruf Amin.

Menurutnya, konsumsi produk halal di Indonesia sendiri sudah cukup besar sebagai negara dengan populasi penduduk muslim terbesar di dunia, yakni 230 juta jiwa. Untuk diekspor ke berbagai negara, jika dihasilkan dari Indonesia, sebuah produk akan lebih dipercaya lagi oleh masyarakat muslim dunia.

Tingkat konsumsi produk dan layanan halal di Indonesia diproyeksikan meningkat sekitar 15% pada 2025, atau kurang lebih 281 miliar USD. Kondisi ini menjadikan sertifikasi halal prasyarat gaya hidup halal, karena memberikan jaminan kenyamanan dan perlindungan konsumen atas produk halal.

Terlebih, gaya hidup halal kini telah menjangkau populasi dunia, terlepas dari agama atau kepercayaan. Semua produk halal identik dengan terjaminnya kebersihan, keamanan, dan kesehatan suatu produk. Hal ini tentu akan meningkatkan permintaan dunia akan produk halal ke depan.

“Dari sisi regulasi, yaitu UU Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal, sertifikasi halal adalah sebuah amanat yang harus dilaksanakan. Ketentuan ini mengatur seluruh produk yang masuk, beredar, dan diperdagangkan di Indonesia wajib bersertifikasi halal,” pungkasnya.