Melihat Masjid Manarul Ilmi di Kampus ITS Surabaya

masjid Manarul Ilmi di kampus ITS Surabaya

MTN, JakartaKampus Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) di Surabaya memiliki masjid yang sejuk dan rindang bernama Manarul Ilmi. Seperti apa?

Damai, sejuk dan rindang, tiga kata tersebut kiranya cocok disematkan untuk sebuah tempat mulia yang berada di kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Masjid Manarul Ilmi. Masjid yang berdiri megah tepat di depan Gedung Rektorat ITS ini memiliki luas bangunan sebesar 2.458 m2. Masjid ini dibangun pada tahun 1979 saat zaman Prof. Mahmud Zaki M.Sc menjabat sebagai Rektor ITS.

Saat memasuki area masjid, kita akan disuguhkan dengan pemandangan serambi yang luas, lengkap dengan tiang-tiang penyangganya yang berdiri kokoh. Melirik ke arah ruang utama masjid, kita akan melihat dinding-dinding yang terbuat dengan kayu berukir. Hal itu bertujuan untuk sirkulasi udara agar tetap terjaga. Lebih masuk lagi, secara takjub mata kita akan langsung terarahkan ke atap masjid yang luas berbentuk limas segi empat.

Sebagian awam mengira, arti dari Manarul Ilmi menunjukkan bahwa masjid adalah pusat dari kajian ilmu. Namun, jika ditelisik dari historinya, Abdullah Baraja, Ketua Tim Pembangunan Masjid kala itu memperjelas bahwa Manarul itu berasal dari bahasa arab yakni ‘nuur’, yang artinya pancaran. “Jadi dari masjid tersebut diharapkan memancarkan cahaya keilmuan,” ucapnya saat diwawancara.

masjid Manarul Ilmi di kampus ITS Surabaya

Sejarah Pembangunan

Siapa sangka, masjid berkubah joglo ini dulunya dibangun di tengah pergolakan zaman orde baru. Berbagai kondisi tatanan masyarakat yang serba tidak stabil, hingga keberadaan rezim PKI yang tidak menyukai ‘urusan’ agama meluruh terhadap masyarakat juga menjadi tantangan. Selain itu, lahan samping kanan–kirinya yang berupa rawa-rawa pun sempat dipertanyakan.

Meski demikian, Prof. Mahmud Zaki M.Sc selaku rektor ITS masa jabatan 1973-1982 mengungkapkan tak ada kesulitan berarti dalam pembangunan masjid ITS. Ia menilai bahwa keberadaan masjid sangat dibutuhkan. “Hal itu demi memudahkan mahasiswa menjalankan ibadah shalat lima waktu di masjid. Sehingga rancangan pembangunan masjid masuk dalam blueprint kampus ITS Sukolilo,’’ ucapnya.

Tepat tahun 1974, dalam blueprint kampus ITS Sukolilo telah ditetapkan sebagai lokasi untuk pembangunan masjid. Meski banyak yang beranggapan apakah yakin masjid akan ramai, sementara kanan-kiri masih rawa dan jauh dari rumah warga.

Zoning dan pembagian wilayah pun dilakukan. Tanpa ragu Bapak kelahiran Sumenep, empat Februari 1935 tersebut memulai pembangunan Kampus Sukolilo dengan membangun tiga jalan utama dalam kampus. Kemudian lokasi masjid ITS juga tak luput dari rancangan tata letaknya. Lalu, enam tahun pasca kepemimpinannya sebagai rektor (1979), ia membentuk Tim Pembangunan Masjid ITS.

Dalam pembangunan awal masjid ITS, Abdullah Baraja yang masa itu berstatus dosen Teknik Kimia ITS dibantu oleh belasan dosen lainnya. Di antaranya adalah Zein Mujiono, Hani Muharniono, dan Sugeng Gunadi sebagai arsitek. Di bidang Teknik Sipil, tercatat nama Bapak Harwiono dan Uthman Hanifa. Sementara, Abdus Salam dan Muhammad Bakri menjadi sosok penting di bidang keuangan (bendahara). Nama anggota lainnya yakni Sugimin dari Fisika, Kusnaryo dari Teknik Kimia, Jati Nur Zuhud dan beberapa dosen lainnya.

