Sejarah Objek Wisata Halal, Pemandian Alam Banyubiru

Pemandian Banyu Biru (foto: travelingyuk.com)

MTN, Jakarta – Objek wisata terkenal di Sumber Rejo, Winongan, Pasuruan, yakni Banyubiru, akan segera dijadikan tempat wisata halal. Seperti apa sejarahnya?

Dilansir dari Radarbromo, Pemkab Pasuruan berencana untuk menyulap pemandian Banyubiru dengan konsep wisata halal. Salah satunya, akan ada pemisahan yang jelas antara pengunjung laki-laki dan perempuan. Selain itu, ada penambahan fasilitas outbound dan perbaikan lapangan tenis.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Pasuruan Eka Wara Brehaspati mengatakan, belum bisa memastikan bagaimana konsep wisata halal di Banyubiru itu. Ada konsultan yang tengah mengerjakannya. Saat ini, desainnya tengah disiapkan.

“Kami belum bisa berbicara itu. Konsultan sedang menyiapkan konsepnya. Nanti setelah selesai baru akan ditunjukkan dan didiskusikan di internal pemkab,” katanya.

Disparbud, lanjut Eka Wara, menunggu hasil kerja konsultan untuk penataan Banyubiru. Yang pasti, konsepnya tetap memegang teguh kearifan lokal, nilai-nilai daerah santri, dan sebagainya. “Penyekatan tempat mandi perempuan dan laki laki itu nanti ada. Tapi, itu bukan berarti melarang,” tandasnya.

Disparbud juga belum menyediakan anggaran atau mengajukan dana bantuan ke pemerintah pusat. Sebab, kebutuhan anggaran bergantung pada konsep yang disusun konsultan. ”Kebutuhan itu akan dihitung, misalnya berapa untuk pembangunan fisik,” jelasnya.

Sekilas, tambah Eka Wara, konsep wisata halal juga mengusung tiga tema besar. Yakni, maslahat, sejahtera, dan berdaya saing. Yang pasti, wisata Banyubiru dengan konsep yang baru itu ditata lebih baik. Tidak melanggar syariat agama dan melanggar tradisi lokal. Kapan Banyubiru dibuka lagi? “Bisa tahun ini, bisa tahun depan,” katanya.

Sejak dulu, kolam air di Desa Banyubiru, Kecamatan Winongan, itu sangat populer bagi warga Kabupaten Pasuruan. Keindahannya terkenal. Kejernihan airnya juga luar biasa. Dengan ikan-ikan tombro di dalamnya.

Saat ini, Banyubiru dikenal sebagai pemandian alam untuk umum. Tempat wisata itu dikelola sebagai penghasil pendapatan asli daerah (PAD).

Sejarah Pemandian Banyubiru

Pemandian Banyubiru lekat dengan sejarah Pasuruan, terutama keterkaitan dengan zaman kerajaan. Subandi, juru kunci Banyubiru, bercerita sejarah Banyubiru dimulai sejak Kerajaan Majapahit runtuh pada pada abad ke-XV. Banyak sisa-sisa petinggi kerajaan yang mencari tempat untuk menghindari terjadinya perang.

”Ada dua prajurit yang ditugasi mencari tempat di selatan Pasuruan. Akhirnya nemu di Tengger,” kata pria yang berumur 61 tahun itu.

Kemudian rombongan bergerak dengan berjalan kaki. Ada beberapa tempat istirahat yang disinggahi. “Pertama di Wendit, Malang. Selanjutnya Singosari, dan terakhir Banyubiru,” katanya.

Banyubiru waktu itu adalah hutan belantara. Pemandian adalah sungai yang lusuh. Rombongan berhenti di lokasi ini sangat lama dibandingkan dengan dua tempat peristirahatan sebelumnya.

Sungai itu dibagi menjadi dua bagian. Pertama, pemandian raja dan pemandian prajurit. Sedangkan pemandian putri berjarak 500 meter dari lokasi sebelumnya.

Pada masa Belanda, Bupati Pasuruan yang bernama Raden Adipati Nitiningrat mengetahui adanya sumber yang bersih itu. Dalam perjalanan ke lokasi, bupati bertemu dengan pembesar Belanda, PW Hoplan. Bersamalah mereka ke sana. Belanda takjub dengan jernihnya air pemandian Banyubiru. Kemudian dibuatlah pemandian di lokasi. “Dibangun pemandian umum. Sampai dibuat lomba polo air, renang, dan sebagainya,” jelasnya.

