Inilah Daftar Negara Konsumen Wisata Halal Terbesar

ilustrasi (foto: popularitas.com)

MTN, Jakarta – Laporan terbaru ungkap jumlah total uang yang dihabiskan oleh wisatawan muslim Indonesia per tahunnya. Seberapa besar?

Dilansir dari Detik, berdasarkan laporan United Nations World Travel Organization (UNWTO), Indonesia memiliki 11,6 juta wisatawan muslim yang gemar berwisata lintas negara.

UNWTO mencatat wisatawan muslim Indonesia menghabiskan uang dengan jumlah cukup besar untuk berwisata ke luar negeri pada tahun 2019, yakni mencapai US$11 miliar atau sekira Rp158 triliun. Hal tersebut oleh Chairman Sofyan Corp, Riyanto Sofyan, dalam virtual event Reimagine Halal in Asia (HIA) 2020.

“Kita memiliki 11,6 juta outbound tourist muslim, dan menghabiskan sekira US$11,8 miliar per tahun,” ungkap Sofyan.

Indonesia masuk ke daftar lima besar untuk kategori tersebut, setelah Arab Saudi, UEA, Qatar, dan Kuwait. “Jadi Indonesia juga salah satu pasar terbesar (industri) wisata muslim dunia,” kata Riyanto dalam talkshow HIA yang bertemakan Asia’s Golden Age: 2021 and Beyond for Halal Ecosystem.

Besarnya pengeluaran dari wisatawan muslim Tanah Air saat berwisata lintas negara itu mendudukkan Indonesia dalam daftar lima negara dengan pengeluaran terbesar untuk wisata halal di dunia.

Berikut adalah daftar lima negara dengan pengeluaran terbesar untuk wisata halal:

  1. Arab Saudi sebesar US$ 24,3 miliar atau sekira Rp344 triliun per tahun.
  2. Uni Emirat Arab (UEA) sebesar US$ 17,2 miliar atau sekira Rp243 triliun per tahun.
  3. Qatar sebesar US$ 14,2 miliar atau sekira Rp201 triliun.
  4. Kuwait sebesar US$ 13 miliar atau sekira Rp184 triliun.
  5. Indonesia sebesar US$ 11,2 miliar atau sekira Rp158 triliun.

Di sisi lain, jumlah wisatawan muslim dunia memang terus mengalami peningkatan, yakni terakhir mencapai 200 juta orang pada tahun 2019.

Komitmen Pemerintah untuk Terus Kembangkan Wisata Halal

ilustrasi (Travia magazine)

MTN, Jakarta – Pemerintah menyatakan komitmennya untuk terus mengembangkan industri wisata halal di Indonesia. Seperti apa?

Dilansir dari MedCom, pemerintah menyatakan komitmennya untuk terus mengembangkan industri halal dalam rangka meningkatkan pemanfaatan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia.

Melalui Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS), pemerintah menyatakan kalau industri halal merupakan salah satu sektor penting dalam meningkatkan ekonomi dan keuangan syariah.

“Kita tidak hanya berkutat pada masalah keuangannya saja, tapi juga masalah ekonomi (syariahnya). Karena itu, maka yang kita kembangkan di situ adalah empat hal, yakni industri halal, industri keuangan, dana sosial masyarakat, dan usaha-usaha yang berbasis syariah,” ujar Wakil Presiden Ma’ruf Amin, di acara Dialog Spesial Indonesia Bicara dengan tema Optimalisasi Kontribusi Ekonomi dan Perbankan Syariah di Era New Normal, yang disiarkan secara virtual, Kamis 6 Agustus 2020.

Ma’ruf bertindak sebagai Ketua Harian KNEKS. Sekretarisnya adalah Menteri Keuangan (Menkeu), sedangkan salah satu anggotanya adalah Menteri Perindustrian (Menperin).

“Terkait pengembangan industri halal, Menperin mengeluarkan keputusan. Keputusan itu memberi kesempatan untuk membuka industri halal di berbagai kawasan,” ujar Ma’ruf.