Sugeng Gunadi, selaku tim Arsitek masjid ITS mengungkapkan bahwa Master Plan pembangunan masjid ITS dibangun dengan tiga tahap. Pertama dengan pembangunan pondasi, diikuti pembangunan kolom dan balok sebagai bagian kedua. Terakhir, pembangunan atap merupakan tahap pembangunan bagian ketiga.

Seperti nampak Masjid Manarul Ilmi ITS saat ini, sedari awal memang dibentuk agar tidak jauh dari area akademik. Hal demikian bisa dilihat dari pelaksanaan shalat 5 waktu. Orang-orang dari berbagai penjuru sisi utara, timur dan selatan masjid berbondong-bondong untuk melaksanakan rukun Islam yang kedua tersebut.

masjid Manarul Ilmi di kampus ITS Surabaya

Arsitektur Masjid ITS Tempo Dulu

Terdapat hal unik yang menjadi ciri khas masjid ITS, yakni bentuk atap yang berbentuk limas segi empat. Konon, masyarakat Indonesia pada umumnya membangun atap masjid dengan 2 aliran. Satu yakni beratapkan kubah sedangkan yang lain beratap tajuk.

Banyak orang beranggapan bahwa atap kubah yang saat ini banyak digunakan sebagai atap masjid-masjid di Indonesia merupakan sebuah bangunan yang diduplikat dari Timur Tengah. Namun begitu, Sugeng Gunadi selaku arsitek lulusan Iowa State University, Amerika memberitahukan, jika ditelisik asal muasalnya, bentuk kubah tersebut merupakan bagian dari identitas sebuah kuil zaman Panteisme (Red, leluhur Roma).

Sedangkan tajuk adalah bangunan khas Jawa. “Jadi, kami memilih atap beraliran tajuk untuk menunjukkan rasa ke-Indonesia-annya,” imbuh Gunadi yang saat ini sebagai pensiunan dosen Arsitektur ITS.

Betapa tidak, saat memasuki ruang utama masjid, akan nampak kerangka-kerangka penyokong dari tajuk yang berbahan kayu jati. Selain itu, keseluruhan dinding masjid terbuat dari kayu dimana dengan motif lubang-lubang untuk mempermudah arus angin masuk ruang utama masjid. Saat ini, sumber utama untuk menyejukkan ruangan utama masjid berasal dari dinding dan beberapa kipas angin.

masjid Manarul Ilmi di kampus ITS Surabaya

Sumber Dana Pembangunan Masjid ITS

Usai masjid didesign sedemikian rupa, anggota yang bertugas sebagai bendahara pun mulai bergerilya mencari sumber dana pembangunan masjid. Selaku rektor, Prof. Zaki menginisiasi dengan mengumpulkan dana dari sepersekian gaji dosen dan karyawan ITS (yang setuju dipotong gajinya setiap bulan untuk masjid). Kalkulasi jumlah dana yang terkumpul hanya cukup untuk membangun pondasi masjid. Selang beberapa tahun datang bantuan dari Rabithah A’lam Islami sebagai dana pembangunan sisi masjid yang lain.

Rabithah A’lam Islami (RAI) merupakan lembaga Islam Internasional non-pemerintah yang bermarkas di Saudi Arabia. Awal kisah dari relasi Bapak Abdullah Baraja yakni Bapak Muhammad Natsir yang berhasil mempersuasif RAI agar menyempatkan berkunjung ke ITS sebagai tamu di rumah dinas rektor, Prof. Zaki. Padahal waktu itu, RAI tidak ada agenda berkunjung ke ITS.

“Apa manfaat jika dibangunkan masjid di tengah rawa seperti ini?” Begitu ungkapan ‘keraguan’ dari anggota RAI saat rektor mengajaknya ke lokasi Masjid Manarul Ilmi saat ini. Berkat rancangan yang matang, akhirnya tim Pembangunan Masjid ITS berhasil menjalin hubungan dengan RAI. Tim berhasil mengantongi dana hibah sebesar $100.000, atau setara dengan 63 juta rupiah di tahun 1980-an. Nominal yang cukup besar pada masa itu.