Tetapi, setelah kedatangan Jepang, semuanya dirusak. Bahkan, kera-kera yang ada di lokasi ditembaki. Beberapa arca di lokasi juga dirusak. Kini hanya tinggal beberapa. Di antaranya, dua volkaring dari Pemda Kabupaten Pasuruan dengan bahasa Belanda bertahun 1921. Lalu, satu prasasti bahasa dan huruf Jawa tahun 1847. Kemudian, sebuah Patung Betara Siwa dengan membawa senjata trisula. Ada lagi satu patung Ganesha dan satu patung dua ekor naga berbelit.

“Rendahnya Literasi Masyarakat Hambat Perkembangan Wisata Halal”

ilustrasi (foto: Reygina Wisata Indonesia)

MTN, Jakarta – Tak bisa dipungkiri kalau hingga saat ini masih saja banyak terjadi salah kaprah di masyarakat tentang konsep wisata halal. Wakil Presiden RI, Ma’ruf Amin, mengatakan kalau hal itu terjadi karena masih rendahnya tingkat literasi di masyarakat.

Dilansir dari Ihram, Wakil Presiden Ma’ruf Amin menyoroti masih rendahnya literasi masyarakat terkait ekonomi syariah menjadi tantangan pengembangan wisata halal di Indonesia.

Wapres mengatakan, rendahnya literasi membuat pemahaman terhadap wisata halal disalahkanartikan sebagai objek wisata yang diubah menjadi syariah.

Akibatnya, beberapa daerah jadi keberatan untuk mengaplikasikan konsep wisata halal ini. Padahal kata Wapres, pengembangan wisata halal memiliki potensi yang besar untuk menarik wisatawan.

“Tentu kita ingin menghilangkan persepsi yang salah tentang wisata halal atau wisata syariah. Sepertinya ada kesan bahwa wisata syariah itu objek wisatanya akan disyariahkan. Kemudian, ada daerah-daerah yang keberatan,” kata Wapres awal bulan ini.

Padahal, menurut Wapres, yang dimaksud konsep wisata halal adalah penyediaan layanan-layanan syariah di setiap destinasi wisata. Seperti layanan halal, restoran halal, tempat shalat dan sebagainya.

Wapres menambahkan, dengan demikian, konsep wisata ini akan memberikan kenyamanan tersendiri kepada para wisatawan, khususnya wisatawan muslim. Sehingga penyediaan layanan syariah adalah konsep yang dipakai untuk mewujudkan wisata halal, bukan mensyariahkan wisatanya.

“Nah, ini yang memang (ingin) kita kembangkan di daerah-daerah itu,” kata Ma’ruf.

Ia pun mencontohkan tempat wisata di beberapa negara yang sudah menerapkan konsep wisata halal ini, yakni Kota Beijing, China. Wapres menyebut, di Beijing terdapat restoran halal, tempat salat yang disediakan Pemerintah setempat.

“Sehingga banyak saya lihat (wisatawan) dari Malaysia, Brunei, Singapura, dan dari beberapa negara lain itu banjir ke sana dan mereka nyaman,” ungkapnya.

Inilah konsep yang menurut Wapres disebut sebagai wisata halal, yang sebenarnya sangat menguntungkan tempat wisata itu sendiri. Contoh lainnya adalah obyek wisata Nami Island di Korea Selatan.

“Bahkan saya pernah ke Korea Selatan, di sana itu ada Nami Island, di situ ada restoran halal, ada musala, padahal itu tempat orang datang dari seluruh dunia. Nah, itu artinya mereka memang menyiapkan layanan halal seperti itu,” ujarnya.

Untuk itu, pemerintah terus berusaha meningkatkan literasi masyarakat mengenai ekonomi syariah termasuk pentingnya mengembangkan wisata halal. Termasuk penyediaan tenaga kerja yang mengerti syariah.

Wapres mencontohkan di Lombok, Nusa Tenggara Barat terdapat pendidikan pariwisata bagi santri melalui balai latihan kerja (BLK) di pesantren-pesantren yang salah satu tujuannya untuk mencetak para pemandu wisata halal. Di samping penyediaan tenaga kerja yang mengerti syariah, menurut Wapres, berbagai fasilitas pelayanan syariah yang mendukung wisata halal juga akan terus dikembangkan.