“Apakah juga termasuk industri wisata? Iya, pokoknya industri halal itu menyangkut produk-produk halal, jasa, kemudian juga wisata,” tambahnya.

Menurut Wapres, pengembangan wisata halal saat ini menjadi isu global. Tak hanya negara-negara yang mayoritas berpenduduk muslim, negara lainnya juga ikut memikirkan, mengembangkan, serta membuka wisata halal di negaranya.

Beberapa negara tersebut ialah Singapura, Taiwan, Jepang, hingga Korea Selatan (Korsel). Di Korsel bahkan turut mengembangkan produk-produk halal untuk mengambil pangsa pasar muslim dunia.

“Di Korea, mereka membuka kawasan (wisata halal) dan mereka meminta sertifikat halal dari kita, terutama industri kosmetiknya. Jadi mereka ingin menguasai dunia dengan produk-produknya itu,” ucap Ma’ruf.

Wapres mengajak semua pihak, utamanya pegiat ekonomi syariah untuk terus mengembangkan usaha dan produk-produk yang sesuai syariah. Termasuk pelaku wisata syariah hingga pegiat keuangan syariah.

Platform Digital & Konten Kreatif Diharapkan Bisa Tarik Kembali Wisatawan ke Indonesia

foto: Reuters

MTN, Jakarta – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif / Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf / Baparekraf) berharap platform digital & konten kreatif bisa tarik kembali wisatawan ke Indonesia.

Dilansir dari keterangan resminya, pihak Kemenparekraf / Baparekraf berharap pemanfaatan platform digital dan konten kreatif bisa menjadi sarana edukasi yang efektif untuk menarik kepercayaan wisatawan agar kembali berwisata di Indonesia.

“Gaining trust dan confidence adalah kunci dalam percepatan pemulihan sektor pariwisata namun hal ini tidak mudah, butuh upaya yang luar biasa dan kerja sama dari kita semua,” kata Nia Niscaya, Deputi Bidang Pemasaran Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Nia Niscaya, saat Webinar Workshop Konten Kreatif Travel Vlogger bersama travel vlogger Ariev Rahman dan Sutiknyo, Jumat (26/6).

Berdasarkan data dari social listening tools Sprinklr Analytic, selama periode 9-16 Juni 2020, ada peningkatan signifikan persepsi negara lain terhadap Indonesia terkait pandemi COVID-19 dari bulan-bulan sebelumnya yang minus dibawah angka nol, minggu ini mulai positif, variatif dan ada yang di atas 50 persen.

“Melalui webinar ini diharapkan dapat menginspirasi masyarakat untuk membuat konten kreatif vlogging, khususnya dalam mempromosikan keindahan dan keunikan pariwisata tanah air. Wisatawan nusantara diharapkan dapat menjadi pionir yang mempopulerkan normal baru pariwisata Indonesia berdasarkan protokol Cleanliness, Health, and Safety CHS yang tengah kami persiapkan,” ujar Nia.

Ketika kondisi Covid19 mulai mereda dan kondusif, masyarakat diharapkan tetap saling mengingatkan untuk menegakkan protokol kesehatan. Belajar dari negara lain yang berhasil menangani Covid19 dengan baik, yang bangkit terlebih dahulu adalah wisatawan domestiknya. Begitu pula dengan Indonesia, jika kondisi sudah kondusif, wisatawan domestik akan menjadi harapan, sehingga Kemenparekraf membuat kampanye aktivasi #DiIndonesiaAja yang mengajak wisatawan domestik untuk berwisata di dalam negeri dengan tetap menegakkan protokol CHS.

Untuk membangun kepercayaan terhadap destinasi Indonesia, penerapan protokol CHS tengah dipersiapkan, didukung dengan acuan penerapan protokol kesehatan yang telah dikeluarkan Kementerian Kesehatan dan diturunkan kedalam panduan protokol kesehatan sektor Parekraf, yang antara lain dalam bentuk digital handbook dan pembuatan konten kreatif bekerja sama dengan hotel, rumah makan dan sektor Ekraf lainnya yang akan segera diluncurkan.