Tim Pembangunan Masjid sempat untuk menutupi pembiayaan pembangunan masjid dengan akad meminjam kepada ITS. Tahun 1977, itulah saat ITS mendapat bantuan dari Asian Development Bank (ADB) untuk membangun sarana prasarana. Sehingga, terjadilah negosiasi agar masjid termasuk dari sarana prasarana ITS. “ITS memberikan pinjaman tersebut, namun kami tidak bisa mengembalikannya. Dan akad tersebut beralih menjadi sumbangan untuk pembangunan masjid ITS yang berada di lingkungan kampus,” tukas Prof. Zaki.

Proyeksi ke Depan

Menilisik masa lalu menjadikan kita sadar sudah sejauh mana kita berjalan. Namun demikian tuntutan masa depan terus berjalan sehingga Badan Pengelola dan Pengembang sebagai organ tertinggi yang mendapat mandat dari Rektor ITS untuk mengelola dan mengembangkan Masjid selalu menyesuaikan dengan kebutuhan dan proyeksi serta tantangan masa depan.

Setelah menata lingkungan, kemudian lantai sholat (lebih dikenal dengan sajadah granit), sound system, dll, saat ini ada tiga hal utama yang sedang dalam proses pengembangan: gudang yang memadai, penataan interior dan taman selatan.

Narasumber:

  1. Prof. Mahmud Zaki M.Sc
  2. Ir. Abdullah Baraja
  3. Ir. Sugeng Gunadi, MSc

Masjid At-Thohir, Calon Destinasi Wisata Muslim di Kota Los Angeles

ilustrasi Masjid At Thohir di Los Angeles jika pembangunannya sudah selesai (gambar: imfola.org)

MTN, Jakarta – Di kota Los Angeles kini tengah dibangun sebuah masjid, yang nantinya bisa dijadikan destinasi wisata muslim. Masjid tersebut bernama At-Thohir.

Dilansir dari Kumparan, Menteri BUMN, Erick Thohir, ikut berkontribusi dalam merampungkan pembangunan sebuah masjid di Los Angeles, Amerika Serikat (AS), yang bernama At-Thohir.

Pembangunan masjid yang nantinya akan dijadikan pusat kegiatan umat muslim Indonesia di Los Angeles atau Indonesia Muslim Community Center ini diharapkan bisa selesai pada bulan Ramadhan 1442 atau 2021.

Masjid At Thohir dalam proses penyelesaian pembangunan (foto: imfola.org)

“Insya Allah di Bulan Suci Ramadhan 2021/1442 H ini sudah hampir rampung. Kami berharap Masjid ini dapat selalu bermanfaat sebagai sarana beribadah, dakwah dan beraktifitas bagi komunitas umat muslim Indonesia di Los Angeles dan secara umum dapat digunakan oleh umat muslim yang ada di Los Angeles,” tulis Erick Thohir di akun Instagram-nya.

Populasi umat muslim di AS memang masih terbilang minoritas yakni sekitar 3,5 juta orang atau hanya 1,1 persen dari total penduduk. Tapi angka tersebut dilaporkan terus bertambah.

Seperti diketahui, Erick Thohir pernah mengenyam pendidikan di Glendale University dan National University of California. Keduanya berada di California.

Dari sisi lokasi, masjid At-Thohir sangat strategis, terletak di jantung kota Los Angeles. Tepatnya 1200 S. Kenmore Ave. Los Angeles, dan hanya 1,6 km dari Gedung KJRI Los Angeles.

Masjid di Semarang Ini Berbentuk Seperti Kapal Nabi Nuh

Masjid Safinatun Najah (foto: AyoJakarta.com)

MTN, Jakarta – Jika ada berkunjung ke Semarang, sepertinya harus mengunjungi Masjid Safinatun Najah, yang bentuknya menyerupai Kapal Nabi Nuh. Seperti apa?

Dilansir dari Detik, sebuah masjid berbentuk Kapal Nabi Nuh dibangun di kota Semarang. Masjid tersebut bernama Masjid Safinatun Najah, yang terletak di Jalan Kyai Padak, Kelurahan Podorejo, Kecamatan Ngaliyan, Semarang.

Selain arsitekturnya yang mengagumkan, masjid ini juga terletak di tengah kolam sehingga tampak mengapung. Bangunan masjid pun terletak di tengah hamparan sawah sehingga pemandangan yang ditawarkan sangat menarik.

Masjid Safinatun Najah (foto: WartaWisata.id)

Masjid Safinatun Najah memiliki empat lantai. Di lantai pertama, terdapat fasilitas umum yang dapat digunakan oleh pengunjung, seperti aula, tempat wudhu, dan toilet. Meski kelengkapannya sama dengan masjid pada umumnya, fasilitas di masjid ini memiliki desain yang menarik.