“Bahkan kita ingin mengembangkan selain travel halal juga semua fasilitas, termasuk spa halal. Itu yang akan kita lakukan dan sudah mulai di beberapa daerah,” pungkasnya.

Kemenparekraf Resmikan Halal Center di Masjid Istiqlal sebagai Destinasi Wisata Halal

Masjid Istiqlal (foto: bigindonesia.id)

MTN, Jakarta – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) bersama Badan Pengelola Masjid Istiqlal (BPMI) resmikan Halal Center di Masjid Istiqlal sebagai destinasi wisata halal.

Dilansir dari CNN Indonesia, peresmian halal center di Masjid Istiqlal tersebut dilakukan pada pekan lalu (5/5).

Menparekraf Sandiaga Uno menjelaskan bahwa Masjid Istiqlal selain menjadi tempat ibadah, memiliki potensi dikembangkan sebagai destinasi wisata religi. Sebab Masjid Istiqlal selalu menjadi daya tarik bagi wisatawan lokal dan wisatawan mancanegara yang ingin menikmati wisata religi.

“Masjid Istiqlal sudah menjadi ikon Indonesia, sebab banyak turis sebelum pandemi berkunjung ke Indonesia untuk melihat indahnya Masjid Istiqlal. Sudah banyak juga kepala negara yang berkunjung ke Masjid Istiqlal,” ujar Sandiaga.

Kerja sama ditandai dengan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga, Salahuddin Uno, bersama Imam Besar Masjid Istiqlal, KH. Nasaruddin Umar.

Lebih lanjut, Sandiaga menginginkan empat pilar besar Kemenparekraf dapat diwujudkan dalam lingkup MoU tersebut, yakni: destinasi, kelembagaan dan industri, pemasaran, dan ekonomi kreatif.

Adapun kegiatan yang bisa dikerjasamakan antara BPMI dan Kemenparekraf, di antaranya kolaborasi ekosistem halal program untuk ekonomi kreatif.

Nantinya wisatawan dapat menikmati wisata kuliner dan wisata berbelanja produk lokal halal di pelataran Masjid Istiqlal dengan rasa aman dan nyaman.

“Memang harapan kita bahwa kerja sama ini akan mewujudkan pariwisata halal, wisata ramah muslim ini dalam pilarnya. Saya mendorong peran Masjid Istiqlal sebagai pilar pusat peradaban Islam dan pengembangan wisata ramah Muslim tersebut. Dan saya titip sekali mengenai ekonomi kreatif, UMKM dan beberapa kegiatan yang betul-betul berpihak terhadap rakyat, berpihak kepada ekonomi untuk kebermanfaatan kita bersama. Di Masjid Istiqlal nantinya akan ada layanan kuliner halal, jadi ada halal center,” jelasnya.

Imam Besar Masjid Istiqlal, KH Nasaruddin Umar menjelaskan bahwa Masjid Istiqlal kini sudah selesai tahap renovasi, di mana Masjid Istiqlal juga bisa menjadi jendela bagi turis yang ingin mengenal Indonesia. Karena dari segi arsitektur dan sejarah pembangunan, Masjid Istiqlal sangat mencerminkan Indonesia.

“Isu kita kali ini adalah New Istiqlal, bukan hanya masjidnya saja yang baru, tapi kita memiliki berbagai program yang baru, salah satunya punya program strategi itu yakni pariwisata. New Istiqlal ini menampilkan nuansa lokal, yang sebagaimana menandakan bahwa masyarakat Indonesia, kita bangga dengan budaya yang dimiliki,” ujarnya.

KH Nasaruddin mengatakan bahwa pihaknya akan siap membuat program yang dapat mendukung pariwisata dan ekonomi kreatif di Indonesia.

“Kita juga nantinya akan mengadakan festival seperti festival musik spiritual. Misalnya grup-grup selawatan dari Turki. Dan tidak hanya Islam tapi juga akan menampilkan grup spiritual dari negara-negara lain,” pungkasnya.

Bahas Wisata Halal di Lombok, Mantan Gubernur Lombok Contohkan Pariwisata Bali

Lombok (foto: cheria-travel.com)

MTN, Jakarta – Bahas wisata halal saat Dies Natalis Poltekpar Lombok, mantan Gubernur contohkan kemajuan pariwisata Bali.