Penggunaan media sosial secara intensif untuk membagikan konten-konten edukasi seperti video animasi untuk mengingatkan kebiasaan baru yang harus dipraktikkan di era normal baru seperti pemakaian masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak dengan orang lain.

Industri Pariwisata Indonesia Akan Bangkit pada Tahun 2021

ilustrasi (foto: Phinemo)

MTN, Jakarta – Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan kalau dunia pariwisata Indonesia akan bangkit pada tahun 2021.

Dilansir dari Detik, Jokowi meyakini bakal ada lonjakan di sektor pariwisata pada tahun 2021. Ia juga optimistis wabah virus Corona (COVID-19) di Indonesia bisa selesai pada akhir 2020.

“Saya meyakini ini (pandemi Corona di Indonesia) hanya sampai akhir tahun. Tahun depan booming di pariwisata,” ujar Jokowi dalam pengantar rapat terbatas mitigasi dampak COVID-19 terhadap sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, Kamis (16/4).

Menurut Jokowi, setelah wabah COVID-19 hilang, dipastikan akan ada hasrat besar dari masyarakat untuk berlibur. Apalagi setelah semua orang berdiam diri di rumah dalam jangka waktu yang lama.

“Semua orang ingin menikmati kembali keindahan daerah yang ada pariwisatanya, sehingga optimisme itu yang harus diangkat,” ujar Jokowi.

Saat ini dampak COVID-19 sangat dirasakan oleh sektor pariwisata. Jokowi meminta adanya program mitigasi perlindungan sosial bagi pekerja di sektor pariwisata, serta realokasi anggaran di Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), untuk para pekerja di bidang pariwisata.

“Kemudian juga harus ada realokasi anggaran dari Kementerian Pariwisata (dan Ekonomi Kreatif), yang diarahkan dalam wujud semacam program padat karya tunai bagi pekerja-pekerja bergerak di bidang pariwisata,” kata Jokowi.

Wisata Halal Dinilai Dapat Pulihkan Industri Pariwisata Pasca Wabah Corona Berakhir

ilustrasi (foto: qubiz.net)

MTN, Jakarta – Wabah virus Corona saat ini memang merontokkan segala sendi industri pariwisata global. Namun agen wisata asal Jakarta, Adinda Azzahra Group, meyakini kalau wisata halal dapat pulihkan industri pariwisata pasca wabah Corona berakhir nanti.

Dilansir dari Republika, wabah virus corona saat ini berdampak kepada berbagai sektor, termasuk pariwisata. Banyak perjalanan wisata yang dibatalkan dan minat masyarakat untuk berwisata pun menurun.

Meskipun begitu, rasa optimistis akan geliat wisata masih dimiliki oleh pelaku industri wisata. Direktur Utama Adinda Azzahra Group, Priyadi Abadi, optimistis kalau industri wisata akan membaik setelah pandemi virus corona ini selesai.

Menurut Priyadi pada awal Maret 2020 ini, pemulihan wisata akan semakin baik dengan menggunakan metode wisata halal.

Priyadi mengatakan kalau tren wisata halal juga semakin berkembang di berbagai negara. Oleh karena itu, ia yakin kalau wisata halal bisa menjadi lokomotif utama dalam memulihkan kembali geliat pariwisata.

Mengenal Lebih Dekat Negara Uzbekistan

Uzbekistan (foto: Travel Earth)

MTN, Jakarta – Pada 14 Februari 2020 kemarin Muslim Travel News mengunjungi Kedubes Uzbekistan untuk RI di Jakarta, untuk berbincang dan mengenal lebih jauh negara Uzbekistan. Seperti apa?

“Sejarah kebesaran Uzbekistan menyatu Islam. Islam adalah budaya dan kehidupan bangsa Uzbek. 80% lebih penduduk Uzbekistan adalah muslim,” terang Muzaffar S Abduazimov, Second Secretary Embassy of the Republic of Uzbekistan untuk Indonesia, di Jakarta (14/2).

Muzaffar menjelaskan kalau negaranya yang jumlah penduduknya sebanyak 30 juta orang ini sering disebut oleh orang Arab sebagai Negeri Mawarun Nahar (negeri di seberang sungai Oxus).