Pengunjung yang datang dapat melaksanakan sholat di lantai dua masjid ini. Sementara itu, lantai tiga dipergunakan untuk perpustakaan. Jika pengunjung naik satu lantai lagi, di lantai empat terdapat area rooftop yang bisa digunakan untuk menikmati pemandangan sekitar masjid dari ketinggian.

Untuk masuk ke masjid yang dibangun sejak tahun 2015 ini, pengunjung hanya perlu membayar tiket sebesar Rp3.000.

Masjid Safinatun Najah (foto: WisataKita.com)

Di Thailand ada Masjid Gresik yang Berdiri Sejak Abad ke-16

Masjid Gresik di Pattani, Thailnd ( foto: Instagram / @hmoomaea)

MTN, Jakarta – Pada abad ke-16 penyebaran Islam di Thailand cukup kuat, yang dilakukan oleh para ulama dari Gresik, Jawa Timur. Buktinya hingga kini berdiri sebuah masjid bernama Masjid Gresik yang berdiri sejak abad tersebut.

Masjid Krue Se (Malaysia: Kerisek, Indonesia: Gresik) adalah sebuah masjid di provinsi Pattani Thailand. Masjid ini pertama dibangun pada tahun 1583, tapi tidak pernah selesai karena perebutan kekuasaan antara Sultan Pattani dan saudaranya. Struktur bangunan yang ada sekarang ini adalah bangunan yang sama sejak abad ke-18. Masjid ini berarsitektur campuran Eropa dan Timur Tengah.

Dilansir dari Okezone, Masjid Gresik menjadi bukti penyebaran Islam di Thailand sekaligus banyaknya ulama dari Gresik, Jawa Timur, yang pernah menuntut ilmu di Kerajaan Pattani. Masjid ini berlokasi tepatnya dalam sebuah kawasan yang disebut Kampung Melayu Gresik.

Masjid dengan struktur bangunan terbentuk dari batu bata merah ini adalah saksi bisu sejarah kelam yang pernah terjadi di Pattani. Jika Anda berkunjung ke sana, Anda tidak akan menemukan kubah seperti masjid ini pada umumnya.

Pattani merupakan salah satu provinsi di selatan Thailand. Keberadaannya berdekatan dengan perbatasan antara Thailand dan Malaysia.

Diperkirakan 80 persen dari penduduk di wilayah ini merupakan umat muslim. Wilayah ini merupakan kawasan ramah bagi wisatawan muslim.

Selain bentang alam yang menjadi daya tarik wisatawan, Pattani juga memiliki bangunan bersejarah sekaligus destinasi wisata religi bagi umat muslim, terutama umat muslim Indonesia.

Masjid dengan struktur bangunan terbentuk dari batu bata merah ini adalah saksi bisu sejarah kelam yang pernah terjadi di Pattani. Jika Anda berkunjung ke sana, Anda tidak akan menemukan kubah seperti masjid pada umumnya.

Hal ini dikarenakan dulu Masjid Gresik pernah dibakar sebanyak delapan kali oleh tentara Siam. Masjid tersebut dulu juga bahkan sempat dibom. Kubah masjid konon katanya disimpan di Prancis pada saat insiden serangan bom.

Meski telah dilalap api berulang kali, masyarakat muslim setempat tidak mengizinkan siapapun merenovasi masjid. Mereka tetap ingin corak asli Masjid Gresik tidak pudar.

Bentuk masjid ini sudah tidak utuh dan temboknya pun cenderung kusam, namun itulah yang menarik perhatian wisatawan. Masjid ini masih menjadi tempat beribadah salat Jumat dan Idul Fitri bagi muslim setempat.

Masjid Gresik di Pattani, Thailand (foto: Instagram / @noorazmel )

Babah Alun Desari, Masjid Berarsitektur Oriental di Jakarta Selatan

Masjid Babah Alun Desari (foto: BeningNews.com)

MTN, Jakarta – Di ujung Jakarta-Selatan kini ada sebuah masjid indah yang memiliki arsitektur oriental, bernama Babah Alun Desari.