Mantan Gubernur periode 2003 sampai 2018, Dr. TGB HM Zainul Majdi, di acara Dies Natalis Politeknik Pariwisata Lombok, mencontohkan pariwisata di Bali, kenapa bisa berkembang? karena mampu menyerap nilai-nilai agama setempat, kemudian adat dan budaya disana. Artinya, di Nusa Tenggara Barat, tidak perlu mempertentangkan nilai Islami dan konvensional, akan tetapi, mengajak semua pihak saling menghargai perbedaan satu sama lainnya.

“Berikan kesempatan pelayanan sesuai tuntunan syariat Islam bagi wisatawan muslim, pariwisata halal ini hadir untuk melengkapi. Begitu halnya dengan pariwisata konvensional,” ungkapnya.

TGB mengajak semua pihak untuk mendukung kemajuan pariwisata dan terus mendorong peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) handal, memiliki adaptasi, kreativitas dan inovasi.

“Orientasi pembangunan itu, harus melekat dengan perspektif lingkungan atau budaya. Ini adalah tumpuan masa akan datang,” kata TGB.

Dilansir dari LomboKita, TGB mempertegas soal pariwisata halal, untuk meluruskan persepsi kurang tepat tentang pariwisata halal yakni salah satu syarat pembangunan yang baik, ketika mampu menyerap tatanan lokal yang berkembang di tempat itu.

Politeknik Pariwisata Lombok merayakan hari jadi ke-5 yang berlangsung khidmat di Gedung Amphi Theater, Rektorat Poltekpar Lombok, pada pekan lalu (7/5/2021).

Tol Padang-Pekanbaru Akan Pula Dongkrak Wisata Halal di Sumbar

Tol Padang – Pekanbaru (foto: kemenkeu.go.id)

MTN, Jakarta – Pihak Bank Indonesia perwakilan Sumatera Barat menilai keberadaan tol Padang-Pekanbaru akan meningkatkan kunjungan pariwisata ke daerah mereka.

“Jika tol Padang-Pekanbaru sudah selesai dibangun maka kunjungan pariwisata akan meningkat, apalagi wisata merupakan salah satu sumber pertumbuhan ekonomi baru di Sumbar,” kata Kepala BI perwakilan Sumbar, Wahyu Purnama, di Padang, Kamis (29/04/2021), seperti yang dilansir dari Akurat.Co.

Menurutnya pariwisata Sumbar akan jauh lebih berkembang ketika tol tersebut sudah beroperasi, oleh sebab itu pihaknya juga berharap agar pengerjaannya cepat dirampungkan.

Wahyu memaparkan semenjak 2013 atau delapan tahun terakhir pertumbuhan ekonomi Sumbar terus melambat. Pada 2013 ekonomi Sumbar mampu tumbuh 6,08 dan berada di atas angka nasional yang hanya 5,56 persen.

Namun setelah itu kendati tetap berada di atas nasional, ekonomi Sumbar terus mengalami perlambatan yang tercatat pada 2014 sebesar 5,88 persen, 2015 sebesar 5,53 persen, 2016 5,27 persen, 2017 sebesar 5,30 persen, 2018 sebesar 5,16 persen dan 2019 sebesar 5,02 persen sedangkan 2020 anjlok menjadi minus 1,60 persen.

Melihat kondisi itu, Wahyu menilai perlu ada upaya mengembangkan sumber pertumbuhan ekonomi baru yang selama ini bertumpu pada sektor pertanian. Ia melihat sektor pariwisata potensial dikembangkan sebagai sumber ekonomi baru karena Sumbar memiliki kekayaan alam, budaya dan semangat wirausaha yang besar sebagai modal pengembangan sektor wisata.

“Melihat angka pertumbuhan ekonomi Sumbar yang selama ini yang mengandalkan ekspor, sektor pertanian dan lainnya, butuh penggerak baru yakni sektor pariwisata,” kata Wahyu.

Menurutnya Sumatera Barat memiliki laut yang indah, danau, pergunungan, serta alam yang indah dan tinggal mengemas semuanya menjadi sebuah kekuatan baru agar menjadi objek wisata yang dikenal tidak hanya skala nasional namun juga internasional.

Apalagi pada 2016 Sumatera Barat juga meraih penghargaan dari The World Halal Tourism Award 2016 pada kategori World’s Best Halal Destination atau tujuan wisata halal terbaik dan World’s Best Halal Culinary Destination atau tujuan wisata kuliner halal terbaik. Tentu keberadaan tol baru tersebut juga bakal mendongkrak wisata halal di Sumbar.