“Usbekistan telah melahirkan banyak tokoh besar Islam seperti Imam Bukhari (perowi hadist), Ibnu Sina (ahli kedokteran), Aljabar (ahli matematika), Tamerlan, dan lain-lain,” ungkap Muzaffar.

Sekertaris Urusan Media dan Kebudayaan Kedubes Uzbekistan untuk Indonesia tersebut menjelaskan kalau industri terbesar di negaranya adalah gas alam, otomotif, wisata, serta Teknologi Informasi dan Komunikasi.

“Pada tahun 2019 ada sekira tujuh juta wisatawan yang berkunjung ke Uzbekistan, dan yang paling banyak untuk wilayah Asia Pasifik berasal dari Australia,” terangnya.

“Sekarang prioritas kami adalah untuk turis-turis Indonesia, karena kini sudah bebas Visa (untuk kunjungan selama sebulan), yang peraturannya diterapkan sejak tahun 2018,” ujar Muzaffar S Abduazimov.

“Lalu sejak Mei 2019 sudah ada penerbangan langsung dari Jakarta ke Uzbekistan, yang jadwalnya dua kali sepekan,” imbuhnya.

Ketika menyinggung mengenai perdagangan antara Uzbekistan dengan Indonesia, Muzaffar menjelaskan kalau negaranya banyak mengekspor pupuk dan bahan-bahan kimia, sementara Indonesia banyak mengekspor kopi, teh, dan lain-lain.

“Uzbekistan akan hentikan ekspor kapas. Dalam lima tahun ke depan akan bangun banyak pabrik tekstil untuk olah kapas, sehingga ke depannya akan ekspor kain dan pakaian jadi,” terang Muzaffar.

Second Secretary Embassy of the Republic of Uzbekistan untuk Indonesia tersebut juga mengatakan kalau pengembangan ziarah / wisata reliji juga jadi prioritas Uzbekistan saat ini.

Ketika ditanya mengenai bidang pendidikan, Muzaffar, mengatakan kalau tanggal 4 Maret 2020 nanti akan ada 200 orang mahasiswa universitas Gunadharma yang berangkat ke Uzbekistan untuk belajar arsitektur Islam.

Muslim Travel News dengan Muzaffar S Abduazimov

Abdul Salik Khan, Duta Besar Pakistan untuk Indonesia

Abdul Salik Khan

MTN, Jakarta – Pada 23 Januari 2020 kemarin Muslim Travel News berkunjung ke Kedubes Pakistan di Jakarta, dan berbincang dengan sang Duta Besarnya. Siapakah dia?

MTN, Jakarta – Pada 23 Januari 2020 kemarin Muslim Travel News berkunjung ke Kedubes Pakistan di Jakarta, dan berbincang dengan sang Duta Besarnya. Siapakah dia?

Duta Besar Republik Islam Pakistan untuk Indonesia terbaru adalah H.E. Mr Abdul Salik Khan, yang resmi dilantik pada 16 Juli 2018.

Sebelum menjabat sebagai Dubes Pakistan untuk Indonesia, Salik Khan menjabat sebagai Dubes Pakistan untuk Kazakhstan pada Februari 2015 hingga Juli 2018.

Lalu, sebelumnya ia pernah menjabat sebagai Director General (China & SCO), Director General (Afganistan), dan Director General East Asia Pacific (EAP) di Minsitry of Foreign Affairs dari Januari 2013 hingga Januari 2015.

Salik Khan juga pernah menjabat sebagai Consul General di Pakistan, Jeddah, Arab Saudi (2010 – Desember 2012), serta Minister / Deputy Head of Mission di Beijing, China pada 2006 hingga 2010.

Beliau memegang gelar pendidikan Master untuk Literature dan Diploma di National Security. Khan juga pernah mengikuti kursus bahasa Arab di American University, Kairo.