Dilansir dari Tempo, masjid Babah Alun Desari terletak di pinggir Tol Depok-Antasari kini menjadi destinasi wisata religi bagi masyarakat. Bentuk masjid berarsitektur oriental itu menjadi daya tarik bagi masyarakat sekitar maupun pendatang dari luar kota.

Sekretaris Kota Jakarta Selatan, Munjirin, mengatakan masjid yang berada di Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan itu kerap dijadikan rest area atau tempat istirahat bagi pengguna jalan tol Desari.

“Hadirnya Masjid Baba Alun Desari punya arti tersendiri, karena bentuknya yang unik membuat masyarakat tertarik untuk datang,” kata Munjirin.

Masjid Babah Alun Desari dibangun oleh pemilik Tol Desari, Muhammad Jusuf Hamka. Masjid itu diresmikan oleh Sekretaris Daerah DKI Jakarta, Marullah Matali, saat menjabat sebagai Wali Kota Jakarta Selatan pada Agustus 2020. Peresmian masjid bertepatan dengan Tahun Baru Islam 1442 Hijriyah.

Masjid Babah Alun Desari (foto: iNews.id)

“Harapan kita memang masjid ini bisa menjadi destinasi wisata religi di Jakarta Selatan,” kata Munjirin.

Masjid yang berdiri di atas tanah sekitar 450 meter persegi terdiri atas tiga bangunan, yakni bangunan utama masjid, gedung serba guna dan pojok halal.

Gedung serba guna berada di lantai atas sisi kiri bangunan masjid, pada lantai dasarnya adalah tempat wudhu. Pada sisi kanan terdapat pojok halal, semacam minimarket yang menyediakan produk makanan dan minuman terjamin kehalalannya dengan harga terjangkau. Pada bagian lantai atasnya merupakan kantor dari DKM Babah Alun Desari.

Masjid Babah Alun Desari (foto: iNews.id)

Bangunan utama masjid terdiri atas satu lantai yang ditinggikan, memiliki luas sekitar 200 meter persegi. Ruang salat di lantai dasar memiliki daya tampung hingga 200 orang. Sedangkan bagian lantai atas dibuat seperti bangunan bundar karena mengikuti bentuk kubah, digunakan untuk perpustakaan dan ruang membaca.

Yang paling mencolok dari bangunan masjid ini, selain bentuknya menyerupai bangunan etnis Tionghoa, diperkuat dengan warna merah dominan, kuning serta putih gading. Masjid diperindah dengan ornamen-ornamen negeri Tirai Bambu pada bagian jendela, pintu hingga pilar masjid dan jurai luar atap bangunan.

Masjid Babah Alun Desari: Jl. Mandala II Bawah No.100, RT.4/RW.2, Cilandak Bar., Kec. Cilandak, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12430

Masjid Terapung di Sumbar Resmi Dibuka

Masjid Terapung Pantai Carocok (foto: Jurnal Sumbar)

MTN, Jakarta – Masjid terapung di Sumatera Barat yang bernama Masjid Terapung Pantai Carocok baru saja diresmikan.

Dilansir dari Langgam, masjid terapung yang bernama Masjid Terapung Pantai Carocok baru saja (5/2) diresmikan oleh Bupati Pesisir Selatan, Hendrajoni.

Masjid yang dibangun dengan dana sebesar Rp27,5 miliar tersebut berlokasi di Pantai Cerocok, Painan, Iv Jurai, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat.

“Masjid Samudera Ilahi sebagai rumah ibadah kaum muslimin di Pantai Carocok Painan, sekaligus sebagai pusat syiar agama Islam di Kabupaten Pesisir Selatan,” kata Hendrajoni.

Usai diresmikan, langsung digelar salat Jumat perdana di masjid tersebut dengan khatib Rektor UIN Imam Bonjol Padang, Eka Putra Wirman.

Eka Putra Wirman berharap, kehadiran masjid ini sekaligus bisa menjadi landmark Kabupaten Pesisir Selatan sebagai destinasi wisata terkemuka yang bernuansa religi, khususnya di Sumbar dan Indonesia pada umumnya.

Sementara itu, Plt Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR) Pesisir Selatan, Syahriwan mengatakan, memastikan pembangunan masjid terapung sudah selesai 100 persen.

Syahriwan menjelaskan, masjid ini dibangun di atas lahan seluas 1.795 meter persegi. Fasilitas yang dimiliki antara lain, tempat salat dengan kapasitas 300 orang jemaah, selasar, dua menara setinggi 32 meter dan taman.