Wahyu berpendapat jika sektor pariwisata sudah maju, maka akan pula mendorong pertumbuhan Usaha Kecil Menengah dan Mikro seperti kuliner, fesyen dan lainnya.

“Dan pengembangan sektor ini akan menjadi stimulan bagi sektor lain untuk tumbuh dan pada akhirnya meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan,” pungkasnya.

Menparekraf: “Wisata Halal adalah Peningkatan Layanan, bukan Mensyariahkan Objek Wisata”

Sandiaga Uno (foto: Readers ID)

MTN, Jakarta – Menparekraf, Sandiaga Uno, kembali pertegas makna dari wisata halal kepada publik, untuk meluruskan salah kaprah yang masih banyak beredar.

Dilansir dari Kompas, menurut Sandiaga, Pariwisata Muslim Friendly adalah pariwisata ramah muslim yang menjadi salah satu keunggulan dari berbagai jenis wisata yang dikembangkan.

“Pariwisata halal yang dimaksud di sini adalah extension of service atau peningkatan dan perluasan layanan, bukan berarti mensyariahkan tempat wisata,” ungkap Sandiaga melalui Instagramnya, Kamis (29/4/2021).

Menurut data State of The Global Islamic Economy Report tahun 2019, jumlah spending wisatawan Muslim di dunia mencapai 12 persen dari total pengeluaran wisatawan global. Artinya, dari total 1,66 triliun dollar AS belanja wisatawan global, 200,3 miliar dollar AS merupakan pengeluaran untuk memenuhi keperluan atau kebutuhan wisatawan Muslim.

“Top five negara Muslim Traveler dengan pengeluaran terbesar ditempati oleh Saudi Arabia, UAE, Qatar, Kuwait dan yang terbesar kelima adalah negara kita, Indonesia,” jelas Sandiaga.

Menparekraf tersebut berkata, besarnya potensi Indonesia untuk mengembangkan pariwisata halal, bukan hanya untuk menarik minat wisatawan muslim dari negara-negara lain, tetapi juga menggiatkan wisatawan muslim di Indonesia.

Di sisi lain, Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbesar, membelanjakan 214 miliar dollar AS untuk produk halal atau setara dengan 10 persen dari pangsa produk halal dunia.

“Dibandingkan dengan negara-negara yang mayoritas penduduk muslim lain, Indonesia termasuk konsumen produk halal terbesar. Namun disayangkan masih banyak produk yang dibelanjakan merupakan produk impor,” kata Sandiaga.

Dalam postingan sebelumnya, Sandiaga menilai terdapat potensi yang cukup besar akan minat masyatakat terhadap produk halal. Dengan memanfaatkan peluang ini, Sandiaga optimistis dapat membuka lapangan kerja seluas-luasnya, dan menjadikan Indonesia sebagai pusat produsen halal dunia.

Ikatan Pengusaha Muslim Dorong Industri Wisata Halal ke Pasar Global

ilustrasi (foto: Humas Pemkab Banyuwangi)

MTN, Jakarta – Ikatan Saudagar Muslim se-Indonesia (ISMI) turut mendorong industri wisata halal ke pasar global, melalui serangkaian event yang bakal digelar nanti.

Dilansir dari CNNIndonesia, Ikatan Saudagar Muslim se-Indonesia (ISMI) bakal menggelar Silaturahmi Bisnis ke-12 (Silabis) di Aceh pada 16-20 Juni 2021.

Secara umum, gelaran ini bertujuan mendorong daya saing para pelaku usaha agribisnis, perdagangan dan pariwisata sebagai upaya meningkatkan ekonomi umat Islam. Salah satunya melalui promosi industri wisata dan produk halal pada pasar global.

Pihak ISMI secara rutin bersilaturahmi dengan anggota, pengurus, dan pengusaha muslim di Indonesia dengan harapan terjalin kerjasama yang berkelanjutan.

Di tahun ke-12 ini, Silabis mengangkat tema “Agritech, Trade and Tourismpreneur”. Pertemuan ini nantinya juga merupakan rangkaian kegiatan bisnis yang terintegrasi antara sektor industri pengolahan produk agri dengan teknologi tepat guna, yang terkolaborasi dengan sektor pariwisata, demi mendorong pemulihan ekonomi kreatif di tengah pandemi covid-19.