Sepanjang karir profesionalnya di Departemen Luar Negeri, Salik Khan pernah menjabat sebagai: Director untuk wilayah China – Jepang – Korea selama periode 2005 – 2006, Director untuk wilayah Teluk pada tahun 2004 – 2005, Deputy Chief of Protocol Camp Office Quetta (1996 – 1997), Desk Officer / Acting Director untuk wilayah Asia Selatan (1995 – 1996), Desk Officer United Nations (1990 – 1991), dan Desk Officer untuk wilayah Kanada serta Amerika Latin (1988 hingga 1989).

Tugas penempatan luar negeri lainnya dari Salik Khan juga termasuk di: Oman (1991 – 1995), Jerman (1997 – 2000) dan Yaman (2000 – 2004).

Abdul Salik Khan menikah dengan Fauzia Durrani Salik dan memiliki tiga orang anak.

Produk Cokelat Halal Belgia Resmi Hadir di Indonesia

cokelat Rudolf Braun

MTN, Jakarta – Cokelat merupakan makanan favorit hampir seluruh orang di dunia. Di Indonesia cokelat Belgia merupakan salah satu jenis cokelat favorit. Kini cokelat halal Belgia telah hadir di Indonesia.

Rudolf Braun, salah satu merk cokelat asal Belgia yang telah bersertifikat halal, resmi hadir di Indonesia.

Dilansir dari Mina News, cokelat merek Rudolf Braun dipresentasikan langsung oleh Pavel Krupka, CEO Rudolf Braun di hadapan para pengelola travel muslim di Jakarta, Selasa (14/1).

Menurut Chairman IITCF, H. Priyadi Abadi, MPar, keistimewaan dari coklat Rudolf Braun ini sudah memiliki sertifikat halal.

“Tidak banyak coklat di Belgia yang memiliki sertifikat halal, coklat Rudolf Braun menjadi salah satu alternatif pilihan wisatawan muslim,” ungkapnya.

“IITCF telah melakukan kampanye wisata halal di setiap destinasi yang menjadi tujuan wisatanya, terutama di Eropa. Alhamdulillah IITCF berhasil meyakinkan beberapa partner untuk menyajikan makanan halal, salah satunya coklat Rudolf Braun,” jelasnya.

Tepatnya pada Juni 2019 lalu, coklat Rudolf Braun telah mendapat sertifikat halal.

Dilansir dari Elshinta, CEO Rudolf Braun, Pavel Krupka, mengatakan bahwa selain tak berhenti mengurus sertifikat, pihaknya juga terus gencar melakukan sosialisasi cokelat halal ke beberapa negara berpenduduk muslim yang banyak berkunjung ke Belgia, seperti Indonesia, Malaysia dan Brunai Darussalam.

“Travel muslim mencari vendor yang mempunyai sertifikat halal dan kehalalan ini menjadi prioritas utama di banding lainnya. Karena coklat halal tak mudah di Eropa,” jelas Priyadi.

Ke Belgia tak lengkap jika belum merasakan coklat Rudolf Braun. Coklat handmade yang sudah melegenda ini sudah ada sejak tahun 1899.

Mengenal Jalal Mirzayev, Dubes Azerbaijan untuk RI

Jalal Sabir Mirzayev

MTN, Jakarta – Per bulan September 2019 kemarin pihak Republik Azerbaijan menunjuk Duta Besar terbaru mereka untuk Indonesia. Siapakah dia?

Jalal Sabir Mirzayev adalah Duta Besar Republik Azerbaijan terbaru untuk Indonesia, yang mulai bekerja per September 2019.

Mirzayev lahir di kota Masally, Azerbaijan, pada 17 Oktober 1977. Mirzayev muda mulai duduk di bangku perkuliahan per tahun 1993, dengan jurusan Bachelor of Arts in International Relations di Baku State University, yang kemudian dilanjutkan mengambil Master of Arts in International Relations, juga di Baku State University.

Pada tahun 1999 hingga 2001 Jalal Mirzayev bekerja sebagai Desk officer dan Atase di Department of International Organizations Ministry of Foreign Affairs, of the Republic of Azerbaijan.

Dilanjutkan pada tahun 2001 hingga 2003 Jalal Mirzayev menjabat sebagai Third and Second Secretary, Permanent Representation of the Republic of Azerbaijan untuk PBB, New York.