Tonton video liputan Masjid Terapung Pantai Carocok oleh saluran YouTube, Kaliliang Pasisia, di bawah ini.

Azerbaijan Tata Kembali Masjid-masjid Rusak di Karabakh Setelah 28 Tahun di Genggaman Armenia

Armenia rusak 90% masjid di wilayah Karabakh (foto: /theislamicinformation.com)

MTN, Jakarta – Pada 8 November 2020, pihak Azerbaijan merebut kembali kota Shusha, Nagorno-Karabakh, setelah selama 28 tahun wilayah tersebut berada di cengkraman wilayah Armenia. Pihak Azerbaijan pun akan mulai memperbaiki masjid-masjid yang rusak selama perang.

Dilansir dari Jernih, sebanyak 67 masjid di Nagorno-Karabakh dan distrik yang berdekatan dengan Azerbaijan yang dihancurkan oleh pasukan Armenia dalam konflik Nagorno-Karabakh. Total ada 63 mesjid hancur seluruhnya dan empat masjid yang hancur sebagian,

Jumlah mesjid yang hancur tersebut dilaporkan oleh Azerbaijan National Academy of Sciences (ANAS) yang melakukan pendataan di bawah pengawasan UNESCO.

Pendataan dilakukan setelah pasukan Armenia menyerah pada 8 November 2020 dan menyerahkan semua kendali Nagorno-Karabakh kepada Azerbaijan. Pendataan tersebut dilakukan atas kerjasama Dana Internasional untuk Budaya dan Warisan Turki, ANAS dan Komisi Nasional Azerbaijan, UNESCO.

Ketua Persatuan Publik untuk Perlindungan Monumen Sejarah dan Budaya, melaporkan kalau ada sekitar 215 monumen sejarah dan budaya di kota Shusha yang telah rusak.

Faig Ismayilov, ketua Persatuan Publik untuk Perlindungan Monumen Sejarah dan Budaya di Wilayah Pendudukan Azerbaijan, mengatakan kalau pihak Institut Hukum dan Hak Asasi Manusia ANAS mencatat ada banyak monumen sejarah dan budaya yang rusak. Di antaranya: di kota Shusha 215 monumen, di kota Jabrayil dan kota Khojavend masing-masing 93, di kota Aghdam 140, kota Gubadly dan Fuzuli masing-masing 71, di kota Kalbajar 91, distrik Lachin 74, kota Zangilan 56, dan kota Khojaly ada 28 buah.

Kerusakan monumen akibat penjarahan benda-benda budaya yang bernilai sejarah warisan budaya Azerbaijan diperkirakan dijual oleh orang Armenia ke luar negeri. Nilainya diperkirakan mencapai miliaran dolar dan berpotensi digunakan untuk membiayai kegiatan perang.

Ismayilov menyebutkan Azerbaijan akan membangun dan memperbaiki kembali mesjid runtuh maupun yang rusak sebagian.

Perang Nagorno-Karabakh 2020 adalah konflik bersenjata yang sedang berlangsung antara pasukan bersenjata dari Azerbaijan dan Armenia di Nagorno-Karabakh, selama ketegangan terbaru dalam konflik Nagorno-Karabakh yang tak kunjung reda. Bentrokan dimulai pada pagi hari tanggal 27 September 2020 di sepanjang Garis Kontak Nagorno-Karabakh.

Perang Nagorno-Karabakh berlangsung semenjak tahun 1988. Pihak Armenia menyebutnya sebagai Perang Kemerdekaan Artsakh.

Nagorno-Karabakh (penduduk Armenia sering kali menyebut wilayah ini dengan nama Artsakh) adalah sebuah wilayah yang terletak di bagian selatan Kaukasus, tepatnya 270 km sebelah barat Baku, ibu kota Azerbaijan. Wilayah ini dihuni oleh mayoritas etnik Armenia, dan dikuasai oleh militer Armenia.

Penduduk etnik Armenia setempat memproklamasikan kemerdekaan Republik Nagorno-Karabakh dari Azerbaijan pada 10 Desember 1991, tetapi kedaulatan republik tersebut tidak diakui oleh dunia internasional dan wilayah tersebut secara de jure dianggap sebagai bagian dari Azerbaijan.