Pengurus berharap nantinya Silabis-12 menjadi ajang terbentuknya sinergi dan kolaborasi antar pelaku usaha ISMI dan jaringan pengusaha muslim di Indonesia. Dengan demikian, percepatan informasi terkait teknologi terapan dan pasar global bisa tercapai.

Selama ini, ISMI telah memberikan kontribusi bagi usaha pengembangan ekonomi dan bisnis para pengusaha muslim di Indonesia dengan menegakkan dunia usaha berdasarkan pilar ekonomi syariah.

Sebagai informasi, ISMI adalah organisasi pengusaha muslim yang didirikan oleh empat organisasi masyarakat terbesar di Indonesia, yaitu: Nahdlatul ‘Ulama (NU), Majelis Ulama Indonesia (MUI), Muhammadiyah dan Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI).

Pandemi Justru Merupakan Kesempatan Wisata Halal untuk Bangkit

ilustrasi (foto: blok-a.com)

MTN, Jakarta – Pandemi saat ini disebut sebagai kesempatan bagi industri wisata halal untuk bangkit. Seperti apa?

Dilansir dari Republika, Ketua Perkumpulan Pariwisata Halal Indonesia (PPHI), Riyanto Sofyan, mengatakan kalau pandemi saat ini justru merupakan kesempatan bagi industri wisata halal untuk bangkit.

“Pandemi membuat pariwisata dituntut mengarah ke arah yang lebih bertanggung jawab bagi pengunjung. Seperti misalnya menjaga kesehatan dan etika di destinasi wisata. Pariwisata juga mulai mengarah ke tema-tema yang menyehatkan dan mengkonsumsi makanan yang menyehatkan. Konsep pariwisata halal yakni merupakan servis tambahan dan fasilitas ramah muslim atau ramah bagi keluarga. Dengan begitu, diharapkan memberikan kenyamanan bagi pengunjung muslim atau non muslim baik perorangan maupun keluarga,” papar Riyanto.

“Ini kesempatan bagi pariwisata halal untuk bangkit lebih cepat karena karakteristiknya sudah sesuai dengan mega trend tourism saat ini,” tambahnya.

Riyanto pun menegaskan, pariwisata halal bukan dimaksudkan untuk mendikotomi destinasi atau seperti destinasi religi yang eksklusif.

Lebih lanjut, Riyanto menuturkan, substansi pariwisata halal sejak dibahas tahun 2012 lalu hingga saat ini tidak berubah. Karena itu, ke depan para pelaku pariwisata halal harus dapat memanfaatkan kesempatan pandemi saat ini untuk mengemas pariwisata ramah muslim dengan efektif.

Kembangkan Wisata Halal, Menparekraf Akan Kunjungi Sumbar dan Aceh

ilustrasi (foto: Tribun News)

MTN, Jakarta – Demi kembangkan wisata halal, Menparekraf, Sandiaga Uno, akan kunjungi Sumatera Barat dan Aceh.

Dilansir dari Okezone, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, mengatakan kalau pemerintah akan menata ulang pariwisata halal di Indonesia. Lombok, Sumatera Barat dan Aceh masih jadi destinasi wisata halal populer di Tanah Air.

“Untuk destinasinya, Lombok masih jadi destinasi wisata halal terbaik. Ada beberapa kandidat lain juga. Namun kita harus pastikan bahwa muslim friendly itu bukan tentang destinasi, tapi extention of service,” ujar bang Sandi.

Pemerintah sudah mengembangkan potensi pariwisata halal di Tanah Air sejak 2016, namun mulai 2020 laju pertumbuhannya terhenti akibat pandemi COVID-19.

Secara statistik, kunjungan wisatawan Muslim di Indonesia meningkat setiap tahun sebelum virus corona mewabah. Pada 2019 tercata, dari 14,92 juta wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Nusantara, 20% di antaranya turis Muslim.

Sandiaga Uno yakin bahwa di masa pandemi COVID-19 ini waktu yang tepat untuk menata ulang pariwisata halal Indonesia. Sehingga setelah pandemi selesai, maka destinasi wisata halal diyakini bakal banyak wisatawan.

Target wisatawan yang berpotensi besar digaet pemerintah saat ini adalah dari Malaysia, Singapura, dan domestik. Sementara untuk wisatawan asal Timur Tengah belum menunjukkan tren positif, mengingat masih pandemi Covid-19.