Kemudian pada tahun 2003 hingga 2005 Jalal Mirzayev menjabat sebagai Second Secretary, Perwakilan Republik Azerbaijan untuk NATO, Brussels, Belgia.

Lalu pada tahun 2005 hingga 2007 Mirzayev menjabat sebagai First Secretary, Department of Security Issues, and First Territorial (West) Department, Minsitry of Foreign Affairs of the Republic of Azerbaijan.

2007 hingga 2009, Jalal Mirzayev pindah menjabat sebagai First Secretary, Embassy of the Republic of Azerbaijan untuk Malaysia.

Pada tahun 2009 hingga 2011, Jalal Mirzayev menjabat sebagai Head, I European division (Great Britain and Nordic countries), First Territorial (West) Department, Ministry of Foreign Affairs of the Republic of Azerbaijan.

Kurun waktu 2011-2015, Jalal Mirzayev menjabat sebagai Counsellor, Permanent representation of the Republic of Azerbaijan to the Council of Europe, Stasburg.

Lanjut pada tahun 2015 hingga 2017, Mirzayev menduduki posisi sebagai Deputy Head, Department of Americas, Minsitry of Foreign Affairs of the Republic of Azerbaijan.

Tahun 2017 hingga 2019 Jalal Mirzayev menjabat sebagai Charge d’affaires of the Republic of Azerbaijan to the Kingdom of the Netherlands.

Akhirnya sejak akhir 2019 Mirzayev menjabat sebagai Ambassador of the Republic of Azerbaijan to the Republic of Indonesia.

Penghargaan yang pernah diraih oleh Jalal Mirzayev antara lain adalah 90th Anniversary Medal of Minsitry, of Foreign Affairs of the Republic of Azerbaijan.

Selain itu, Jalal Mirzayev juga menguasai tiga buah bahasa, yakni Inggris, Perancis dan Rusia.

2020, 140 Juta Wisatawan Muslim akan Kunjungi Indonesia

ilustrasi (gambar: muslimkota.com)

MTN, Jakarta – Tahun depan (2020) diprediksi bakal ada sekira 140 juta wisatawan manca negara (wisman) yang akan kunjungi Indonesia. Seperti apa?

Ketua Perkumpulan Pariwisata Halal Indonesia (PPHI), Riyanto Sofyan, mengatakan berdasarkan proyeksi Global Moeslim Travel Index (GMTI) bakal ada sekira 140 juta wisatawan muslim mancanegara yang akan berkunjung ke Indonesia untuk melakukan wisata alam pada 2020.

“Potensinya tahun depan itu paling sedikit 140 juta,” ujarnya di Jakarta (15/11), seperti yang dilansir dari Antara News.

Menurut Riyanto, selama ini Indonesia diibaratkan sebagai raksasa yang sedang tidur karena memiliki beragam potensi namun belum bisa dimanfaatkan dengan maksimal sebagai sumber pemasukan seperti yang dilakukan negara lain.

“Kita liat misalnya Malaysia jumlah penduduknya sekitar 27 juta hingga 30 juta, sementara wisatawannya sudah mencapai 28 juta,” jelasnya.

Jika dibandingkan penduduk Indonesia yang mencapai 264 juta, maka jumlah wisatawan mancanegara yang datang masih tergolong rendah. “Oleh karena itu, pemerintah harus bekerja keras lagi meningkatkan sektor pariwisata halal,” ungkap Riyanto.

Untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan, Riyanto menghimbau pemerintah untuk memperhatikan tiga aspek yaitu: amenitas, aksesbilitas dan atraksi. Sehingga para turis dari berbagai negara lebih tertarik berkunjung ke Indonesia.

“Setelah itu, pemerintah juga harus menentukan apa saja program utama yang harus difokuskan untuk dikembangkan,” ujarnya.

Riyanto menjelaskan jika saat ini Indonesia baru dikunjungi sekitar 3,2 juta wisatawan muslim mancanegara, maka pada 2024 seharusnya kita bisa menyentuh angka enam juta wisatawan.