Tonton video momen perayaan warga Azerbaijan ketika Nagorno-Karabakh kembali direbut dari tangan Armenia pada 8 November 2020, via saluran YouTube milik tvOneNews.

Potensi Wisata Muslim di Wilayah Azerbaijan yang baru Dibebaskan dari Genggaman Armenia

Masjid Agdam yang terbengkalai saat dikuasai oleh Armenia

MTN, Jakarta – Kini Azerbaijan memiliki potensi wisata baru, yakni masjid Agdam, yang sempat terbengkalai semenjak wilayah Azerbaijan tersebut dicaplok oleh pihak Armenia semenjak tahun 1993.

Dilansir dari Berita KBB, konflik berkepanjangan antara Armenia dan Azerbaijan kembali meletus pada September 2020 yang lalu.

Dua negara pecahan Uni Soviet tersebut telah berperang sejak tahun 1988. imbas perang juga berdampak pada rusaknya berbagai bangunan. Termasuk salah satunya adalah masjid bersejarah Agdam, distrik Agdam, Azerbaijan, yang malah diubah menjadi kandang babi oleh Armenia.

Masjid Agdam yang terbengkalai saat dikuasai oleh Armenia

Masjid Agdam Jami merupakan salah satu bangunan monumental keagamaan Qarabagh di abad ke-19. Masjid ini dibangun oleh arsitek Karbalayi Safikhan Qarabakhhi sejak 1868 hingga 1870 ketika Agdam menjadi pusat perdagangan penting di wilayah tersebut. Arsitektur Masjid Agdam memiliki semua fitur khas wilayah Qarabagh.

Diketahui bahwa kawasan dimana masjid tersebut diubah menjadi kandang babi telah diduduki oleh Armenia sejak 29 Oktober 1993. Namun pada 20 Oktober 2020, pasukan Azerbaijan berhasil membebaskan kawasan tersebut.

Kejadian masjid yang diubah menjadi kandang babi tersebut sempat viral di berbagai media sosial.

Di video yang sempat viral tersebut terlihat ketika tentara Azerbaijan memasuki masjid tersebut, mereka menemukan beberapa ekor babi.

Masjid Agdam yang terbengkalai saat dikuasai oleh Armenia

Sejak bentrokan baru meletus pada 27 September 2020, Armenia yang didukung oleh pihak Rusia terus melakukan serangan terhadap warga sipil dan pasukan Azerbaijan.

Sejak 10 Oktober, Armenia telah melanggar dua gencatan senjata kemanusiaan di Upper Karabakh, atau Nagorno-Karabakh, wilayah Azerbaijan yang diakui secara internasional.

Sekitar 20 persen wilayah Azerbaijan berada di bawah pendudukan ilegal Armenia selama hampir tiga dekade.

Sejarah Kaitan Masjid Jami Kaliyoso dengan Paku Buwono IV

Masjid Jami’ Kaliyoso Jogopaten

MTN, Jakarta – Masjid Jami Kaliyoso memiliki sejarah kaitan dengan Paku Buwono IV. Seperti apa?

Dilansir dari Detik, Masjid Jami’ Kaliyoso Jogopaten yang berada di Desa Kaliyoso, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen, merupakan sebuah masjid yang bersejarah karena masih ada hubungannya dengan Keraton Surakarta Hadiningrat.

Dikisahkan dahulu kala sekira tahun 1788 Masehi, Paku Buwono (PB) IV sedang berburu kijang bersama dengan beberapa pejabat keraton di sebuah hutan di selatan masjid atau dulu masih berbentuk surau.

Namun tiba-tiba PB IV menghilang tanpa bekas, hal tersebut membuat para pengikutnya merasa gusar. Berhari-hari pencarian terhadap PB IV tidak membuahkan hasil.

Sehingga pada suatu hari mereka bertemu dengan penduduk sekitar dan diberi tau bahwa di utara sungai ada seorang Kyai yang bisa dimintai pertolongan untuk menemukan PB IV yang hilang. Kyai tersebut bernama Kyai Abdul Jalal 1 atau Bagus Turmudi yang menyanggupi untuk membantu.

Namun bukan beliau yang akan mencari PB IV, melainkan tugas tersebut diserahkan kepada keponakannya, yaitu Bagus Murtojo atau Kyai Muhammad Qorib.