Untuk mengembangkan pariwisata halal, Sandiaga menjadwalkan kunjungan langsung ke Sumatera Barat dan Aceh. Kedua daerah dikenal sangat kental dengan budaya Islamnya.

“Kebetulan saya akan ke Sumatera Barat, kita akan bahas dengan para pemangku kepentingan. Setelah itu ke Aceh, bagaimana mengembangkan potensi pariwisata ramah muslim potensi bisa untuk dijadikan penggerak karena saat ini wisatawan nusantara menjadi fokus utama,” kata Sandiaga Uno.

Delapan Rekomendasi Kafe Halal di Kuala Lumpur

ilustrasi (foto: www.aaranis.com)

MTN, Jakarta – Jika anda berniat untuk berpelesir ke Kuala Lumpu, Malaysia, saat pandemi reda nanti, kami ada delapan rekomendasi kafe halal di sana. Apa saja?

Dilansir dari Detik, berikut adalah delapan rekomendasi kafe halal di Kuala Lumpur, Malaysia, yang bisa anda kunjungi jika nanti ingin berkunjung ke sana.

Thursdvy
Jika kamu pernah ke Melbourne, maka kamu tidak akan asing dengan suasana di kafe satu ini. Kopi dan makanannya dijamin berkualitas. Selain itu, tersedia pula makanan berat seperti Baba’s Big Breakfast ataupun camilan ringan seperti French toast sampai burger donat dan pir ayam. Lokasinya berada di Lorong Datuk Sulaiman 1 Taman Tun Dr Ismail.

Soul Sacrifice
Kafe lain yang juga menarik adalah Soul Sacrifice. Kafe bernuansa monokrom ini bukan hanya punya kopi enak, namun juga makanan lezat yang mengenyangkan. Salah satu enu andalannya adalah Cup of Nations, yakni telur rebus setengah matang yang disajikan di atas ubi tumbuk dan disiram saus krim yang gurih. Lokasinya ada di Jalan 4/76C Desa Pandan.

Croisserie
Satu hal yang paling menonjol di kafe ini adalah suasananya yang minimalis dan mengingatkan kita akan toko kue di Jepang. Dari depannya saja, kafe ini sudah terlihat nyaman. Ketika masuk ke dalam, Anda akan disambut oleh deretan canelé, quiche, pastry, dan kue yang siap dinikmati. Anda cukup datang ke Plaza Damansara No. 14 Jalan Medan Setia 2.

PODGY Kurau
Jika Anda ingin mencoba sensasi makan di kafe terbaik di Kuala Lumpur, langsung saja datang ke kafe yang beralamat di Lorong Kurau Lucky Garden ini. Sebelumnya, lokasinya berada I Sri Hartamas. Setelah pindah, kafe ini pun tetap ramai dikunjungi oleh orang-orang yang rindu kopi enak dan pasta, salad, serta roti lapisnya.

VCR
Kafe ini punya dua lokasi, yakni di Jalan Galloway Bukit Bintang dan Jalan Telawi Bangsar. Namun, keduanya sama-sama nyaman untuk dikunjungi. Setibanya di kafe ini, langsung saja pesan kopi dan pastry yang Anda suka. Jika sedang ingin makanan manis, kafe ini pun menyediakan sejumlah pilihan menu dessert yang menggoda.

Feeka Coffee Roaster
Di Jalan Mesui Bukit Bintang pun ada sebuah kafe yang patut dicoba. Feeka Coffee Roasters bukan sekedar menyajikan makanan dan minuman enak, namun juga beretika. Kopi yang digunakan oleh kafe ini berasal dari petani lokal. Suasananya pun nyaman dengan area terbuka yang penuh dengan pepohonan hijau. Cocok untuk beristirahat sejenak setelah jalan-jalan.

Daun
Sesuai namanya, kafe halal satu ini mengandalkan suasana hijau nan asri untuk membuat pengunjungnya nyaman. Suasana hijau ini pun menjadi latar belakang yang Instagramable untuk OOTD sambil menyesap kopi dan menikmati aneka pastry yang tersedia.

F. R. Copper
Suasana berbeda bisa kamu nikmati di kafe yang berlokasi di Jalan Aminuddin Bali, Taman Tun Dr Ismail ini. Suasananya serba putih dengan meja marmer besar sebagai pusatnya. Otomatis, pemandangan ini pun cocok untuk berfoto. Sambil mencari spot terbaik, pesan saja Ice Black atau Ice Latte dan kue-kuenya yang nikmat.