Akhirnya PB IV berhasil ditemukan dan dapat pulang kembali ke Keraton Surakarta. Sebagai rasa terima kasihnya, PB IV memberikan nama daerah surau tersebut dengan nama Kaliyoso.

Selain memberi nama Kaliyoso, PB IV juga memberikan tanah perdikan secukupnya untuk tempat pengembangan ajaran agama Islam. Beliau juga memberikan kenang-kenangan berupa sebuah mimbar dan pintu masjid serta beberapa pusaka keraton berupa keris dan tombak.

Semua itu masih ada sampai sekarang di Masjid Jami’ Kaliyoso Jogopaten. Adapun Bagus Murtojo atau Kyai Muhammad Qorib sendiri akhirnya diakui sebagai saudara angkat PB IV.

Pada tahun 2018 kompleks Masjid Jami’ Kaliyoso diresmikan menjadi Cagar Budaya Kabupaten Sragen karena peristiwa sejarahnya.

Selain itu, pada jaman dulu Kaliyoso juga menjadi pusat penyebaran agama Islam di wilayah Solo Utara.

Alamat Masjid Jami’ Kaliyoso Jogopaten: Jl. Jogo Paten, Kebayanan I, Jetis Karangpung, Kec. Kalijambe, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, 57275.

Saat Pandemi, Masjid Raya Sragen Sediakan Makan Gratis

Masjid Raya Al-Falah Sragen

MTN, Jakarta – Pandemi Corona memang membuat banyak orang jadi semakin sulit dari segi ekonomi. Pihak Masjid Raya Al Falah Sragen coba meringankan beban masyarakat setempat dengan rutin menyediakan makan gratis.

Dilansir dari TepianIndonesia, program makan gratis ini dilakukan sebagai bentuk solusi kepedulian terhadap umat muslim, yang saat ini tengah mengalami kesulitan akibat pandemi Covid 19.

Sebanyak 100 porsi makanan setiap hari disediakan di halaman masjid. Masyarakat diperbolehkan makan.

Berbagai menu dan sayur-sayuran disediakan mulai menu soto, sayur bening, sayur asam, sayur terong dan lainnya. Sementara untuk minuman masjid ini menyediakan teh hangat dan air mineral disediakan pihak masjid.

“Ini sangat membantu masyarakat, ini tadi saya salat dulu baru makan. Ini saya baru pertama makan di sini bareng keluarga. Tadi saya ambil menu makan soto,” ungkap, Rendy (20), warga jetak, Sidoarjo, Sragen, pada Selasa, 10 November 2020.

Sementara itu, Direktur Badan Usaha Milik Masjid (BUMM) Al Falah, Anas Sayyidina, saat ditemui menyampaikan kalau program makan gratis sudah berlangsung sejak virus Corona masuk Sragen.

“Konsepnya setiap hari kami menyediakan 100 porsi makan gratis. Selain itu sebulan sekali kami menyediakan 1000 porsi bagi jamaah yang berkunjung ke masjid, dan monggo bagi seluruh jamaah yang ke sini bisa mengambil silakan,” bebernya.

Menurut Anas, dasar program pemberian makan gratis merupakan bentuk solusi bagi umat Islam yang berada di Sragen maupun yang datang ke Sragen. “Ini menjadi solusi umat Islam di mana saat pandemi, mungkin pendapatan menurun, terkena PHK atau kesulitan mencari nafkah maka ada warung makan gratis ini mungkin bisa mambantu mereka untuk sehari-hari,” ujarnya.

Selain itu, masjid yang berada di tengah kota Sragen tersebut juga menyediakan tempat tidur gratis. Ini diperuntukan bagi umat Islam yang melakukan perjalanan jauh dan membutuhkan tempat istirahat.

“Bagi musafir Alhamdulillah kami mendapatkan kepercayaan dari jamaah ada bantuan kasur sebanyak 12 lebih. Kami menyediakan tempat menginap sebentar buka 24 jam, monggo silakan mampir,” pungkas Anas.

Masjid Raya Al-Falah Sragen adalah sebuah Masjid yang terletak di Sragen, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah.

Alamat Masjid Raya Al-Falah Sragen: Jl. Sukowati, Kebayan 3, Sragen Tengah, Kec. Sragen, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, 57212.

Masjid Raya Al-Falah Sragen (foto: PWM Jawa-Tengah)